Part 2

6 0 3
                                    

Sorry for typo

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Di kelas XI-IPA-2

"Baik anak-anak, sekarang ibu akan memberikan tugas kelompok pada kalian. Masing-masing kelompok berisi 3-4 orang. Tugas ini harus dikumpul 2 minggu setelah ini. Kalian mengerti?" Ucap bu Valen -guru Bahasa Indonesia-  pada anak-anak XI-IPA-2. "Dan untuk pembagian kelompok ibu serahkan pada kalian. Kalian bebas menentukan anggota kelompok untuk tugas ini." sambung bu Valen

Terdengar sorakan bahagia dari anak-anak XI-IPA-2. Bersamaan dengan itu bel pulang sekolah berbunyi menandakan berakhirnya jam kegiatan belajar mengajar.

Anak-anak mulai berhamburan meninggalkan kelas untuk kembali ke rumah masing-masing, melepas penat atau pun bersenang-senang menghabiskan waktu mereka pada hari itu. Namun tidak untuk Lia. Gadis itu justru meninggalkan sekolah dan bekerja mencari uang untuk bertahan hidup menghadapi kerasnya perjuangan di ibukota.

Sambil membereskan mejanya yang masih berantakan, Risa menghampiri Lia dan berbicara,

"Lia, lo habis ini langsung kerja? Ga mau bareng gue aja buat kita shopping gitu. Buat nyari cogan sekalia  cuci mata" tawar Risa pada Lia.

Lia memutar bola matanya mendengar perkataan sahabatnya itu. "Ris, lo tau kan kondisi keluarga gue sekarang gimana. Dan lo nyuruh gue buat santai-santai aja gitu? Nanti gue mau makan apaan hah?!" Sahut Lia sedikit gak nyelo.

Ya, memang kondisi keluarga Lia  tidak bisa dibilang harmonis. Ayahnya telah meninggal menyisakan ibu serta kedua abangnya. Abangnya yang pertama bernama Darrel Maximus Guntoro dan abangnya yang kedua bernama Daniel Alexi Guntoro.

Darrel sangat suka untuk menghabiskan uang dengan berfoya-foya. Keluar masuk klub hingga pulang larut malam namun tidak pernah berpikir untuk bekerja mencari uang untuk kehidupan mereka. Sedangkan Daniel, ia memiliki kekurangan fisik. Sejak kecil ia tidak dapat berjalan dengan baik seperti anak-anak kebanyakan dikarenakan kecelakaan yang dialaminya ketika berusia 5 tahun. Sehingga ia harus menggunakan kursi roda jika ingin pergi kemana pun ia mau.

Ibunya? Ibunya bahkan tidak perduli dengan kondisi-nya serta saudaranya. Sejak kematian ayahnya, ibunya hanya merenung dikamarnya tanpa perduli dengan mereka. Jangankan bekerja, memperhatikan mereka pun ibunya tidak pernah sekalipun. Kematian ayah membuat ibu melupakan anak-anaknya.

Maka dari itu, hanya dia yang bisa diandalkan untuk bekerja mencari nafkah bagi keluarganya. Ia bekerja sesuai dengan segala kemampuan yang dia punya. Pulang sekolah ia bekerja di kafe dekat rumahnya, saat hari weekend ia mengajari les anak-anak Sekolah Dasar. Dan jika ada waktu luang, ia akan membantu tetangganya berjualan di tokonya.

Semua itu dilakukannya untuk keluarganya, seperti janjinya pada mendiang ayahnya untuk menjaga keluarganya dengan baik.

"Yaudah lah, gue pergi dulu ya Ris. Hari ini gue ga mau telat lagi. Takutnya gaji gue dipotong lagi sama bos. Byee" ucap Lia sambil melambaikan tangan pada Risa kemudian meninggalkannya di mejanya.

"Lia, LIII. Kelompok buat tugas Bahasa Indonesia gimana? LIAAA" Teriak Risa sambil membalikkan tubuhnya menghadap Lia yang telah meninggalkan meja yang tadi dipakai oleh Lia.

"Terserah lo aja Ris. Nanti kalo uda ketemu kasih tau gue yaa" ucap Lia sambil sedikit berteriak agar Risa dapat mendengar ucapannya karena posisinya sudah agak jauh dari Risa.

Lia kemudian berjalan santai menuju pagar sekolah untuk keluar mencari kendaraan umum. Sambil menunggu, ia mendengarkan lagu-lagu di hp-nya melaui earphone yang tersumbat di telinganya

Painful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang