- 08 -

1.8K 229 7
                                    

"Bagaimana? Apa sakit Tami serius?" Momo bertanya dengan nada khawatir yang kentara. Matanya sedari tadi tak lepas dari Soonyoung dan juga Tami yang sepertinya malah terlihat kesenangan karena Soonyoung yang memeriksanya.


"Oh..." Soonyoung menolehkan kepalanya ke Momo. Tersenyum, sebelum menghampiri wanita itu dan menepuk bahunya. "Tenang saja. Tami hanya keracunan ringan," katanya.

"Astaga, ini semua salahku..." Momo memandangi Soonyoung dengan tatapan bersalah. "Seharusnya aku tak memberinya makanan tanpa melihat tanggal kadaluarsanya--"

"Berhentilah menyalahkan diri sendiri, Momo-ya. Sudah kubilang ini hanya keracunan ringan saja. Tami pasti akan cepat sembuh," Soonyoung membimbing wanita itu untuk duduk di sofa rumahnya. Dimana sudah ada Sonhae yang mencoba menenangkan Momo dengan usaha yang percuma --jika kalian tahu maksudnya.

Momo menghela nafasnya. Berusaha menenangkan diri dengan melafalkan ucapan Soonyoung di dalam otaknya. Membuatnya sejenak diam mematung tanpa suara.

"Baiklah...." Momo menghirup nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan. "Kalian ingin minum sesuatu?" tanyanya seraya tersenyum.

Yoo Sonhae mengarahkan pandangannya ke arah Soonyoung. Bertanya dalam diam, kenapa suasana hati Momo bisa berubah secepat itu, padahal wanita ini baru saja ingin menangis karena saking khawatir dengan keadaan kucing kesayangannya itu.

Soonyoung berbalik menatap Sonhae, menatap gadis itu cukup lama sambil mengerutkan kening. Berusaha menerjemahkan pandangan Sonhae hingga akhirnya mengangkat bahunya seolah memberitahu bahwa memang seperti itulah Hirai Momo yang ia kenal

"Ayolah...." wanita itu bangkit dari kursinya. Menutupi pandangan Soonyoung pada Sonhae hingga mau tak mau kontak mata keduanya terputus dan fokus Soonyoung jelas kini teralihkan sepenuhnya pada Momo. "Aku bertanya karena ingin jawaban dari kalian."

"Berikan aku segelas besar minuman dingin. Apa saja," sahut Soonyoung. "Kau tahu, sebelum kau menelponku tadi, aku sedang berada di rumah Shinwon hyung. Sedang makan dan tak sempat minum," lelaki itu duduk seraya memegangi tenggorokannya.

"Begitukah?" Momo bertanya. "Oh, aku benar-benar minta maaf karena telah merepotkanmu..."

Soonyoung melambaikan tangannya. "Aku sudah berada disini demi kau dan Tami. Jadi buatkan saja aku minum dan jangan meminta maaf. Kau tahu aku paling benci itu."

Momo terkekeh. "Ne, Algesseumnida gogaeknim," lalu ia beralih pandang pada Sonhae. "Bagaimana denganmu Nona manis?"

"Eh..." Sonhae menjadi sedikit tersipu dengan ucapan Momo. "Aku..." gadis itu berfikir sejenak. "....Bolehkah membantumu membuatkan minum? Mungkin dengan begitu aku bisa menentukan pilihan..."

"Membantuku?" Ia berfikir sejenak sebelum mengangguk. "Boleh saja, kenapa tidak?"

Mata gadis itu berbinar senang. "Kamsahamnida."

Momo mengangguk. Lalu memandangi Soonyoung. "Kau harusnya senang karena ada dua wanita yang akan melayanimu malam ini...."

Soonyoung mendengus tawa. "Kenapa kau suka sekali memakai kata-kata yang ambigu, huh? Orang akan berfikir bahwa aku--"

"Daripada mendengarkan omongan orang aneh ini, sebaiknya kita segera buat minuman. Ayo," Momo menarik lengan Sonhae masuk ke dalam dapur.

Membuat Soonyoung mendecak, namun memilih tak menanggapi karena jujur, ia telalu lelah untuk berdebat sekarang.

***

Itu sudah menit kelima sejak Momo dan Sonhae berada di dapur. Momo terlihat hampir selesai membuatkan minuman untuk Soonyoung, sementara Sonhae memilih untuk melihat-lihat dapur Momo setelah sebelumnya memilih minuman.

Sonhae sebenarnya berniat membantu Momo awalnya, tapi begitu melihat isi dapur Momo yang lengkap dan tertata rapi, gadis itu tiba-tiba saja lupa dan hanyut dalam kegiatan melihat-lihatnya. Bagi Sonhae yang suka sekali berkutat di dapur, tempat ini benar-benar idamannya.

