"sebenci-bencinya manusia, pasti akan ada batasnya dan semua yang kotor itu terlihat hina. Kalau lo mau tahu, lo itu sekumpulan dari mereka."
Raisa Alvina
1
Senin, Sasa berjalan di koridor bersama Dita. Tadi sebelum masuk ke kelas, seluruh siswa berkumpul di lapangan untuk mengikuti upacara. Dan sekarang sudah waktunya untuk masuk ke dalam kelas.
Kepala Sasa juga masih berselimut dengan kassa, tadi pagi Dita menggantinya di kamar dengan mendumel karena Sasa benar-benar susah untuk dibangunkan pagi-pagi. Apalagi, pagi ini Dita menyuruh Sasa bersikeras untuk mandi. Jadi, Sasa mandi, walau kepalanya tidak ikut mandi.
"Raisa." Terdengar suara seorang laki-laki memanggil nama Sasa, Sasa dan Dita berhenti. Mereka berdua menoleh ke sekitar dengan bingung. Saat Sasa dan juga Dita melihat seorang laki-laki tinggi menghampiri mereka, Dita mengambil lengan Sasa dan menyuruh untuk tetap berjalan.
Joe, laki-laki yang memanggil Sasa itu ternyata Joe. Dia terburu-buru menghampiri Sasa, tapi Dita memaksa Sasa untuk tetap jalan.
"Ayo Sa! Ngebut." Katanya.
"tunggu gue mau ngomong sama Raisa." Kata Joe yang sekarang mengambil lengan Sasa.
"Gue engga mau lihat wajah lo!" kata Dita yang sekarang berhenti, dia mengambil lengan Sasa yang satunya dengan kasar agar Joe tidak memaksanya.
"Gue mau ngomong sama Raisa," kata Joe lagi.
"Tapi gue melarang!" sinis Dita. Sasa hanya diam, dia malas untuk banyak bicara, apalagi matanya masih merasa mengantuk dan butuh tidur.
"Gue mau minta maaf dan mau ngomong sesuatu sama Raisa. Plis."
Suara bel terdengar dari ujung speaker, semuanya menoleh ke sana termasuk Sasa, Joe dan Dita. Dita melirik Joe, "tapi engga bisa, gue sama Sasa harus ke kelas. Lo balik aja ke kelas. Jangan ganggu teman gue, karena lo udah ganggu macan tidur!"
Dita pun menarik Sasa agar menjauh, mereka langsung masuk ke dalam dengan kesal. Joe menghela napas berdiri di depan kelas Sasa sambil memandangi, setelah lama mematung dan juga sudah ada guru masuk di kelas miliknya, akhirnya dia pergi ke kelas miliknya yang berada dideretan ke dua setelah kelas Sasa.
2
"Lo kenapa sih?" suara Dita terdengar, kedua tangannya membawa satu nampan dan berisi bubur kacang hitam kesukaan Sasa, tak lupa dengan air putih.
"Nih," kata Dita, Sasa mengambil nampannya dan berterima kasih.
"Gue engga apa-apa." Jawabnya.
"Muka lo kusut." Ejek Dita, Sasa mengangguk-angguk. Kalau sudah di sediakan makanan oleh Dita, Sasa sangat suka. Dan Dita mengerti itu.
"Pusing aja," kata Sasa. "Apanya?" tanya Dita.
"Kepalanya." Jawab Sasa.
Dita langsung mendekat, "ke rumah sakit yuk." Sasa menggeleng sambil menguyup air kacang hitamnya.
"Engga ah, nanti aja. Omong-omong Dimas ke mana? Kok, gue engga lihat dia di sekolah, kemarin juga. Kenapa?"
Dita diam sambil merogoh kantong celananya yang ternyata di sana ada ponsel, dia juga bingung ingin menjawab apa. Karena sebenarnya Dita juga tidak tahu.
"Entah, tapi kata adeknya, si Nani, Dimas pergi." Sasa mengangguk-angguk sambil menguyup lagi serta memakan kacang hitamnya.
"Kok engga bilang-bilang ke lo, Dit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVERAISA (Selesai)
Novela JuvenilCerita ini sebelumnya berjudul : Letting Go. Nama dan karakter tidak diubah, dan ada beberapa perubahan dalam cerita atau perubahan bahasa. Sinopsis : Saat ada orang lain mengatakan patah hati, persiapan untuk move on lagi pasti belum terbiasa. Ada...