Sasa merebahkan kepalanya setelah habis pulang sekolah, ia menaruh kepalanya di atas bantal merah marun. Matanya melirik ke arah jam, sudah pukul lima sore ternyata. Rika, selaku Mama Sasa ikut duduk dan menatap anaknya yang sangat kelelahan.
"Tumben pulang sore," ejek Rika, Sasa merengut kemudian ia menaruh kepalanya di atas paha Rika.
"Emang engga boleh?" tanya Sasa.
"Boleh, lah." Jawab Rika.
Kalau diperhatikan Rika dan Sasa seperti bukan Ibu dan anak. Mereka berdua seperti adik kaka yang terlihat beda beberapa tahun saja, bayangkan bagaimana wajah Rika yang terlihat muda dan gaul. Apalagi seluruh teman Sasa tidak percaya kalau Rika adalah Ibu kandung Sasa.
"Terus Mama kenapa ngomong gitu?"
"Ya kan, kamu biasanya pulang malam. Kapok dijemur sama Pak Jayko?" tanya Rika sambil terkekeh.
Sasa menggeleng, "tadi engga dijemur. Selamat sampai masuk kelas."
"Kok bisa?"
"Belnya macet. Kan, Sasa yang matiin." Rika tertawa sambil menepuk jidat, lihat kelakuan anaknya itu seperti melihat kelakuannya masa SMA. Terlalu mirip sampai cara menyampaikan keluh pun, Sasa seperti cerminannya.
"Terus Pak Jayko tau?"
"Enggalah, Pak Jayko sakit perut." Kata Sasa, Rika mengerutkan kening.
"Sakit perut kenapa?" tanya Rika.
"Soalnya kemarin Sasa kasih lima belas sendok sambal di baksonya." Rika kembali menepuk jidat, anaknya yang satu ini memang luar biasa. Kalau bukan jahil dengan gurunya, pasti jahil dengan ketiga abangnya yang sekarang sudah memiliki kehidupan masing-masing.
"Yasudah, mandi sana. Mau ikut ke rumah Deren gak?" Sasa menggeleng.
"Engga deh, Raisa capek tadi habis olahraga." Tolaknya sambil menepuk-nepuk kepala, "emangnya tadi olahraga apa?"
"Sepak bola. Tapi bolanya nyangkut di atap sekolah, jadi tadi bukan main sepak bola." Jawab Sasa, Rika bertanya.
"Terus main apa?" tangannya mengelus puncak kepala Sasa.
"Main sepak bola voli. Soalnya tadi mainnya pakai bola voli."
"Di tendang gitu?"
"Iya."
Rika tertawa, Sasa juga. Mereka tertawa serasa tanpa beban, setelah tawa mereka reda Sasa bertanya.
"Raina udah pulang Ma?" Rika menoleh ke wajah anaknya, kemudian menggeleng.
"Belum tuh, dia masih di sekolah mungkin. Tadi pagi Raina bilang sama Mama, di sekolahnya ada acara band." Sasa mengangguk dan berdiri dari acara tiduran disofanya, dia menggamit tas sambil berkata.
"Raisa ke atas dulu, mau tidur ya."
Rika mengangguk dan memberikan jempolnya.
"Jangan lupa mandi!" perintah Rika. Namun Sasa hanya diam tanpa menjawab, ia memang malas mandi. Mungkin jika ingat, ia akan mandi malam ini, atau paling tidak ia akan mandi pada malam malam berikutnya meski sebenarnya ia hanya mencuci mukanya saja.
1
"Sa," panggil seorang perempuan dari depan pintu, Sasa menoleh dan mendapatkan saudarinya yang tengah bersedekap. Sasa melirik jam beker di atas lemari, sudah pukul tujuh malam. Perempuan itu memakai baju party terbuka yang memperlihatkan lekuk tubuh dan pahanya. Sasa hanya memandangi tubuh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVERAISA (Selesai)
Teen FictionCerita ini sebelumnya berjudul : Letting Go. Nama dan karakter tidak diubah, dan ada beberapa perubahan dalam cerita atau perubahan bahasa. Sinopsis : Saat ada orang lain mengatakan patah hati, persiapan untuk move on lagi pasti belum terbiasa. Ada...