"Kau sepertinya menyukai dapurku, ya..."

Sonhae menolehkan kepalanya ke arah Momo. Lalu menghampiri wanita itu dan dengan cepat membungkukkan badannya. "Jeoseongeyo..."

Momo terkekeh. "Santai saja," katanya sambil memandangi minuman di meja. "Minumanmu hampir selesai kubuat."

"Ah...." Sonhae memandangi Momo tak enak. "Padahal tadi aku berniat membantu...."

"Sudah kubilang tak apa-apa," ucapnya sambil mengaduk minuman Sonhae. Tapi sesaat kemudian, gerakan itu terhenti. Badannya berbalik menghadap Sonhae, memandangi gadis itu dari bawah ke atas sebelum ia menarik nafasnya panjang.

"Kau.... ada hubungan apa dengan Soonyoung?"

"Ya?" Sonhae yang pandangannya sempat teralihkan pada dapur cantik Momo kembali mengalihkan fokus pada wanita itu. Memiringkan kepalanya, tanda bahwa ia tak mengerti maksud Momo.

Momo berdehem rendah. Berusaha membuat nada suaranya selembut mungkin, karena bagaimana pun niatnya hanyalah bertanya. Bukan bermaksud menakut-nakuti Sonhae ataupun membuat gadis itu berfikiran aneh-aneh tentang dirinya. "Kau dan Soonyoung... Ani. Maksudku semenjak kau menjadi pasiennya, ku perhatikan kalian jadi sering sekali berdua..."

"Aku....dan Seongsaenim sering berdua? Begitukah?" Sonhae mengerjapkan matanya polos. Masih memandang Momo bingung karena ia tak merasa apa yang dikatakan Momo benar.

Oh Tuhan, lihat saja wajah Momo sekarang. Ia menghela nafas sebal karena kesal Sonhae tak juga paham ucapannya. Kepolosan Sonhae benar-benar sudah kelewatan, menurut Momo.

Berusaha membuat rasa kesal itu tak meledak, Momo justru tersenyum paksa. "Apa kau dan Soonyoung itu pacaran?" mau tak mau Momo akhirnya mengungkapkan apa yang ia maksud.

Seketika, Sonhae merasakan wajahnya memanas. Matanya membelalak karena terkejut. Bingung kenapa Momo bisa berfikiran seperti itu. "Aku ini hanya pasiennya seongsaenim. Tidak-- tidak ada hubungan khusus antara kami. Percayalah...."

Momo terdiam. Menatap gadis itu tepat dimatanya, mencari sebuah kebohongan, namun Momo tak bisa menemukannya. "Lalu, apa kau menyukai Soonyoung?"

Lagi-lagi perlu waktu bagi Sonhae untuk memproses pertanyaan Momo, sebelum sebuah gelengan yang terkesan meragu jadi jawaban. "Aku rasa.... tidak."

Momo menghela nafasnya. Baginya yang berprofesi sebagai psikiater, menebak perilaku seseorang adalah hal yang mudah.

Hirai Momo tentu saja tahu kalau Sonhae sekarang sedang ragu. Pikiran dan hatinya sedang tak bisa bekerja sama dan kepolosan Sonhae membuatnya tak sadar akan hal itu.

"Baiklah. Aku percaya dengan apa yang kau katakan," senyumnya. Lalu melanjutkan kegiatan mengaduknya sesaat, sebelum membawa nampan itu dan memandang Sonhae. "Ayo--"

"Kenapa... Hirai Momo-ssi bertanya seperti itu padaku?"

Momo yang hendak melangkah menghentikan niatnya. Lagi-lagi tersenyum sebelum memandangi gelas minuman Soonyoung. "Itu karena...." Ia menjeda kalimatnya. "Aku menyukai Soonyoung."

Sonhae tak bereaksi.

"Sejak lama...."

Sonhae lagi-lagi membelakkan matanya karena terkejut. Namun sesaat kemudian, ekspresinya berubah menjadi murung ketika gadis itu merasakan ada sedikit sesak yang perlahan memenuhi relung dadanya dan sekali lagi, kepolosan Sonhae membawa gadis itu pada sebuah ketidaktahuan.

Ketidaktahuan yang nantinya entah mengapa terus terpikirkan olehnya, membuat Yoo Sonhae semakin sering menolak ajakan Chaeyoung ke klinik Soonyoung dengan berbagai alasan.

Sonhae sepertinya tak tahu, bahwa perkataan Momo hari itu telah membuka satu pintu dihatinya.

Membuat sebuah rasa asing yang tak pernah Sonhae rasakan selama hidupnya keluar dan langsung menguasai dirinya tanpa Sonhae sadari.

---

TBC

The Other Self of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang