Segala yang lucu-lucu adalah humor. Orang lucu kita sebut humoris. Mereka punya sense of humor yang tinggi. Definisi yang agak ilmiah dari humor sendiri adalah kemampuan dari orang, objek, situasi, atau kata-kata untuk membangkitkan perasaan senang, terhibur, dan bahagia dalam diri manusia.
Tentu saja, kelucuan memegang peranan yang amat penting di sini, karena itulah yang membedakannya dari bentuk-bentuk hiburan lain. Orang nyanyi bisa menghibur dan membahagiakan, tapi kalau tidak lucu, pastinya tak bisa kita sebut humor. Sinetron (jelek) juga menghibur, tapi kalau di dalamnya tak terkandung unsur kelucuan, tentu tak bisa disebut humor juga.
(Meski demikian, sinetron yang jelek dan tak masuk akalnya kebangeten, akan jadi humor juga, karena bisa kita olok-olok dan komentari sesuka hati sehingga memunculkan efek kelucuan yang sungguh amat menghibur! Anda dapat mencoba sendiri di rumah.)
Nah, kita dibilang punya sense of humor yang tinggi kalau kita bisa menghadirkan elemen humor di dalam hidup keseharian kita, entah lewat perkataan atau tindakan. Mungkin karena pintar menceritakan kisah-kisah lucu, pandai memberi komentar lucu atas apapun yang terjadi, lihai mengeluarkan celetukan yang lucu, atau tiba-tiba kentut pas lagi menghadiri rapat dengan direksi atau di tengah-tengah salat berjamaah di masjid!
Lantas dengan cara bagaimana elemen humor itu bisa muncul? Salah satu elemen terpenting dari humor adalah kejutan. Humor hampir selalu muncul dalam apapun yang muncul penuh kejutan. Salah satu contoh paling simpel adalah ketika seorang guru atau dosen berkata, "Dan faktor-faktor yang memengaruhi hal tersebut adalah: satu, ...ini nanti akan ada delapan puluh empat...!"
Efek humor muncul dari kekagetan murid atau mahasiswa terhadap celetukan sang guru atau dosen mengenai faktor-faktor yang berjumlah hingga 84, yang meski jelas amat mustahil namun pada saat kalimat itu dilontarkan secara spontan dan tiba-tiba, semua yang mendengar pasti akan terkejut duluan. Tapi jika kejutan yang terjadi muncul setelah ada berita "Pacarmu si Nungky dinikah oleh Pak Camat!", sudah pasti ini sangat tidak mengandung unsur humor apapun!
Secara umum, ada tiga kondisi yang menyebabkan kelucuan terjadi, yaitu:
Pertama, ketika terjadi pergeseran persepsi terhadap sesuatu, atau ketika sesuatu tidak berada pada tempatnya. Ini terjadi, misal, ketika seseorang bertanya "Pak RT di mana?", dan dijawab "Pak RT nggak ada", lalu dia menunjukkan mimik muka terkejut, "Lho, sakit apa!? Kemarin masih segar bugar kok...!".
Kedua, ketika kita dihadapkan pada kesalahan, kurangnya kecerdasan, dan keadaan yang tak menguntungkan, baik pada diri orang lain maupun diri sendiri. Orang jatuh terpeleset, masuk got, mencari kacamata padahal kacamata yang dicari sedang dipakai, atau mengalami hari yang sangat apes, semua pasti memunculkan efek kelucuan yang bisa amat menggelikan (dan menghibur!).
Dan yang ketiga, ketika muncul suatu kejadian yang dengan drastis menurunkan "tensi" keadaan yang tengah meninggi. Suara pedagang keliling menjajakan tape akan terasa biasa saja, tapi jika mendadak terdengar suara "Pee... tapeee...!" ketika kita tengah mengheningkan cipta dalam sebuah upacara bendera, pedagang tape akan dengan tiba-tiba saja menjadi hal terlucu di dunia.
Pemeran Mr Bean, Rowan Atkinson, menyampaikan teori bahwa seseorang atau satu objek bisa menjadi lucu karena tiga keadaan:
· Berada di tempat yang tak semestinya.
· Bertingkah laku dengan cara yang tak biasa.
· Berada dalam ukuran atau kapasitas yang salah.
Ketiga elemen inilah yang menjadi embrio dari komedi, terutama komedi situasi.
Komedi
Ada dua macam makna kata "komedi", yaitu makna klasik dan makna populer. Yang klasik berasal dari teater komedi dari masa Yunani kuno, sedang makna yang ngepop adalah penggunaan humor secara sengaja dan sistematis untuk memancing tawa audiens. Bisa lewat teater, film, sinetron, novel, cerpen, puisi, ataupun lagu.
Lucunya, pada era Yunani kuno, komedi justru berarti pertunjukan teater yang berisikan tragedi. Waktu itu cerita yang sering ditampilkan selalu bertemakan konflik antara pahlawan muda melawan kaum aristokrat tua.
Komedi dari zaman Yunani berkembang ke masa kini lewat kata "comoedia" (Latin) atau "commedia" (Italia). Pada abad pertengahan, komedi cukup diartikan sebagai cerita-cerita yang berakhir bahagia (happy ending). Berikutnya, mendekat ke abad XX, komedi berarti bentuk-bentuk karya (seni) yang bertujuan untuk memunculkan kelucuan dan memancing tawa audiens atau penikmatnya.
Kini, komedi sudah menjadi satu genre tersendiri dalam dunia sastra dan sinema. Kisah-kisah lucu hadir dalam novel, cerpen, cerita bersambung di media, puisi, film, dan sinetron (serial televisi). Belakangan bahkan muncul pula penyanyi dan musisi tertentu yang berspesialisasi memainkan musik humor, seperti "Weird" Al Jankovic, P Project, Project Pop, atau Team-Lo.
Saat tampil lewat medium seni, komedi biasanya dihadirkan dalam dua metode, yaitu:
Komedi Fisik/Slapstick
Ini jenis komedi yang menggunakan elemen fisik untuk mengundang tawa, bisa lewat ekspresi, bentuk tubuh yang abnormal, atau perilaku yang tidak semestinya.
Jim Carrey dan The Three Stooges memainkan jenis komedi ini. Kalau di dalam negeri, contoh paling legendaris ya jelas Warkop DKI. Kita tertawa melihat raut wajah yang aneh, orang kecebur selokan, nyemplung rame-rame ke kolam renang, atau ketika kepala mereka terbentur lemari.
Komedi Situasi
Komedi jenis ini mengandalkan situasi-situasi yang tak biasa untuk mengundang tawa. Tak ada ekspresi, suara, sikap, atau kata-kata yang lucu, namun keberadaannya dalam sebuah situasi yang tak wajar membuat semua yang tersaji menjadi lucu.
Salah satu contoh komedisituasi paling brilian adalah segmen "gel rambut" yang ada dalam film There's Something about Mary arahan duetsutradara Peter dan Bobby Farrelly (sudah nonton belum?). Situasi makin lucukarena kedua tokoh utama yang terlibat dalam adegan itu (dimainkan Ben Stillerdan Cameron Diaz) sama sekali tak menyadari apa yang tengah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Science of nDhagel: Panduan Edan Menjadi Orang Lucu
Non-FictionBanyak terdapat orang lucu di sekitar kita. Mulai dari badut kelas, tetangga yang suka membanyol, teman sekerja yang luar biasa konyol, hingga mereka-mereka yang menjadikan kelucuan sebagai sumber mata pencaharian, yaitu para pelawak. Orang yang luc...