Diam (Telat)

131 2 0
                                    

Pagi pagi keyla sudah berada disekolah karena sekarang adalah jadwal piketnya, ia berjalan dikoridor sekolah yang nampak terlihat sepi

Keyla jadi teringat dengan perkataan dava, pria itu sampai sekarang masih marah dengannya sampai sampai 2 hari ini dava pindah tempat duduk dibelakang tentu saja untuk menjauhi keyla.

Ini benar-benar mengganggu pikirannya, bukan hanya itu tapi soal penyakit dava, leukemia bukanlah penyakit biasa tapi penyakit ini sebagian besar tidak menjamin penderitanya berumur panjang dan dava masih berumur 16 tahun, entahlah semoga dava tersadar apa maksud dia merahasiakan tentang penyakit nya

Tidak lama bel berbunyi keyla tidak melihat dava memasuki kelas, pasti terjadi sesuatu padanya

"Refan, dava ga berangkat?" Tanya keyla saat bel berbunyi beberapa teman sekelasnya itu memasuki kelas tanpa ada dava

"Dava dihukum dilapangan karena telat key, lo ga tau?"

"Hah? Dihukum? Serius ref?"

Refan mengangguk yakin "emang kenapa? Ko muka lo keliatan khawatir banget kayanya"

"Ah ngga biasa aja, gue izin ketoilet bentar" keyla berlari keluar kelas, refan menggeleng terkekeh terlihat sekali wajah keyla yang cemas mendengar dava dihukum, entahlah keyla takut jika dava tidak bisa menahan jika kambuh

Dan benar saja dava sedang berdiri dilapangan sambil menghadap ke bendera, semoga saja dava bisa menahan panasnya matahari walaupun belum siang tapi panas ya tetap panas

Pria itu langsung membuang muka saat tahu keyla melihatnya dari jauh, sepertinya dava benar benar marah padanya

"keyla kau tidak mendengar bel masuk?" Perempuan itu dengan cepat mengangguk mengerti saat bu ana memanggilnya untuk memulai pelajaran

Sorot mata keyla tak hentinya memandang dava dari jauh, bahkan saat pelajaran berlangsung perempuan itu mendapat kesempatan menyelinap kejendela kelasnya untuk melihat dava

Entahlah keyla benar benar khawatir dengan keadaan dava, bagaimana tidak khawatir wajah dava terlihat pucat, beberapa kali dava memejamkan matanya seperti menahan sesuatu, tentu saja menahan sakitnya entah ada dimana rasa sakit itu terlihat sekali dari wajahnya

°°°

Beruntung sekali saat bel istirahat berbunyi keyla bisa melihat dava memasuki kelas walaupun terlihat lemas tapi itu artinya dava tidak apa-apa, perempuan itu dengan sigap memberikan minum kepada dava

"Minum?"

Belum sempat duduk dikursinya dava menggeleng tidak mau tanpa melirik sedikitpun ke arah keyla, oh ayolah ini bukan dava yang ramah

"Maaf" kata keyla walaupun tidak direspon oleh teman sebangkunya itu, suasana kelas terlihat sepi lantaran dijam istirahat semua siswa lebih memilih leluar kelas ataupun ke kantin

Hening

Dava meletakkan tangannya diatas meja sambil menunduk, terkadang pandangannya lurus kedepan papan tulis seperti sedang melamun, sedangkan keyla memakan makanan yang ia bawa dari rumah sambil seaekali melihat dava.

Mereka larut dengan pikiran masing masing, duduk sebangku tapi tidak ada percakapan diantara mereka, memang membosankan, seperti biasanya dava sering diam tapi sekarang berbeda, dava diam bukan karena dia memang pendiam tapi dava diam karena marah

"Mau?" Keyla menjulurkan kotak makannya kearah dava, tapi percuma dava tetap diam

Karena kesal keyla menutup kotak makannya yang masih berisi banyak itu dengan keras, kemudian meneguk air minumnya seraya menggrutu kesal

"Dasar patung!" Celatuknya, dengan ucapannya dia tidak peduli jika setelah ini dava semakin marah, Keyla beranjak dari duduknya untuk pergi

Belum sempat pergi ia merasa lengannya dicengkram kuat seseorang membuatnya berbalik arah "Dava?"

"Eunghtt" kata dava tidak jelas, mata dava tertutup meringis, keningnya mengerut merasakan sakit dikepalanya, bahkan cengkraman tangan dava semakin kuat dilengan keyla

"Dav...dava Lo kenapa?" Keyla diam, ia bingung harus bagaimna, sungguh ia benar benar panik "ah- ya ke uks ayo!"

Dava menggelang keras, ia berusaha menggapai tasnya untuk mengambil sesuatu "Arrggh..-" namun tangannya beralih mencengkram kepalanya "Obat aku key... Eunghtt"

"Obat?? Obat apa?" Keyla panik kebingungan kemudian paham maksud dava, Keyla membuka seluruh isi tas dava
"Ah ini dia obatnya, ini ambil minum gue"

Dengan cepat dava meneguknya, hanya beberapa menit dava sedikit tidak bereaksi walaupun masih terasa sakit sekali

"Makasih" ucap dava dan langsung mendapat anggukan dari keyla

"Dav..."

"Iya??"

"Beneran ngga apa-apa?"

Tak ada jawaban dari dava, pria itu kembali diam, entah apa yang ada dipikirannya. Jika seperti ini keyla jadi ikut terdiam, mau ke kantin takut dava kumbuh lagi

"Mau makan? Kayanya lo blm makan"

Dava meliriknya tanpa ekspresi kemudian menghela nafas dan menggeleng tersenyum

Senyumnya dava tidak membuat keyla puas akan pertanyaanya, bisa saja dava tersenyum karena akan lebih mudah menyembunyikan rasa sakitnya

"Gue ke toilet ya?" Dava mengangguk

Dari kejauhan keyla memandang dava dari jendela kelas, ia tak jadi ke toilet, keyla melihatnya kasihan karena dava masih saja merasakan sakitnya sendirian, keyla mau menemaninya namun perasaanya tidak enak karena takut dava terganggu, ia tidak percaya ternyata temannya itu mempunyai penyakit serius, keyla kagum dava tidak pernah menunjukan rasa sakitnya dari dulu dan baru sekarang keyla mengetahuinya.

°°°°

"DAVA!!! Kenapa semakin kesini kamu seperti tidak semangat mengikuti latihan, kamu itu ketua tim basket tidak seharusnya kamu malas malasan seperti ini, kamu harus menjadi contoh untuk yang lain"

Baru dua minggu dava tidak mengikuti pelatihan basket akhir-akhir ini, ia harus mendengar ceramah pembina eskul basket, ia tidak tahu jika akan seperti ini, waktu dua minggu itu dava lakukan untuk mengikuti apa yang dikatakan dokter herman untuk tidak boleh kelelahan

"Maaf pak"

"Saya tidak mau tahu, jika sampai kamu masih malas latihan, refan akan menggantikan posisi kamu untuk jadi ketua tim basket"

Dava diam, dia tidak terkejut sama sekali, menurutnya itu tidak penting baginya lagi pula dari awal ia tidak berniatan untuk menjadi ketua tim basket hanya saja banyak yang memilihnya untuk menjadi tim basket bahkan jika dia dikeluarkan dari eskul basket ia tidak keberatan

"Maaf pak, kenapa harus saya, saya tidak bisa" Refan angkat tangan

"Kalau kamu tidak mau jadi ketua tim basket, tolong bujuk dava agar tidak bermalasan!"
Dava meliriknya tak suka saat pembinanya itu berlalu pergi

"Dav, lo masih mau kan jadi bagian kita?" Dava mengangguk tersenyum, teman teman tim basketnya itu mengelus pundak dava "lo kalo punya masalah cerita aja sama kita" Kali ini dava sangat bersyukur punya teman teman sebaik mereka, mungkin ini alasan dava tetap ingin bergabung dengan tim nya.

#Tbc

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang