BAGIAN #3

2.9K 331 14
                                    



“Ceritakan padaku apa yang terjadi di Jepang.”

Jaejoong menatap sekilas wajah Yunho, mencoba menebak raut mukanya. Mereka sedang menikmati sarapan di meja dapur. Yunho memiliki seorang koki yang memasak untuknya dan Jaejoong belum pernah menikmati pancake seenak ini sebelumnya.

Tentu saja ketika masa jayanya di Jepang, ia mampu membeli beberapa barang mewah. Tapi Jaejoong menyadari bahwa Yunho telah menjauh dari jangkauannya begitu ia menginjakkan kaki di negara itu.

Anak lelaki yang dulu pernah bersamanya sudah lama hilang. Jaejoong tidak yakin apakah ia masih mengenali namja yang sekarang berada dihadapannya.

“Jae..” panggil Yunho lembut.

“Aku mengalami sebuah kecelakaan.” Ucap Jaejoong dengan hati-hati. “Mobilku meluncur keluar dari jalan. Aku--- aku terjebak di dalamnya.” Hujan, ketakutan, rasa sakit menyergap Jaejoong saat bercerita.

“Selama dua belas jam.”

Rahang Yunho mengeras. “Ada banyak hal yang tidak kau ceritakan padaku. Hal yang tidak ada dalam surat kabar.” Semalam Yunho tidak memaksa Jaejoong bercerita. Ia hanya berbicara dengan lembut, memeluknya  dan sangat jelas menjaganya tetap tersadar. Tapi sekarang, Yunho siap mengintrogasinya.

“Kau menduga lelaki itu mengikutimu di Jepang?” ujar Yunho mengerutkan dahi.

“Aku yakin iya. Seseorang masuk ke ruang gantiku. Dan kukira pada malam terjadinya kecelakaan itu, aku sedang diikuti seseorang.”

Yunho meletakkan pisau makannya dengan sangat pelan. Mata musangnya berkilau menatap Jaejoong. “Kau baru memberitahukan ini padaku... sekarang?”

“Aku menceritakan itu pada polisi di Jepang. Kepada para dokter yang memeriksaku. Tidak ada seorangpun yang mempercayaiku.“

“Aku percaya padamu Joongie. Sangat mempercayaimu.”

Jaejoong mendorong piringnya menjauh. “Aku tidak ingat semua hal yang persisnya terjadi malam itu. Aku sedang mengemudi keluar kota. Aku baru saja berhenti dari pom bensin, ada sebuah mobil.... sepertinya mengikutiku di setiap belokan. Cahaya dari lampu mobil dibelakangku terpantul di kaca spion. Menyorot bolak balik, lampu redup, lampu jauh. Sepertinya mobil itu menabrakku.”

Kedua tangan Yunho mencengkram erat tepian meja.

“Lampu depannya menyorot seluruh bagian depan mobilku. Aku berteriak dan —kemudian mobilku terhempas ke udara. Dan aku tidak ingat apa-apa lagi.” Jaejoong menutup haselnya potongan gambar berkelebatan dan rasa sakit menderanya.

Jaejoong menggelengkan kepalanya. “Tapi para polisi berkata bahwa tidak ada tanda-tanda ada kendaraan lain yang terlibat dalam kecelakaan itu. Mereka menduga  aku hanya kehilangan kendali mobilku karena jalanan licin.”

“Kau harusnya langsung menghubungiku.”

Kemarahan bergejolak di dalam dirinya saat mendengar kalimat Yunho. “Berita itu ada di seluruh surat kabar, Yunho. Aku mungkin bukanlah orang yang kaya raya sepertimu, tapi aku dulu adalah penyanyi yang cukup terkenal. Mungkin... mungkin seharusnya kau yang menghubungiku.” Jaejoong menunduk. Beberapa kali di dalam mimpinya ia selalu berharap mendengar kabar dari Yunho.

Jaejoong bangkit menjauh dari meja. Menjauh dari Yunho. “Aku harus kembali ke studio. Kelas akan dibuka dalam dua hari dan aku harus membereskan tempat itu.” ujarnya memikirkan bahwa murid-murid barunya tidak boleh menginjak kaca.

“Sudah dikerjakan. Cermin sudah diganti dengan yang baru. Pecahan kaca sudah dibersihkan, dan kau tak akan mengalami masalah lagi dengan konsleting listrik. Kau tak perlu melakukan apapun lagi.”

Mine To Take (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang