- 11 -

1.6K 213 1
                                    

"Sampai kapan kau akan mengabaikan perasaanku seperti ini?" Momo bertanya. Isaknya mulai terdengar, dan pelukannya pada Soonyoung ia eratkan. Berharap lelaki itu dapat merasakan sakitnya. Berharap, dengan begini Soonyoung dapat menerima cintanya.

"He-hei, apa yang kau lakukan? Aku sedang tidak ingin bercanda..."

"Aku tidak sedang bercanda, Kwon Soonyoung!" Jerit Momo. "Aku menyukaimu. Sejak lama! Aku harus bilang bagaimana lagi agar kau mengerti?!"

Soonyoung terdiam.

"Kenapa kau diam saja?! Katakan padaku! Apa yang harus ku lakukan agar kau mengerti perasaanku?!"

Lelaki itu menghela nafasnya. "Hei..."

Momo tak merespon.

"Aku benar-benar sangat senang dengan pengakuanmu ini..."

Oh, sungguh. Soonyoung benar-benar tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ini pertama kalinya, sejak mengenal Momo ia melihat wanita itu menangis di depannya. Bahkan, saat Tami sakit parah dulu, walau matanya terlihat berkaca, Momo tak menangis.

"Mianhae..." ia menjeda kalimatnya. Menelan saliva-nya yang entah mengapa terasa pahit dan membuat tenggorokannya perih. Kemudian mengelus rambut psikiater itu lembut. "Aku tak bisa menyukaimu lebih dari ini..."

Ia melepas pelukan Momo dengan gerakan pelan. Mata itu sama sekali tak menatap Momo dan isak momo kini terdengar semakin keras.

"Kau tak perlu melakukan apapun agar aku menyukaimu," katanya dingin. "Cukup jadi dirimu sendiri dan aku yakin banyak lelaki--"

"Tapi aku hanya menyukaimu, Soonyoung-ah...."

"Tolong jangan katakan itu. Waktumu untuk mencari lelaki yang lebih pantas menjadi pendampingmu masih panjang," ia menghembuskan nafas panjang. "Jadi, berhenti menangisiku yang tak bisa menyukaimu lebih dari ini."

Momo terdiam. Memandangi punggung kokoh fan tegap cintanya yang memburam akibat air matanya.

"Sekali lagi maafkan aku...."

Kwon Soonyoung langsung berjalan menuju keluar ruang pemeriksaan

Meninggalkan Momo yang menatapnya nanar, sebelum jatuh terduduk. Air mata gadis itu kembali mengalir menuruni pipinya.

"Jadi... aku benar-benar ditolak?" tanyanya entah pada siapa. Rasa sesak dadanya semakin menjadi ketika kepalanya kembali mengingat kejadian tadi.

Isaknya kembali terdengar, membuat wanita cantik itu menutupi wajah dengan kedua tangannya untuk meredam suara tangis.

Namun, usaha itu sia-sia karena suara tangis Momo tetap saja terdengar hingga meja resepsionis, tempat dimana Shia berada.

Istri Koh Shinwon itu menghela nafasnya. Berjalan menuju pintu dan membalik tulisan buka menjadi tutup. Tak ingin ada pasien yang mendengar isak Momo juga memberi waktu bagi wanita itu untuk melepaskan semua rasa sedihnya.

Lagipula, Soonyoung selaku pemilik klinik itu juga barusan pergi dan walaupun tak berkata apapun, Shia tahu hal terbaik yang haris ia lakukan adalah menutup klinik untuk hari ini, atau paling tidak sampai Soonyoung kembali.

"Bagaimana Soonyoung-ssi bisa pergi seolah tak terjadi apa-apa seperti itu?"

***

Setelah mengendarai mobilnya dengan cepat, Soonyoung pun akhirnya sampai di sekolah Chaeyoung.

Ia langsung saja menyambar ponselnya dan dengan segera menelepon adiknya itu sambil keluar dari mobilnya.

"Yeoboseyo?"

The Other Self of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang