Diam (Awal)

250 6 1
                                    

"Dava..."

Pria itu hanya bergumam saat namanya dipanggil, siswa laki laki SMA harapan bangsa dengan bernametag DAFFA IBNU HAFIDZ, rupanya ia sedang sibuk membaca buku ditangga sekolah

Siswa perempuan yang memanggilnya itu teman sebangkunya, namanya KEYLA DARA AISYAH, sedari tadi ia duduk disampingnya memperhatikan dava, ingin mengajaknya berbicara percuma, dava tidak memperdulikannya karena memang sikap dava pendiam, bicara saja irit apalagi bicara panjang, jangan jangan jika mengisi isi pertanyaan ujian hanya menjawab IYA, TIDAK atau Bisa jadi karena itu yang sering dia dengar dari mulut dava

Keyla mulai mencibir "Dava"

"Ck. Lama-lama lumutan juga gue"

"Bentar lagi jadi pohon beringin ini!"

"Berasa bicara sama patung ya"

"Eh ngomong dong dav"

"Davaa"

Dan reaksi dava adalah hanya melirikan matanya kearah keyla, sungguh menggemaskan! ralat! Menyebalkan, sejujurnya keyla akui wajah dava tampan seperti artis korea.

"Apa?" Akhirnya dava berucap dengan wajah polosnya, yah walaupun satu kata

Keyla mencibir kembali, menurut penglihatan keyla mungkin dava kurang aqua.

Melihat keyla memanyunkan bibirnya dava menggeleng terkekeh yang mana itu membuat keyla jadi terpanah sekaligus marah, karena jarang sekali dava terkekeh apalagi tertawa

Sungguh ini pemandangan yang biasa terjadi jika keyla kesal karena ulah dava yang menyebalkan
"Ma'af"

"Maaf-Maaf!! Benci gue sama lo!" Keyla sengaja membuang muka, ya semoga dava Peka

"Sama" jawab dava tanpa ekspresi

"Ih dava! Ngeselin banget sih"

"Ya"

"Dasar cowok gila!" cletuknya kemudian berlalu meninggalkan dava

Sementara dava tersenyum menggeleng menatap kepergian keyla, saat keyla sudah tidak terlihat dava mengambil handphone dikantung celana segaramnya

"Halo, assalamualaikum bunda, bun hari ini dava bakal pulang sore ya bun, ada kegiatan"

"...."

"Tapi dava janji ko bakal jemput ka aisyah pulang dulu" kata dava

Sekolahan dirinya dengan kakanya berbeda, setiap hari dava harus menjemput kakanya yang pulang lebih sore darinya

°°°

"Dava kamu mau kemana? tidak masuk kedalam dulu?" Tanya aisyah saat sudah sampai didepan rumah, ia menggerakan tangannya, Ka Aisyah kaka kandung dava. Aisyah menggunakan bahasa isyarat karena dia bisu

"Dava ada kegiatan basket disekolah ka, salamin ke bunda ya, dava pergi ka asalamualaikum" dava kembali menyalakan motornya untuk pergi, tak lupa pula ia menjabat tangan kakanya meminta izin

Aisyah hanya mengangguk dan membalas salam dari adiknya itu walaupun tidak ada suara dari mulutnya, aisyah yakin suatu saat nanti ia bisa seperti orang lain bisa berbicara normal

Terkadang aisyah jadi pesimis karena selain tidak bisa bicara, telinganya juga tidak bisa mendengar, setiap hari ia menggunakan hearing-aid (alat bantu dengar) dan juga selalu membawa buku kecil dan bolpoin yang menggantung dilehernya untuk berbicara dengan orang lain, walaupun akan sangat sulit sekali untuk berinteraksi dengan orang dan beruntungnya keluarganya mengerti bahasa isyarat termasuk dava

°°°

"Keluargamu tidak ada yang tahu dava?" Dava menggeleng

"Kamu harus jaga pola makan kamu, jika terus begini akan lebih parah nantinya, lebih baik mulai sekarang jangan rahasiakan ini dari keluargamu"

"Tapi dokter herman tahu sendiri kan?" Dava menjeda perkataannya merasakan dadanya berdenyut nyeri
"dokter tahu kan bagaimana masalah keluarga saya?" Ujarnya, dokter herman adalah kerabat dekat keluarga dava, maka dari itu dava merasahasiakan semua melaluinya, karena itu cara salah satunya ia bisa menyembunyikan penyakitnya selama 2 bulan ini.

"Saya tahu betul biaya berobat kaka kamu sangat besar, saya tahu kamu tidak mau merepotkan mereka, tapi ini demi kesehatan kamu juga dava, jika mereka tahu itu akan membuat mereka semakin khawatir"

"Saya tidak peduli dok, yang terpenting kaka saya sehat"

"Tapi dava, penyakit kamu sudah semakin parah"

"Kalau dokter tidak mau membantu saya untuk jaga rahasia ini, saya bisa membeli obat sendiri diluar" dava beranjak pergi dengan tatapan kekecewaannya, membeli obat diluar tidak akan membuatnya sembuh, hanya meredakan sakitnya saja.

Dava terburu buru pulang, karena kesalahannya telah berbohong kepada bunda dan ka aisyah bahwa dirinya ada kegiatan basket disekolah, tapi sebenarnya ia chek up tentang penyakitnya, setiap minggu ia melakukannya tanpa tahu keluarganya

Baru saja keluar dari pintu ruang dokter herman, dava tumbang, beruntung sekali pintu terbuka lebar jadi langsung dapat pertolongan pertama dari dokter herman, kalau saja pintu tertutup mungkin tiada yang membantunya dengan cepat, karena suasana dirumah sakit terlihat sepi

Dokter herman berlari mengambil air minum dan mengambil obatnya ditas dava, segera ia memantu dava meminum obatnya, namun dava sedikit membrontak agar dokter tidak usah membantunya.

Dokter herman tidak tega dengan kondisi dava yang seperti ini, bertahan sendiri dengan penyakitnya tanpa semangat dari orang lain.

#Tbc

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang