Diam (Mimisan)

138 4 0
                                    

"Dava ibnu hafidz, jaketnya lepas ya, ini didalam kelas" Perintah bu ana, wali kelas dava.

"Baik bu"

"Dava, kamu tidak apa-apa?" Dava menggeleng, bu ana mulai cemas saat melihat dava terlihat tidak seperti biasanya, wajahnya juga terlihat pucat, terlihat dari bibirnya yang tak biasanya.

Sementara keyla baru tersadar jika teman sebangkunya itu terlihat lemas seperti yang diperkirakan bu ana
"Dava... Hidung kamu" betapa terlejutnya keyla saat cairan merah keluar dari hidung dava, darah.

Dava baru menyadari itu, pria itu langsung mengusapnya cepat dengan baju dilengannya yang mana itu membuat baju seragam sekolahnya tercecer banyak darah "Aargh.."

"Astagfirullah dava, kamu mimisan?" Ucapan keyla membuat semua murid menghadap ke arah dava termasuk bu ana. Keyla merogo tasnya mengambil tisu untuk dava

Saat semua orang menghadapnya dava menyembunyikan wajahnya
"Kamu tidak apa-apa dava? Kalau sakit izin pulang saja" Dava menggeleng kembali, kemudian berlalu pergi, pria itu tidak sama sekali berkata, sebelum akhirnya ia beranjak meminta izin kepada bu ana untuk pergi ke toilet.

Dava berlari menuju wastafel toilet, membersihkan baju dan sisa darah dihidungnya
Semenit kemudian memuntahkan semua cairan yang ada diperutnya, bukan hanya mimisan ternyata, sedari tadi dava menahan perutnya mual, jika terus terusan seperti ini dava tidak yakin jika keluarganya tidak akan ada yang tahu. Apalagi dava sering telat makan karena uang jajannya ia kumpulkan untuk ia membeli obat.

Sangat lama sekali dava didalam toilet, waktu sudah menunjukkan jam 3 sore mungkin sekarang sudah waktunya pulang, saat keluar dari toilet rupanya seseorang telah menunggunya diluar "Keyla?"

"Lo jujur sama gue, lo kenapa dav?"

Dava menggeleng kemudian tersenyum seolah olah tidak ada yang terjadi pada dirinya

"Jangan bohong, gue liat ini dari tas lo" keyla menunjukan selembar kertas, itu kertas hasil chek up nya kemarin

Dava melebarkan matanya, ia terkejut bukan main, dava menggapai kertasnya namun dengan cepat perempuan itu menjauhkannya "Bukan apa apa key siniin!!"

"Jangan bohong!"

"Siapa yang berbohong?"

"Dava! Serius!"

"Ngga ada apa-apa"

"Dava kasih tau gue" Dava diam

Dava berulang kali menggapai kertasnya dari tangan keyla, namun perempuan itu terus menjauhkannya kembali membuat dava menggrutu kesal

"KEYLA!!" Dava membentak yang mana itu membuat keyla bungkam, tidak biasanya dava marah seperti ini, tapi keyla yakin sekali ada yang disembunyikan dava

Keyla terkejut saat tubuhnya bergetar memblakangi tembok sekolah dan sepasang tangan mengurung tubuhnya, keyla melihat rahang laki laki didepannya itu mengeras menandakan betapa marahnya dia apalagi saat dirinya ingin berucap dava menatap tajam, ini bukan dava yang ramah, keyla merasa bersalah.

"Keras kepala!!" telunjuk dava menekan pelipis keyla, rasa bersalahnya mengganggu pikirannya membuatnya memejamkan matanya takut

Taklama perlahan tangan dava tidak mengurungnya kembali, keyla menarik nafas lega walaupun dava tidak hentinya menatap tajam

Benar kata orang jangan kaget jika orang pendiam tiba tiba marah, karena sekali dia marah maka kita yang akan diam

Dava merebut kertasnya "Jangan sampai mulut kmu bocor tentang penyakit gua"

Dava tahu keyla merasa takut "Maaf" ucapnya kemudian berlalu meninggalkan keyla

Keyla melotot, selama ini keyla tidak pernah melihatnya seperti itu apalagi berbicara dengan nada membentak dan sepertinya dava tidak sadar akan apa yang dia katakan kepada keyla.

°°°

"Aiis... " Asiyah menoleh saat namanya dipanggil seraya tersenyum menghadapnya

"Ada apa ?" Aisyah menggerakkan tangannya, namun seseorang dihadapannya itu nampak tidak mengerti apa yang dilakukannya

"Maaf, ada apa satya?" Perempuan itu menulisnya kertas kecil yang mengalung dilehernya untuk membalas panggilan satya

Satya tersenyum sinis, pria jahil itu tampak berfikir sebelum akhirnya ia mengambil sesuatu di telinga aisyah

"Ssttt.." kata aisyah tidak jelas ketika hearing aid nya diambil satya

Satya tertawa puas saat aisyah berusaha berbicara dan tidak bisa mendengar perkataannya, aisyah tidak akan bisa mendengar jika tanpa memakai alat bantu itu
"Satya balikin, aku tidak bisa mendengar" aisyah menggerakan tangannya namun satya tidak peduli dengan apa yang dilakukan aisyah

Aisyah menggapai hairing aid-nya, namun segera pria itu menjauhkannya, bahkan satya berlari meninggalakan aisyah

"Ayo Aiis kejar, hahaha dasar!" teriaknya sambil berlari menjauh aisyah, ia tertawa karena aisyah tidak mengerti dan mendengar ucapannya

"Satya!!" Aisyah berusaha memanggilnya walaupun tiada suara dari mulutnya, ia tidak mau jika nanti ia tidak bisa mendengar saat belajar apalagi mendengar guru menerangkan

Satya berlari sekencang mungkin hingga tidak sadar ia menabrak perut seseorang yang terlihat buncit, siit!! guru kiler!

"Satya! Berhenti mengerjai temanmu!!" Beruntung sekali pak toro langsung membawa satya ke ruang bk, jadi aisyah bisa mengambil kembali hairing aid nya, kali ini pak toro seperti pahlawan penyelamat, dibanding dengan tempo hari yang lalu menghukumnya dilapangan karena telat

#tbc

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang