~04~

70 2 0
                                    

Esok paginya suasana desa itu terlihat sedikit ramai karena mereka dan rekan-rekan lainnya tengah sibuk melakukan syuting. Pak sutrada terlihat sibuk memberi arahan kepada para pemainnya. Hingga siang harinya proses syuting itupun dihentikan. Mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk beristirahat.

“Euh… capek banget” kata Natalia sambil mendudukkan tubuhnya disebuah pohon yang cukup rindang.

“Iya ya. Enggak nyangka kalau ternyata syuting itu lebih melelahkan daripada manggung” ucap Khayla.

“Kaki aku sampai pegal-pegal nih harus bolak-balik lari kesana kemari” sambung Diana ikut menyandarkan tubuhnya disamping Natalia.

“Eh Nirmala mana? Kok enggak ngumpul sama kita” tanya Wina.

“Enggak tahu juga aku. Tadi terakhir aku lihat Nirmala masih sibuk bicara sama pak sutradara” jawab Khayla.

Tak jauh dari tempat Mereka beristirahat, Nirmala tampak serius mempelajari naskah yang harus dihafalnya. Tanpa sengaja matanya kembali memandang pintu gerbang ditepi hutan itu. Karena penasaran, akhirnya Nirmala melangkahkan kakinya mendekati gerbang tersebut. Ternyata gerbang itu tak sekokoh yang dipikirkan Nirmala. Nirmala menduga mungkin gerbang itu telah berusia 70-90 tahun atau mungkin lebih. Tinggi gerbang itu mencapai 3 meter. Dan dikedua pilar yang menyangga gerbang itu terdapat sebuah ukiran berbentuk pohon yang dihiasi oleh daun yang memiliki 5 ruas.

Saat Nirmala tengah asyik mengamati gerbang itu, tiba-tiba ada seorang laki-laki tua yang menyapanya.

“Permisi. Kamu menghalangi jalan saya”

“Oh… maaf” ucap Nirmala sopan sambil menggeser tubuhnya lebih ketepi.

“Apa yang kamu lakukan disini?” tanya Kakek tua itu.

“Saya cuma melihat-lihat daerah sekitar sini”

“Sebaiknya kamu jangan dekat-dekat dengan hutan ini kalau kamu tidak ingin mendapat sial” kata Kakek tua itu memperingatkan.

“Sial?” tanya Nirmala heran. “Maksud kakek apa?”

Keingintahuan Nirmala yang begitu besar kembali terusik. Ini adalah berita yang menarik baginya. Mengapa orang-orang didesa ini begitu takut terhadap hutan ini. Semalam Mbok Rinah telah memperingatkan mereka karena hutan ini adalah hutan yang angker. Kini didepannya ada seorang laki-laki tua yang menyampaikan hal senada. Hutan ini membawa sial. Sebenarnya cerita apa yang tersimpan dibalik hutan ini sehingga orang-orang desa begitu menakutinya.

“Benar. Hutan ini membawa sial bagi orang yang ingin mendekatinya. Telah banyak manusia yang menjadi korban atas hutan ini. Dan salah satu korban itu adalah cucu saya sendiri”

“Maksud kakek apa? Saya kurang mengerti”Ucap Nirmala.

“Wajar saja bila kamu tidak mengerti karena kamu orang baru disini. Didesa ini telah ada aturan yang tidak tertulis bagi warga desa. Dan para warga telah mematuhinya sejak bertahun-tahun lalu” kata Kakek itu menjelaskan. “Sebaiknya kamu segera pergi dari sini. Sebab bila kamu sampai melihat pintu gerbang yang ada ditepi hutan ini, maka saya tidak menjamin akan keselamatanmu”

“Pintu gerbang? Bukankah setiap orang pasti bisa melihatnya. Bagaimana mungkin warga desa bisa menghindarinya kalau setiap hari mereka pasti akan melihat pintu gerbang ini karena letaknya yang tepat didepan desa. Bahkan saat ini kita sedang berada didepan gerbang itu. Kakek ini ada-ada saja” kata Nirmala tersenyum mendengar gurauan kakek itu.

“Kamu pernah melihat pintu gerbang itu?” tanya Kakek dengan wajah yang pucat.

“Tentu saja. Pintu gerbang sebesar ini siapa yang bisa menghindarinya” jawab Nirmala heran dengan keterkejutan kakek itu.

Hutan Angker Terlarang🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang