Jimin berjalan tergesa – gesa ketika mendapat kabar dari Suga bahwa Nana baru saja tiba. Sudah Lima bulan sejak kepergian Nana ke negeri orang--untuk mendapatkan perawatan medis yang semestinya. Dan kini senyum mengembang di wajah manis Nana dapat Jimin lihat, betapa makin cantiknya gadis yang sudah lebih dari 2 tahun menemani hidupnya. Betapa pula indah pahatan Tuhan yang sangat Jimin sukai. Wajahnya yang sedikit oval dengan mata bulat dan bibir tipisnya. Jimin hampir saja menangis di hadapan Nana saking rindunya pada dara yang berbeda beberapa bulan darinya.
" Kau Kembali. "
Pelukan hangat Jimin membuat gadis yang kini berambut sebahu itu terkekeh. Diusapnya punggung Jimin yang sedikit basah karena keringat.
" Terlalu kencang, Jim "
Jimin melepaskan pelukannya, menatap mata indah yang sangat ia rindukan. Tanpa sadar tangan jimin terangkat, mengusap pipi halus dan kenyal Nana.
"Aku merindukanmu."
" Aku juga. "
Jimin mendekatkan wajahnya pada Nana, Menggesekan indera pengecapnya itu dengan bibir rasa cherry milik Nana, ciuman hangat dari jimin- Nana balas dengan mengalungkan tanganya di leher Jimin. Meluapkan rasa rindu yang sudah lima bulan tidak bertemu dengan Jimin, Jimin melumat mesra bibir bawah Nana sedangkan Nana sedikit mencari – cari dimana lidah Jimin.
" Hey.. Kalian tidak memperdulikan pegawai sekitar, dan Aku ?"
Bariton berat Suga Menginterupsi. Membuat baik Jimin maupun Nana menyadari perbuatan mereka. Dengan rasa malu Nana Lekas – lekas mendorong dada jimin, membuat pria itu berdecak kesal.
" Ah Hyung...Kau benar – benar menganggu kami. " rengek Jimin.
" Baiklah – baiklah, aku akan pergi meninggalkan kalian. "
" Pergilang sejauh kau bisa Hyung."
Dengan kesal Suga meninggalkan lobby dan diikuti dengan mata elang dan bibir menyeringai karena melihat beberapa karyawan yang melihat adegan yang sama dengan Suga. Hanya dengan lirikan mata sarkatis milik Suga, pegawai – pegawai itu membubarkan diri dengan sendirinya. Mereka tahu bukan saatnya mereka bergerombol dan melihat adegan dewasa yang bisa dilihat secara cuma – cuma.
" Bag- Na ? Nana? "
Jimin kelimpungan mencari sosok Nana, berkali kali Jimin memutar badannya namun sosok yang dicari tak kunjung muncul. Sosok Suga pun juga telah menghilang entah kemana. Terlebih Jimin makin tersentak kaget karena lobby kantor ayahnya berubah menjadi ruangan putih dan penuh asap.
" Na !! "
Jimin bangun dengan nafas yang terengah – engah. Dilihatnya pemandangan sekeliling, peluh telah membanjiri tubuh berambut blonde itu. Jimin melihat jam digital yag diletakkan di sebelah Nakas, masih menunjukan pukul 02.12.
" Aku bermimpi lagi " Jimin mengusap wajahnya secara kasar
Dengan nafas yang masih memburu Jimin bangkit dari tempat tidur, menuju kamar mandi yang berada di satu ruangan dengan kamar pribadinya. Dinyalakanya lampu kamar mandi, walapun ribuan pertanyaan kini menggerogoti pikirannya-- Jimin masih mampu meraih watafel dan membasuh wajahnya yang pucat.
Ini sudah lebih dari 4 kali aku memimpikannya, Na.. kamu kenapa ? – pjm
*IHPJM 2*
Setelah kematian Nana Lima bulan lalu, Jimin memenuhi janjinya untuk berobat ke Jepang, dengan Suga tentunya. Setelah 2 bulan lamanya Jimin rutin ikut semua tes dan hipnotis dari psikolog disana, Jimin kini lebih bisa mengendalikan emosinya, meskipun tidak sembuh total namun setidaknya hanya saat depresi saja Jimin akan berhalusinasi dengan emosi mengebu – ebu. Kesembuhan Jimin tentunya membuat ayahnya menyuruh Jimin mengurusi perusahaan sembari kuliah, siapa lagi kalau bukan Jimin anak semata wayangnya yang akan menjalankan perusahaan. Dan Jimin menunjuk Suga sebagai asisten sekaligus tangan kananya yang siap membantu Jimin, jangan tanya bagaimana kemampuan Suga dalam bidang bisnis. Walaupun kemampuan bermusiknya melebihi kemampuan bisnis namun Suga adalah orang yang berdedikasi tinggi dan berambisi besar untuk mendapatkan sesuatu yang diingkannya, termasuk pekerjaan di perusahaan ayah Jimin.
Decitan suara sepatu Prada Black Spazzolato Leather Kiltie menggesek permukaan marmer di sepanjang lorong yang hanya terdapat 4 ruangan. Hanya sekedar informasi, salah satu syarat Jimin ingin mengikuti kemauan ayahya adalah menyulap ruangan yang dulu ditempati Mr Park menjadi ruangan privasi dan bermain Jimin- serta Suga. Jimin mempunyai ruangan tersendiri, letaknya di batasi oleh ruangan khusus dimana Jimin dan Suga Melepas penat. Dan Suga tentu tidak mau daerahnya terusik. Dengan furnitur pilihannya sendiri, Suga menyulap ruangan berkas ayah Jimin menjadi ruangn berkelas namun tetap cool sesuai keinginannya.
" Hyung.."
Jimin menampakkan wajahnya pada Pintu ruangan Jimin.
" Ketuklah pintu terlebib dahulu. "
Kebiasaan Jimin yang selalu tidak mengetuk pintu terlebih dahulu ketika memasukki ruangan Suga membuat suga harus menetapkan peraturan khusus pada Jimin untuk mengulangi perbuatannya sebelum masuk ruangan Suga.
Jimin kembali menutup pintu ruangan Suga
Tok Tok Tok
" Masuk. " Suara Suga menginterupsi
" Hyung.. "
Jimin sudah duduk di depan Suga, sedangkan Suga menutup layar browsernya.
" Ada apa lagi " Kini Suga menatap Jimin yang menatapnya serius
" Kau yakin kan tidak menyembunyikan apapun dariku ? "
Kali ini suara Jimin melemah. Menatap Suga memelas, berharap Suga mau mengasihinya.
" Hm, memangnya ada apa ? "
" Aku bermimpi lagi, dan ini penawaran terakhirku, kau...sungguh tidak menyembunyikan sesuatu kan ? "
QmО:9YG_)

YOU ARE READING
IHPJM Season 2
FanfictionBagaimana Jimin Setelah di tinggal oleh Nana Season 1 , cek in my profil