1

29 6 5
                                    

Jakarta, 5 Januari 2014.

Aku masih memperhatikan jam tangan pemberian ayahku dulu. Sekarang menunjukkan pukul 06:00 WIB. Lantas aku bergegas mandi dan berpakaian. Mungkin peparduan skirt, kemeja, dan blazer cukup sopan untuk pergi ke kantor tempatku bekerja. Ya, sekarang aku sudah bekerja di Kantor Kepresidenan Indonesia, bagian Information and Technology.

Saatnya untuk merias wajah. Tidak, aku bukan merias wajahku untuk terlihat cantik. Tetapi untuk terlihat lebih seperti kutu buku, untuk menghilangkan kesan kalau aku bisa bela diri.

Rambut hitamku kukuncir ponytail. Wajahku kuberikan bedak yang lebih gelap dari kulitku. Tak lupa aku mengenakan kacamata bulat.

Dengan mengendarai mobil, aku berangkat ke kantor tempatku bekerja. Aku menggunakan bluetooth handsfree untuk bertelepon dengan pamanku agar pamanku bisa memberikan informasi tentang lingkungan dan kantor kerjaku.

Setibanya aku di kantorku, lelaki yang kira-kira sudah berkepala 4 menyambutku, "anda Yuki, bukan?"

"Benar, Pak" jawabku.

Dia langsung menjabat tanganku. "Selamat pagi, Yuki! Saya Tony, kamu bisa panggil saya Pak Tony. Saya adalah kepala cabang IT. Saya akan mengantar kamu ke ruangan kerja," ucap Pak Tony.

Sesampainya di ruang kerja khusus bagian IT, kami langsung disambut dengan kegaduhan dari 2 orang. Aku hanya menoleh kearah Pak Tony dengan ekspresi kebingungan. Pak Tony berkata, "perempuan itu bernama Rebecca. Dia juga dibagian IT. Sementara lelaki itu bernama Yoel. Yoel adalah kepala cabang keamanan sekaligus kepala kepolisian Indonesia. Usianya memang masih muda, tapi ia sudah menjadi kepala cabang."

"Rebecca, Yoel, ada apa ini? Kenapa ribut-ribut?" Tanya Pak Tony.

Yoel menjawab, "ada hacking pada saat kampanye presiden kemarin. Dampaknya slide yang dipersiapkan calon presiden tertukar halamannya. Mungkin ada yang sengaja menukarnya. Aku mencurigai Rebecca. Tapi dia malah berontak."

"Apa dampak hacking tersebut hanya tertukar halaman slide?" Tanya Pak Tony. Yoel mengangguk. Pak Tony pun menghela nafas, "yasudahlah. Aku yang akan mengurus ini langsung pada capres-nya."

"Oh iya.... kita kedatangan anggota baru di bagian IT. Dia adalah Yuki. Yuki ini adalah lulusan IT Oxford, dengan beasiswa penuh," ucap Pak Tony.

Tiba-tiba Yoel bersuara, "lulusan Oxford? Wah wah wah... usiamu berapa?"

"20 tahun" jawabku.

"20 tahun?" tanyanya tak percaya.

"Aku memulai kuliahku pada umur 17 tahun, dan kuliah selama 4 tahun," jelasku.

"Aku tahu kau cerdas. Penampilanmu menjelaskan itu," balasnya sambil melihatku dari bawah ke atas. Sialan. Yang lain pun langsung tertawa. Aku tak boleh kesal. Aku juga akhirnya tersenyum sedikit.

"Yuki, meja kerjamu ada di sebelah sana," ucap Pak Tony sambil menunjuk. "Thank you, Sir!" Ucapku.

Setelah duduk di kursiku, aku langsung membuka komputerku. Ternyata benar, komputer ini memiliki nomor kode masing-masing yang sudah tercantum pada komputer kepala bagian cabang IT itu. Kalau seperti ini aku tidak bisa dengan mudah menyabotase kampanye calon presiden dengan komputer ini.

Dengan sigap aku mencoba melepasan nomor kode untuk sementara, dan aku berhasil.

"Yuki, apa kau sebegitu pintarnya sampai-sampai ketika kau duduk kau langsung mengutak-atik komputermu itu? Apa kau tak butuh bantuan seniormu?" Ucap Yoel yang mengagetkanku. Dengan cepat aku langsung menekan tombol 'esc'.

Greed HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang