--------- manusia ber aluminum
2015
Rendy meletakan buku buku sejarah yang ia ambil dari barisan rak perpustakaan di atas mejanya hingga membentuk sebuah menara kecil. Bermenit menit ia tenggelam dalam sejarah demi sejarah baru yang ia dapatkan dalam tumpukan buku itu. Fokusnya terpecah begitu dengan sekonyong konyongnya seseorang gadis ikut meletakan setumpuk buku tebal tepat di hadapannya hingga menimbulkan suara debuman kecil.
Matanya memperhatikan setiap tindak tanduk dari si gadis dari balik buku bacaannnya yang terapampang di depan wajahnya. Gadis itu, dengan wajah polos tanpa rasa bersalahnya ikut membaca buku dengan tenang di depan rendy. Ia membiarkan rambutnya yang lurus itu tergerai hingga hampir menutupi sebagian wajahnya.
Lagi, suara debuman kembali terdengar. Diam diam rendy mendengus kesal, merasa ketenangannya kembali terusik. Kini, seorang laki laki berseragam urak urakan, yang sangat tidak pantas memasuki perpustakaan meletakan tumpukan buku tebal di samping sang gadis lalu duduk dengan tenang. Rendy masih mengamati, otaknya membagi fokus antara kepada sejarah dalam buku dan mungkin kepada sejarah dalam realita.
Merasa terganggu, sang gadis menolehkan kepala lalu mencebikan bibir kesal disana. "ngapain sih? Lo mau debat lagi sama gue. Tadi di tukang baso lo juga mancing mancing, sekarang di perpustakaan lo juga mau mancing mancing?" ucapnya kesal seraya mengatur suaranya agar tidak mengusik ketenangan pengunjung lain.
"ciri ciri generasi micin. Orang baik baik mau baca di perpustakaan, biar dapet ilmu. malah di tuduh gak bener" balasnya santai tanpa mengalihkan pandangan dari bacaan bukunya yang terbalik.
"halah, dapet ilmu ndasmu. Itu buku juga kebalik, mana bisa dapet ilmu" balas gadis itu sarkas.
Kepalanya menoleh, meninggalakan sederet aksara terbalik itu lalu menatap sang gadis dengan aneh. "dasar purba. Cara baca buku sekarang itu bervariasi, yang penting isinya masuk ke otak" laki laki itu memperhatikan ekspresi kesal gadis yang beberapa waktu lalu ia ketahui bernama fanya dengan senyum geli. "lagian gue beda. Kalau lo belajar sambil duduk kan? Kalau Gue sambil salto, atau minimal sambil split lah."
Fanya menggeleng gelengkan kepalanya kesal, "udah sana, bikin orang stress aja. Gue mau baca buku dengan tenang, mending lo cepetan pergi atau gak gue panggil penjaga perpus!" ancamnya penuh penekanan disetiap katanya.
Laki laki itu menyeringai, "situ oke nyuruh nyuruh orang pergi. Goceng dulu"
Fanya kepalang kesal, malas menanggapi orang gila macam ini di hidupnya. Sehingga dengan gerakan cepat ia mengumuti satu persatu buku di atas mejanya lalu membawanya kedalam pelukannya dan bersiap pergi. Namun sebelum pergi, rasanya tidak puas jika ia tidak memberi kenang kenangan untuk pengusik gila itu. Fanya memperhatikan senyum puas di wajah pria itu sebelum akhirnya tangannya mengambil salah satu buku tebal dalam dekapannya, lalu di gaploknya dengan keras tepat di pipi pria itu.
Plak
Tidak sempat pria itu menghindar, tamparan keras dari buku tebal itu telah membuat erangan keras meluncur begitu saja. Tangannya lantas mengusap usap pipi putihnya yang kini berubah menjadi merah, "pipi gue tepos." Sedangkan laki laki itu meringis kesakitan, fanya malah tertawa puas, dan dengan santainya serta mengacuhkan keadaan ruang berpustakaan yang mendadak tidak sehening tadi, gadis itu berjalan menuju pintu keluar perpustakaan dan menghilang dari pandangan semua pengunjung perpustakaan.
Di tempatnya, niko masih mengusap pipinya yang telah ber angsur angsur membaik dan tidak seperih awal pukulan. Matanya kemudian menatap seluruh pengunjung perpustakaan seraya memberikan cengiran meminta maaf, terutama kepada penjaga perpustakaan yang sedari tadi menatap tajam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNDERCOVER (karna tidak ada manusia yang semurni kelihatannya)
Teen Fictionmereka sang pemilik masa depan, masa lalu, juga masa kini. pemilik rumah dari setiap tamu yang bersiap mengetuk pintu hati. mereka salah satu ranting pohon yang terjatuh lalu terinjak dan patah dari sebuah batang pohon yang kokoh. mereka yang tengah...