6.

899 30 0
                                    

Ayana dan Rani bersama dengan anak-anak yang lain, berjalan menuju aula untuk mendaftarkan diri untuk ikut acara pelantikan anggota PMR Wira tahun ini. Jujur, Ayana malas mengikuti ekstrakulikuler semacam PMR ataupun Pramuka. Tetapi, karena Rani, memaksanya untuk ikut dan Rani juga bilang bahwa Ayana akan mencintai PMR seperti Rani.

Kini mereka sudah diberikan formulir pendaftaran setelah sesi perkenalan tadi. Formulir itu harus di setorkan paling lambat besok lusa, karena minggu depan acara itu akan diselenggarakan.

"Jadi... semuanya, sudah mengerti?" Daren yang merupakan ketua PMR sekaligus ketua Satuan Inti di kotanya bertanya sekali lagi pada peserta pelantikan.

Semua anak yang berada di aula, termasuk Ayana dan Rani mengangguk-ngangguk paham. Mereka akhirnya di persilahkan untuk kembali ke kelas masing-masing.

"Aihhhhh! Gasabarnya gue..." pekik Rani ketika keluar dari Aula sambil mengibas-ngibaskan formulir itu bak kipas tangan.

Langsung saja Ayana mencubit pelan lengan Rani, karena banyak siswa yang berlalu-lalang disana memperhatikan mereka. "Lo, kalau teriak, sadar tempat dong," geram Ayana.

Rani mengaduh kesakitan karena dicubit oleh Ayana. Rani mengelus-elus bagian yang dicubit tadi. "Sakit oneng!" Rani menggeplak kepala Ayana dengan formulir yang dibawanya.

Ayana mencebikkan bibirnya dan berjalan lebih dulu meninggalkan Rani dibelakang.

"Abis nelen mercon kalik tuh anak," Ayana terperanjat karena tiba-tiba seseorang datang lalu berkata seperti itu disampingnya. Ayana menoleh matanya menyipit, sepertinya Ayana kenal dengan orang ini. Orang yang tadi berada di aula dan memberikan pengarahan.

"Kenalin... Daren," orang itu menyodorkan tangannya pada Ayana.

Saat Ayana akan menyodorkan tangannya tiba-tiba saja Rani datang lalu menggandeng lengan Ayana untuk pergi dari tempat itu.

"Loh... Kenapa dibawa pergi dedek gemes gue," Daren juga ikut mengejar mereka.

Rani menoleh kebelakang dan mendapati Daren mengikutinya dan Ayana. Rani menghentikan langkahnya, "om Daren," gumam Rani ketika Daren sampai disana.

Daren menatap Rani tajam ketika Rani memanggilnya 'om'. Dari tatapan tajam yang Daren berikan padanya, Rani mengerti bahwa Daren menyuruhnya untuk tidak memanggilnya om.

Daren lalu tiba di hadapan Ayana dan Rani dengan napas yang ngos-ngosan, "main embat anak orang aja lo." omel Daren.

Rani berdecak sebal lalu berkata, "ciih... Siapa suruh ngikutin kita?"

"Orang mau kenalan juga sama dede gemes..." Ayana mendelik ketika ia dipanggil dede gemes oleh Daren. "Kenalin... Daren," Daren kembali mengajukan tangannya lalu di jabat oleh Ayana singkat.

"Ayana... Permisi ya kak.. saya kebelet," oke taktik Ayana bagus untuk menghindari Daren. Segera Ayana pun mengajak Rani pergi dari tempat itu.

• Satu SMA •

Naya hampir menjatuhkan semangkuk kwaci biji labu dari kedua telapak tangannya. Pasalnya, ia kaget karena Ayana bilang padanya bahwa Ayana mengikuti kemah pelantikan PMR minggu depan. Naya tahu bahwa, Ayana tidak menyukai ekstrakulikuler semacam itu. Hobby Ayana adalah bernanyi dan pada saat SMP Ayana memilih ekstrakulikuler vocal.

"Lo sehat 'kan dek?" Naya lalu duduk pada sofa berwarna tosca di kamarnya dan mengganti channel TV. Ayana yang ditanya pun mengangguk, lalu mencomot kwaci dan memakannya. "Trus kenapa tumben-tumbenan lo ikutan ekstra gitu, perasaan ekstra vocal ada kok di sekolah."

"Emangnya slaah ya?... kalau aku keluar dari zona nyaman aku?" Ayana bertanya pada kakak perempuannya itu, lalu Naya menggeleng.

"Gak papa sih... Semangat deh, kamu!"

Dan mereka berdua melanjutkan untuk menghabiskan kwaci sambil menonton TV.

• Satu SMA •

"Darya..." Darya yang merasa namanya dipanggil menoleh, ia melihat saudara kembarnya—Daren—yang berjalan kearahnya. Daren lalu menarik kursi disamping Darya dan mengambil buah secara asal yang tersedia pada keranjang meja makan, karena tadi Rika memang menyediakan setelah makan malam.

"Kenapa?"

"Bujukin mama, ya... Gue besok mau ke partynya Dimas, lo tahu kan?" Darya berdecak sebal pada saudaranya ini, pasti kalau ada maunya, pasti Daren akan bersikap seperti ini.

Darya menggeleng, "elo yang cabut, gue yang bilangin mama. Cowo, lo?" sindir Darya.

"Siapa bilang, gue doang yang cabut? Elo juga di undang ogeb!"

Darya lagi-lagi menggeleng, "males gue ke tempat laknat kayak gitu..." tolak Darya.

Daren mencebikkan bibirnya lalu berkata, "lagak lo... Kayak gak pernah mabok sama mojokin cewe aja lo," Daren sengaja mengungkit-ngungkit perbuatan Darya enam bulan yang lalu. Darya yang hampir frustasi karena Naya yang tetap mengabaikan perasaanya, memilih pergi ke sebuah club malam dan menghabiskan malamnya disana. "sok suci lo!" ketus Daren lalu meninggalkan Darya yang menahan emosi.

Sementara itu, Rika yang tidak sengaja mendengar percakapan kedua putranya hanya bisa menghela napas dan menguatkan hatinya.

---

Terimakasih, sudah membaca cerita saya :)
Jangan lupa kasih vote dan komentar ya! Maaf juga jika ada banyak typo :)

Satu SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang