Gadis itu menatap ke arah lapangan indoor yang sepi. Hanya ada laki-laki yang sekarang sedang mendribble bola basket sendirian.
Tangannya tanpa sadar meremas botol minum yang ada di tangannya ketika laki-laki itu perlahan berlari mendekati ring bola basket.
Dan- shooot!
"YES!" ujar Gadis itu dengan senyum lebar ketika laki-laki tampan itu berhasil memasukan bola ke dalam ring.
Laki-laki itu pun mengembangkan senyuman. Setelah itu Ia pun tampak berjalan menuju pinggir lapangan, menuju ke arahnya.
Gadis itu dengan segera berdiri dan melangkah ke arah laki-laki itu juga, namun baru beberapa langkah, Ia pun terpaksa berhenti ketika laki-laki itu malah didatangi oleh Gadis lain dengan baju Cheerleaders yang tiba-tiba muncul dari arah pintu.
Gadis bernama Alleta Christabel atau yang kerap dipanggil Abel itu pun perlahan melunturkan senyumannya.
"Hai Darren, gue tadi ga sengaja liat lo latihan dari luar, nih minuman buat lo, gue beliin tadi," ucapan Gadis berbaju Cheerleaders itu terdengar dengan baik ke telinga Abel yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Laki-laki yang dipanggil Darren itu pun menoleh ke arah Abel, namun tampaknya Ia menyadari perubahaan raut wajah dari Abel.
Darren pun menoleh kembali ke arah Gadis berbaju Cheerleaders. "Ga usah, buat lo aja. Gue udah bawa minum sendiri kok, mending lo balik aja sekarang," kata Darren.
Gadis itu tampak menggerutu pelan, namun akhirnya pergi juga dari sana. Setelah itu Darren pun melangkah mendekati Abel. Darren mengembangkan senyumannya lalu mengacak rambut Abel perlahan.
"Kenapa sih melamun? Terpana ya liat kegantengan aku?" kata Darren.
Abel yang mendengar hal itu pun menyipitkan matanya dan bibirnya pun mencibir. "Pede banget kamu,"
Darren pun tertawa kecil. "Minum aku mana sayang?" tanya Darren.
"St! Jangan ngomong gitu, ntar orang denger bisa bahaya,"
Darren hanya mengulum senyuman. "Habis ini jalan yuk?" tanya Darren.
"Mau jalan ke mana?"
"Ke mana-mana aja bisa asal sama kamu,"
"Gombal aja, ngeselin!" kata Abel sambil cemberut.
Darren pun menoel pipi Abel yang mengembang. "Sok-sokan kesel padahal seneng kan digombalin?" kata Darren sambil terkikik kecil.
"Auk! Terserah,"
Darren Sebastian adalah seorang most wanted sekolah. Tampan, pintar, bertalenta, terkenal, kaya, sungguh tidak ada kurangnya laki-laki ini, idaman seluruh perempuan. Namun disayangkan ternyata laki-laki ini sudah memiliki pujaan hati yang tidak lain dan tidak bukan adalah Abel.
Mereka sudah berpacaran sejak kelas 10, namun mereka terpaksa harus menjalani hubungan backstreet atas permintaan Abel yang mengatakan belum siap untuk diserang oleh fans-fans Darren.
Untungnya saat Gadis berbaju Cheerleaders tadi masuk, Ia tidak memperhatikan keberadaan Abel. Jika tidak, Ia pasti bertanya-tanya.
Sedang Abel adalah seorang Gadis biasa yang cukup pintar, berprestasi, dan bertalenta. Namun sayangnya Ia tidak terlalu di notice oleh murid-murid lain.
Awal mula perkenalan mereka adalah saat acara pensi. Saat itu ekskul seni akan tampil, dan kebetulan Abel dipilih untuk menyanyi, dan Darren dipilih untuk mengiringi dengan piano.
Seiring berjalan waktu, mereka bertemu dan berlatih bersama. Pertemuan yang intens membuat mereka menjadi semakin akrab, dan menaruh hati pada satu sama lain. Hingga pada akhirnya saling mengungkapkan perasaan masing-masing dan berakhir bersama hingga sekarang.
Abel menatap Darren yang sedang mengemudi mobil dari samping. Seulas senyuman muncul dibibir Abel. Ia sangat bahagia bisa bersama Darren.
Abel harap Ia akan selalu bersama dengan Darren selamanya. "I hope.."
***
Abel berjalan dari kamarnya menuju ruang makan. "Pagi semua," kata Abel.
"Pagi sayang,"
"Nih Mama masakin masakan kesukaan kamu," kata Mama. "Darren mampir ke sini ga?""Mampir dong, tadi malem udah bilang,"
"Yaudah berarti makanannya disisain juga ya buat Darren,"
"Siap Ibu Negara!"
30 menit berlalu, Abel duduk diam menunggu di ruang tamu. Keningnya sedikit mengerut, tidak biasanya Darren datang selambat ini.
Darren 🔍 📞 🔽
Me: Kamu di mana?Abel lalu mengunci layar hpnya kembali. Matanya melirik ke arah jam dinding, 30 menit lagi bel berbunyi.
"Loh belom pergi dek?"tanya Vanya, kakak Abel.
"Belom, Darren belom dateng,"
"Ga mau bareng kakak aja? Kakak mau pergi nih, siapa tau Darren ga bisa dateng tapi lupa ngabarin,"
"Biar aja deh Kak, Darren biasanya pasti ngabarin terus. Aku nunggu aja, kasian dia kalo dateng ternyata ga ada aku,"
"Yaudah, kalo Darren udah jemput rumahnya dikunci ya,"
"Oke kak,"
Sekarang hanya tersisa Abel sendirian di rumah, Mamanya dan Papanya pergi bekerja, begitu pula dengan Kakaknya.
"Huft..."
10 menit berlalu dan belum ada tanda-tanda kedatangab Abel. Akhirnya Abel memilih menyerah dan pergi menggunakan