Sekarang saat nya jam ke 3 dimulai. Karina yang sudah siap dengan baju olahraga lengkapnya tak lupa untuk kembali menyusahkan orang orang terdekat.
"Sel? Anterin gue pliss" pinta Karina mendekati Selia.
"Kemana?" jawab Selia mengernyit.
"Pipis" balas Karina nyengir.
"Daripada nanti di tengah jalan gue kebelet terus ujung ujung nya kan juga elo yang kena." lanjut Karina mengancam Selia.
"Ohh" jawab Selia datar.
Selia tidak berkata iya. Tapi tangannya yg menarik Karina untuk menjauhi posisi semula melambangkan bahwa dirinya siap mengantarkan Karina. Sehingga Karina selamat sampai tujuan.
Selia nampak tlaten ketika meniti langkah per langkah menuju toilet. Itupun di dukung oleh sikap Karina yang pagi ini belum begitu memunculkan penyakit aneh nya.
Karina dan Selia menghampiri guru Olahraga yang kemudian di susul teman sekelas nya.
Lomba Lari keliling kecamatan. Bukanlah hal yang mudah. Walaupun Karina hobby lari. Tapi lari nya Karina kan karena makanan ataupun tunjangan untuk kejahilan bukan mencari nilai buat rapotan.
Guru Olahraga menjelaskan rute ataupun aturan aturan. Karina yang sama sekali tak mengerti inti dasar penjelasan hanya mengangguk 'iya'.
"1,2,3!"
"Mulai!!!" aba aba Pak Guru olahraga yang serentak membubarkan seluruh rombongan menjauhi posisi awal.Nama nya juga cewek. Disuruh balapan lari malah ngebentuk barisan ngrumpi. Asna dan Fatimah berada di barisan paling depan. Maklum postur tubuh mereka sangatlah strategis sehingga memudahkan kedua nya untuk meraih posisi paling depan. Disusul Karina dan Selia pada barisan ke 4. Sungguh kasihan Selia harus mendengarkan ocehan Karina di sepanjang jalan. Sedangkan Lyla berada di barisan paling akhir. Dimana barisan tersebut hanya memuat wanita wanita berukuran jumbo.
"Sel?" ujar Karina.
"Apa?" sahut Selia yg berlari kecil di samping Karina.
"Penilaian nya gimana?" tanya Karina nyengir.
"Lo nggak dengerin tadi?" Selia bertanya balik heran.
"Nggak." jawab Karina polos.
Selia mengantupkan bibir. Mengelap keringat yang mulai mengaliri pelipis nya.
"Penilaian PA sendiri PI sendiri." jelas Selia.
"O" ujar Karina datar.
Kerongkongan Karina mulai kering. Sedangkan wajah nya mulai terbanjiri keringat.
"Rambutan!!" ujar Selia seketika melihat pohon rambutan berbuah rambutan.
Karina tiba tiba melepas tangan Selia dari genggamannya. Dan berjalan menghampiri bapak bapak yang terduduk di bawah pohon rambutan.
"Permisi?" ujar Karina sopan.
"Pak boleh nanya?" sambung Karina.
"Tanya apa ya dek?" balas Si Bapak.
"Kalo boleh tau rambutannya ini rasa nya manis apa masam ya pak?" tanya Karina seraya melihat ke arah rambutan yang merah merekah.
"Rambutannya masam dek." jawab Si Bapak santai.
"Ohh.. makasih ya pak?" balas Karina dengan lontaran senyum terimakasih.
Si Bapak turut mengangguk tersenyum dan membiarkan Karina berlalu.
Selia yang menyaksikan dari kejauhan hanya bengong tak mengerti.
"Karin? Terus maksud lo tadi apa?" tanya Selia heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Simple Love
Teen FictionKarina seorang gadis yang takut menyebrangi jalan raya dg menggunakan kedua kaki nya. Yang pada akhirnya selalu merepotkan orang orang terdekatnya. Terutama ke 4 sobat karibnya yaitu Selia,Lila,Fatimah,dan Asna. Pada suatu pagi Karina merepotkan pri...