Prolog

16.3K 572 12
                                    

Hari ini adalah hari pertamanya mengajar di SMA Nusa Bangsa, sekolah yang tiga tahun lalu menjadi sekolahnya, dan kini ia menjadi guru magang di sekolah tersebut.

Ia tampak sibuk dengan ponselnya, "iya. Gue udah nyampe nih, tunggu!"

Ia kembali sibuk mencari sesuatu dalam tasnya. "Perasaan abis di print, udah gue masukin ke tas deh. Aduh kemana ya?". Gadis itu masih mencari sesuatu dari banyaknya barang di tasnya.

"Maaf, Kak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seseorang dari arah belakang.

"Em. Oh enggak!" gadis itu tersenyum kaku dan terus melanjutkan kesibukan pada tasnya. "haduh, gawat kalo beneran ketinggalan, gimana gue ngomongnya pas amanat nanti?" gumamnya.

"Kak?" anak lelaki itu masih berdiri di tempatnya, meski ia diacuhkan oleh gadis yang memakai jas almamater kampusnya itu.

"Lah kamu masih di situ?" tanya gadis itu heran.

"Kakak kayaknya kebingungan, boleh saya tau kenapa? Siapa tau saya bisa bantu," ujar anak lelaki itu ramah.

"Kamu tau tempat print dimana?" gadis itu menyerah dan akhirnya bertanya.

"Koperasi, Kak. Tapi bukanya nanti setelah upacara."

"Mampus gue!" gadis itu menepuk dahinya.

"Kenapa, Kak?" anak lelaki itu menatap muka gadis didepannya hingga pandangan mereka bertemu. Namun karena canggung keduanya kembali memalingkan wajah.

"Kertas yang isinya amanat buat nanti upacara kayaknya ketinggalan. Masa saya harus baca dari handphone? Kan gak sopan!" curhat gadis itu.

"Mana handphone Kakak?" anak lelaki itu mengulurkan tangannya.

"Eh, buat apa?" gadis itu sigap.

"Biar saya yang print keluar. Kakak pasti gak tau!"

"Huh, gue juga hafal kali. Anak ini gak tau aja gue juga alumni sini, ya biarpun suasananya udah banyak berubah. Tapi lagi mendesak gini apa boleh buat?" batin gadis itu.

"Kak? Kok bengong? Upacaranya sepuluh menit lagi loh." Anak lelaki itu membuyarkan lamunannya.

"Oh oke!" dengan ragu gadis itu menyerahkan ponselnya.

Ia menghembuskan nafas kasar setelah anak lelaki itu berlalu dari hadapannya. "manis juga tuh anak." Gumam gadis itu.

"Siapa, Kak?" suara itu mengagetkannya.

"Oh enggak." Gadis itu melonjak saking kagetnya. Anak lelaki itu cepat sekali, sampai gadis itu tak sadar memujinya dan anak lelaki itu sudah ada dihadapannya.

"Nih, Kak." Anak lelaki itu menyodorkan beberapa lembar kertas kepada gadis itu.

"Makasih. Jadi berapa?" gadis itu merogoh dompetnya.

"Ah gak usah, Kak. Saya balik dulu ya, udah mau upacara. Nanti saya dihukum lagi," ujar lelaki itu dengan cengiran innocentnya dan berlalu dari hadapan gadis itu.

"Haduh jantung gue!" gadis itu memegang dadanya.





Vote and comment!
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomblosedunia

My Lovely StudentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang