I

41 5 11
                                    

WARN!! Cerita ini gak baku karena gue gak bisa bikin cerita terlalu baku ehek :'v
____________________________________

Bulan purnama menyinari wajah 2 orang gadis yang sedang duduk-duduk di beranda rumah kecil mereka.

"Mon." panggil Nessa. Matanya tak luput dari bulan dan bintang-bintang yang menyinari tengah malam sunyi ini

Monna menoleh dengan mata yang sayu. "Apa?"

"Dia jadi dateng gak ya kira-kira?" tanya Nessa.

Monna menguap sambil menutup mulutnya, lalu mengangkat bahu acuh.

Nessa mencubit gemas lengan Monna yang menatapnya malas.

Krssskk....

Monna nyaris melompat karena terkejut oleh suara dari semak belukar itu, matanya yang kini sayu menatap waspada ke arah semak.

"Siapa itu?!" seru Monna keras. Nessa menggeser posisi duduknya lebih dekat dengan Monna, gugup.

Terdengar kikikan kecil dari balik semak belukar itu, membuat Nessa dan Monna mengernyit bingung.

"Siapa itu? Cepat keluar!" bentak Monna sambil menggertakkan giginya.

"Kalau tidak, aku akan melemparmu dengan kayu ini!" ancam Nessa ragu sambil memegang sebilah balok kayu yang lumayan besar, cukup untuk membuat seseorang pingsan jika memukulkannya cukup keras.

"Kau akan dieksekusi jika melakukannya Nessa." jawab orang itu, masih dengan tawa yang menurut Monna menyebalkan. Setelah ia selesai berucap, seorang laki-laki berdiri dengan cengiran jahil yang terukir di bibirnya.

Nessa mengerjap, dan langsung memburu orang itu.

"Ben, akhirnya kau datang juga!" sambut Nessa cerah, dan langsung menggamit lengan Ben, sahabat mereka.

"Sejak kapan aku ingkar janji Nessa." ucap Ben sambil mengacak rambut Nessa. Pandangannya beralih ke Monna yang menatapnya tajam. "Apa ini? Aku sudah jauh-jauh berkunjung kemari, hanya untuk sepasang mata menyeramkan itu?"

"Dasar sialan, kau menghilangkan rasa kantukku." Monna mendengus. "Aku pasti akan sulit tidur nanti malam."

"Tenanglah, aku kebetulan membawa sebotol penuh pil tidur, kau bisa meminum itu sepuasnya." Ben tertawa lagi melihat Monna mencebikkan bibirnya kesal.

"Sudahlah Mon, aku akan membuatkanmu sup atau mendongengkanmu sebuah cerita, agar kau bisa mendapatkan tidur berharga itu lagi." ucap Nessa menenangkan dengan sebuah senyuman.

Monna menatap Nessa. "Kalau dongeng tentang putri bodoh yang menghilangkan sepatu berharga itu sembarangan di tangga itu, tidak terima kasih. Lebih baik aku meminum pil tidur dari Ben."

Ben tertawa lepas. "Kau benar-benar percaya aku membawanya? Kau tidak lebih pintar dari putri yang barusan kau sebutkan."

"Terkadang aku hanya ingin kau mati saja, Ben."

"Sudahlah, kalian ini seperti anak kecil yang terperangkap dalam tubuh dewasa saja. Nah, Ben, ada perlu apa kau kesini?" ucap Nessa menengahi. Berbeda dengan Monna yang selalu meledak-ledak, Nessa selalu tenang.

"Oh, begitu. Jadi aku hanya boleh berkunjung jika ada perlu." gerutu Ben dengan wajah yang menyebalkan bagi Monna, ingin sekali Monna membuang wajah menyebalkan itu jauh-jauh.

Nessa langsung menyambar. "Tidak, tidak, bukan itu maksudku."

Tanpa alasan, Ben tertawa lagi. "Iya, iya, aku bercanda."

"Dengarkan kata-kataku, Nes. Jika kau membunuhnya sekarang, aku yakin sekali kau tidak akan menyesal dan berhutang terimakasih padaku." ejek Monna. Ben menatap Monna tajam.

 The Outcast PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang