7- monokrom part 3

0 0 0
                                    



enjoy it!

Kelas menggila. Hari ini, tepat beberapa detik lagi, seorang guru matematika dijadwalkan masuk kelas. Mereka semua berteriak heboh, meneriakan nasibnya yang begitu malang. Minggu lalu pr telah diberikan, sebanyak 20 halaman penuh. Tapi mayoritas penduduk kelas, tidak mengerjakan, bahkan diantara dari mereka tidak tahu jika guru itu telah memberikan pr.

"eh liat pr lo dong, gue belum nih. Solid dong solid"

"gak ah, gak mau. Lo solidnya pas kepepet doang, mana kesolidan lo waktu kemaren gue keciduk nyolong kunci jawaban?"

"KUNCI PINTUNYA! KUNCI PINTUNYA! JANGAN BIARKAN DIA MASUK!"

"kabur ayo kabur semuanya, biarkan kelas ini kosong. Biarin dia mengajar ruang hampa"

"coy dikit lagi coy dia mau masuk"

"TIARAP!"

Di bangkunya, fanya berdiam diri dengan ringisan di wajahnya. Bukan karena belum terisinya semua soal di buku tugasnya, melainkan lebih kepada ekspresi semua teman temannya yang begitu menyedihkan. Sepertinya, sejak dulu guru matematika selalu digambarkan menjadi sesosok penampakan yang paling menyeramkan, hingga bisa jadi saat sosok itu muncul meskipun hanya berupa siluet, semua siswa pasti akan berteriak ketakutan.

Tidak seperti teman temannya yang lain, rendy tidak pernah khawatir setiap kali guru matematika itu memasuki ruangan, bahkan jika diadakan ulangan mendadak sekalipun. Dia selalu mempersiapkan dirinya jauh jauh hari, mencicil dan mencicil setiap pelajaran yang baru saja dipelajari. Sehingga begitu seluruh temannya menahan nafas ketika pintu kelas berdecit, dia hanya melirik sebentar lalu kembali fokus bermain kubiknya.

"kok gak berisik lagi?" pak jay bertanya sinis, seraya menatap keseluruhan muridnya dengan amarah yang siap berkobar.

"nah! Niatnya emang begitu pak!" sahutan itu berasal dari ubay, salah satu spesies kelas yang tidak pernah mengenal kata takut dalam kamus hidupnya, membuat keadaan kelas tak sehening tadi. Sebagian diantara mereka menahan nafas, tau jika sebentar lagi kemarahan pak jay akan meledak. Dan diantaranya lagi terkekeh kecil seraya menutup wajahnya dengan buku paket yang terbalik.

"silahkan keluar, jangan menganggu jam mengajar saya!" benar saja, suara bariton pak jay menggema, membuat suasana kelas kembali hening. Terutama fanya, yang diam diam merutuki kebodohan teman sekelasnya itu. Namun berbeda dengan seluruh temannya yang seakan membatu berkat ucapan pak jay, ubay malah tertawa keras dan mengacungkan jempolnya. Seluruh murid terperangah melihat tingkah ubay, hanya rendy yang sama sekali tidak berpengaruh. Seluruh jaringan otaknya bekerja, memunculkan satu dari 1000 ingatan lainnya hingga akhirnya membuat ketidakwajaran itu terasa normal saja dan logis dalam otaknya.

Karna dari sekian banyak orang, hanya rendy yang mengetahui. Terselubung atau tidak, dialah orangnya jika sesuatu perlu ditanyakan.

Terlihat suatu kekesalan dari wajah pak jay begitu dengan senyum manisnya, ubay melangkah ringan menuju pintu keluar. Memberikan lambaian tangan terakhir dengan penuh dramatis pada seluruh kelas. Guru paruh baya itu menarik nafas dalam dalam sebelum akhirnya kembali menatap seisi kelas yang mulai terkondisikan tanpa biang perusuh.

"hari ini bapak ada acara. Jadi, tolong jangan membuat keributan apapun. Afalkan saja rumus rumus dan materi yang sudah dipelajari, besok kita ulangan, pr kita periksa besok saja. Dan satu lagi, khusus untuk rendy dirgantara,kamu dipanggil bu ika di ruang kepala sekolah"

Rendy menghentikan aksi bermain kubiknya begitu mendengar namanya disebut pak jay, tanpa menanggapi apapun ia hanya menatap pak jay sekilas lalu kembali melanjutkan permainannya. Fanya dibuat gemas olehnya, pantas saja tidak ada satupun wanita di sekolah ini yang berani mendekati rendy. Sikap dingin dan acuhnya sudah mendunia. Bahkan pada para guru sekalipun.

THE UNDERCOVER (karna tidak ada manusia yang semurni kelihatannya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang