Diam (Kambuh)

140 1 0
                                    

Dava meringis ditoilet sekolah, tiba-tiba saja dadanya berdenyut nyeri, kepalanya merasakan sakit yang luar biasa dan tidak ada yang tahu dava berada ditoilet sekolah.

"Astagfirullah" pekiknya, ia bersender ditembok toilet, masih menunggu perut dan kepalanya tidak breaksi lagi

"Arrgh.." dava tergletak, ia benar-benar tidak kuat menahannya hingga keringatnya sudah membasahi wajahnya, rasanya ia ingin pingsan, bahkan wajahnya sudah sangat pucat sekali

Dava menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakitnya, obatnya sudah ia minum tapi tidak breaksi sama sekali, sungguh ia menyesali karena tidak mengikuti apa kata dokter herman

"Bundaa..." seketika dava memekik menyebut ibunya, bahkan berteriak, disaat seperti ini ia hanya mengingat ibunya, saat ia kecil jika sakit ibunya lah yang merawatnya

Tak sengaja saat dava berteriak seseorang mendengar dari luar toilet "Ada orang didalam?"

Dava mencengkram rambutnya keras, tangan satunya menggedor pintu toilet untuk memberitahu orang diluar, sekarang ia tidak peduli jika semua orang akan tahu tentang penyakitnya.

Entahlah setelah seseorang dari luar mendengar dava meringis dan berhasil mendobrak pintunya, pandangan dava buram tidak sadar.

°°°°°

"Dava kamu sudah bangun?" Dava mengerutkan keningnya, melihat bu ani pembina PMR disekolahnya itu sudah berada disamping brankar kasur UKS tempat ia berbaring

Dava bergerak untuk duduk namun bu ani menahannya "kamu pingsan sangat lama dava, kamu tenangkan dulu tubuhmu, oh iya tadi saat bel pulang teman satu kelasmu menengokmu kesini, tapi kamu masih tidak sadar"

Dava mengangguk mengerti, ia menengok jam dinding dan hari sudah sore, ia teringat ka aisyah, dava fikir kakanya itu pasti menunggunya

"Bu, saya harus pulang, kaka saya pasti menunggu"

"Kamu tidak boleh pulang sendiri, nanti ibu telfon orang tuamu untuk menjemputmu, lain kali kalau kamu sakit jangan ditahan sendirian ditoilet, datang ke Uks saja nanti ibu obatin, mana nomor orang tuamu?"

"Tidak usah bu, saya bisa sendiri"

"Tidak bisa bagaimana dava, ibu tau kamu sedang sakit, kemana obat-obatmu itu?"

"Ada di tas bu"

Bu ani segera mengecek obat yang ada ditas dava, ia menyerngit bingung melirik saat melihat obat-obatnya, namun ia tidak tahu jenis obatnya. Tapi bu ani tidak menanggapinya dengan serius, mungkin obatnya dava dapat dari dokter Spesialis.

"Dava, kamu punya penyakit serius?" Dava diam, akhirnya yang ia takutkan itu ketahuan

"Dava..."

"Iya bu?"

"Jawab pertanyaan ibu, kamu sakit apa?"

Belum sempat dava menjawab rupanya seseorang memasuki ruangan UKS, keyla.

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam" keduanya menoleh kearah ambang pintu UKS saat seseorang mengucapkan salam

"Keyla? Kamu belum pulang?"
"Belum bu" perempuan itu menghampiri dava yang terbaring dikasur, dava tersenyum ternyata teman perempuannya itu masih peduli dengannya bahkan setia menunggunya

"Gimana keadaan lo dav?"

"Alhamdulillah"

"Ibu tinggal dulu ya dav, key" keduanya mengangguk mengijinkan ibu ani pergi

"Lo kurus banget sih dav, muka lo juga pucet banget kaya vampir tau ga, beneran deh ga bohong" Keyla menyengir seraya membentuk jarinya menjadi 'V'

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang