Kekesalan Raisa

26 3 0
                                    


"Sasa!! Lo kenapa, gilaa!" teriak Dita ketika Sasa baru sampai dan duduk di bangku sofa rumah Dita. Dita membuka celemek dan membuangnya kesembarang tempat, dia habis masak nasi goreng langsung dan langsung menghampiri Sasa karena mendengar suara pintu diketuk dan dibuka dari arah ruang tamu.

Dita mengulangi ucapannya, "Lo kenapa Sa? Ya ampun, kok bisa ada perban begini sih?" Sasa hanya menghembuskan napas dengan kasar seraya mengurut-urut pelipis alisnya. 

"Kejedot tembok tadi."

"Ih, serius gila."

"Dari tadi nyebut gila terus Dit, gue masih waras." Dita nyengir. 

"Iya-iya maaf. Maksud gue 'kan gue shock ngeliat lo begini. Pulang-pulang udah kaya habis kecelakaan."

"Iya," jawab Sasa pelan.

"Iya kenapa?" tanya Dita.

"Iya, gue kecelakaan tadi. Lebih tepatnya karena gue tolong orang dan gue sendiri yang kena imbasnya." Dita mengangguk-angguk sambil beroh ria.

"Tapi lo engga kenapa-napa 'kan? Bikin panik ih, Sa! Kalau ternyata kepala lo bocor gimana. Kan, bahaya Sa!"

Sasa diam, dia tidak menjawab, sebenarnya apa yang Dita takuti itu memang sudah terjadi. Namun, Sasa hanya tahu dari kesaksian Flo, kata Flo kepalanya terbentur trotoar saat tengah menyelamatkan nyawanya. Setidaknya Sasa bersyukur masih bisa melihat manusia dengan bentuk yang sama. Serta, masih bisa menapakan kakinya di bumi.

"Yang pentingkan orang yang gue selamatin engga kenapa-napa. Cuma tergores-gores karena terpelanting aja. Gue engga apa-apa kok Dit, jangan terlalu dibawa perasa." Dita langsung menepuk kepalanya. 

"Lo itu habis kecelakaan, masa iya gue gembira. Lo gimana sih!" kesal Dita yang sekarang berdiri, dia menarik lengan Sasa untuk berdiri.

"Yuk, gue habis buat nasi goreng. Pasti lo lapar 'kan?"

"Geratis gak?"

"Geratis."

Sasa pun nyengir, mengangguk girang. 

"Ayok!" jawabnya.

--

Sudah puluhan kali ponsel Sasa bergetar, entah itu karena pesan chat, telpon atau bahkan video call dari abangnya, Lintang. Sasa hanya bisa memandang ponselnya tanpa ingin membalas ataupun menjawab semuanya dari Lintang. Sasa ingin menjadi sosok yang egois, dia berpikir jika itu memang salah satu yang terbaik, maka dia akan laksanakan.

malam ini Sasa ingin tidur di rumah Dita, sebenarnya Dita juga sangat jarang berada di rumah, mengingat Sasa meminta tempat untuk mengungsi, lantas Dita hadir di rumahnya yang sepi. Biasanya Dita akan pergi ke rumah saudaranya yang berada di Cawang dan juga bermalam di sana.

Malam ini, di rumah Dita sangat ramai kedatangan Edo, Dewo, dan kawan-kawan tanpa Dimas pacar Dita. Entah dia ke mana. Sasa masih asyik berada di dalam mimpi dengan salah satu boneka yang berada dipelukannya, Sasa ketiduran setelah selesai mandi sore. Catat: Sasa baru mandi hari ini mengingat Sasa itu pelupa dan jarang mandi.

"Sa, udah bangun." Suara itu terdengar dari pintu, Sasa menoleh dan melihat seorang perempuan yang masuk ke dalam kamar. Ternyata itu suara Dita, Sasa bangun dari tidurannya dan juga tersenyum. 

"Iya baru bangun, tapi udah dapat chat sama telpon dari Bang Lintang."

"Terus?"

"Di suruh pulang."

"Mau pulang?"

"Kan, mau nginep." Dita mengangguk dan duduk di samping ranjang, dia memandang Sasa. 

NEVERAISA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang