Biasanya, penyakit anak sekolah yang suka begadang tiap malam sampai pukul tiga pagi adalah penyakit susah bangun. Dan itu, terjadi pada seorang perempuan yang sekarang masih sibuk dengan dunia mimpinya. Pembuyar mimpinya pun juga tak jauh dari sebuah jam beker pink lucu, ternyata jam beker juga sangat prihatin dengan kemalasannya.
"Sasa!" Suara pelengkap kedua adalah suara bentakan dari lantai satu, memanggil namanya dengan lantang. Agar perempuan yang terlarut dalam mimpi ini terbangun. Begitupun suara ketiganya terdengar dari pintu yang dibuka paksa dari luar. Seorang perempuan masuk ke dalam dengan terburu-buru mengenakan dasi serta tasnya yang sudah dipundak.
"Sa! dengar suara Mama di bawah engga sih?! suaranya mirip tukang bangunin sahur cuma karena mau bangunin lo doang, kebo!" teriak perempuan ini pada perempuan yang masih terlelap dalam selimut, hasilnya nihil. Dan sekarang perempuan dalam selimut begitu sibuk dengan mimpi indahnya. Perempuan yang tengah berkacak pinggang kini berjalan ke pintu kamar mandi, mengambil air segayung dan membawanya ke tepi ranjang.
Tangannya sengaja membalikan gayung dengan segenap jiwa, perlahan air di dalam gayung tumpah semua ke atas ranjang, seolah rutinitas pagi ini memang sering dilakoni setiap hari, sampai perempuan dalam selimut itu berdiri dan berjingkat-jingkat di atas ranjang, wajahnya sangat kuyup.
"Nah," kata perempuan yang memegang gayung, terkekeh setelah melihat saudarinya basah.
"Lo selesai mandi, tinggal ganti baju, ewh!" tambahnya seraya menaruh gayung di atas ranjang, kemudian melambaikan tangan penuh gembira. Perempuan itu pergi meninggalkan kamar saudarinya sambil melambaikan tangan.
"Sialan lo!" maki saudarinya yang masih berdiri di atas ranjang.
1
"Lo engga mandi, Sa?" tanya Dita ketika mereka sedang berolahraga di sekolah, perempuan yang ditanya tadi mengangguk sambil tersenyum menyebalkan.
"Bau lo ah!" desis Dita menjauh sedikit dari perempuan itu, Dita pura-pura jijik dan menutup hidung.
"Gue udah mandi, lah, ribet deh lo."
"Sejak kapan, Raisa Alvina mandi pagi-pagi?"
"Sejak Nenek moyang Raisa berubah jadi Power Ranger," katanya dengan menyangkutkan handuk di atas leher, ia menutup botol minum seraya berdiri.
"Dan Power Rangernya lagi meditasi sama Goku di Gua Hiro!" tambahnya sambil menjulurkan lidah, ia berlari ke tengah lapangan, mengikuti olahraga pada pagi ini. Setidaknya, perempuan yang tadi di atas ranjang itu tidak terlambat sekolah.
Dita selaku sahabat dan partnernya kemana-mana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
"Jorok!" ejeknya dengan berteriak, ia berdiri dan ikut berlari ke tengah lapangan.
2
Sasa, perempuan bernama lengkap Raisa Alvina itu duduk bersama sahabatnya dengan gembira, ditemani ukulele dan juga gitar yang memang dibawa oleh salah satu temannya.
Elgardo, mantan yang merangkap menjadi sahabat Sasa. Dia duduk di samping Dimas, bernyanyi ala artis luar negeri. Padahal Sasa pernah bilang kalau suara Elgardo itu mirip curut kejepit.
"Bro, besok katanya ada siswa pindahan," seru Dewo pada mereka semua, Sasa menaikan satu alisnya acuh tak acuh.
"Biarin ajalah," jawab Sasa sambil memakan baksonya, dia sangat suka bakso. Apalagi geratis, itu menambah nikmat suasana hatinya.
"Dijailin dulu, engga?" usul Dewo.
"Boleh tuh," jawab Rema yang mencomot gorengan milik Dita, perempuan itu pasti cemberut.
"Kebiasaan yang hakiki!" kesal Dita, Rema hanya nyengir sambil memberikan peace dua jari. Gorengannya sudah terlanjur dimakan Rema.
"Ya jailin aja dulu." Elgardo atau Edo, dia menyetujuinya.
"Jangan berat-berat tapi, nanti diomelin sama Pak Jayko," ujar Dewo yang tadi memberi usul.
"Yeuh, lo gimana sih, Wo!" bentak Edgar yang selesai menelan mie instannya. "Tadi minta kepastian, jangan pehape gitu."
"Ya, gue Cuma pikir resikonya, kalau ternyata dia anak pejabat kolongmerat, bagaimana?" kata Dewo. Mereka diam, Sasa apalagi, sedang menikmati makanannya. Tadi pagi, setelah diguyur oleh saudari perempuannya, ia langsung bergegas mengganti baju lalu pergi ke sekolah.
Tak lama Dita terkikik dan membenarkan kalimat Dewo, "Konglomerat Wo." Tampaknya yang menyimak ucapan Dewo hanya Dita.
"Nah, itu," balas Dewo sambil nyengir.
"Ya, kalau anak pejabat, memangnya kenapa? Diakan manusia juga," celetuk Sasa seraya menjauhkan mangkuk baksonya.
"Iya, kan?" tambah Sasa mengelap mulutnya dengan tissue.
"Wah, brilian Sa!" seru Rema sambil bertepuk tangan dengan gembira, dia kembali memainkan gitarnya setelah merampok gorengan milik Dita.
"Yang jelas, gue punya ide kecil, dan ini jauh dari risiko," lanjut Sasa.
"Caranya?" tanya mereka semua memandang Sasa, dia tersenyum cerah sambil menjentikan tangannya.
"Wait next time."
to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVERAISA (Selesai)
Teen FictionCerita ini sebelumnya berjudul : Letting Go. Nama dan karakter tidak diubah, dan ada beberapa perubahan dalam cerita atau perubahan bahasa. Sinopsis : Saat ada orang lain mengatakan patah hati, persiapan untuk move on lagi pasti belum terbiasa. Ada...