Penulis senja

23 0 0
                                    

Aku hanya menulis ini pada waktu senja. Kerna pada senja ada hati yang kian memencilkan diri. Menghilang dibalik langit.

Namun senja itu, tak pernah gagal menghadirkan rasa hiba. Maka setiap bait patah diaduk bersama sebuah perasaan. Menghidupkan ayat seperti bernyawa meminta dihukum!

Senja ini, aku menulis lagi. Seperti senja-senja sebelumnya. Hening langit teruar di garis ufuk. Merah terukir didadanya. Menghidupkan lagi perasaan bernyawa pada setiap kalimah.

Tinta ini sunyinya mencengkam taman qalbuku. Rindunya riuh bermain disamudera Hindi. Tak terungkap bicara menuturkan sabar. Sedang hati telah luluh diremuk bertubi-tubi.

Akukah yang bersalah? Ya. Jerit batinku! Lalu aku harus bagaimana? Dicampak ke lembah merah atau direjam rindu bertali-arus?

Akankah ku terdaya? Tiadalah ku terdaya, namun aku harus bagaimana? Pada setiap langkahku gontai terjelepuk ke bumi. Mencari sisa kekuatan yang ada untuk terus betah bertahan. Andai itu takdirku. Maka tuhanku, aku redha dengan jalan ini.

Inilah persembahan hatiku padaMu. Dengan setiap tampalan luka aku serah bersama hati nan pasrah mengharap redhaMu mencurah.

- Penulis senja, 7.29pm

Unwritten Where stories live. Discover now