4

951 37 4
                                    

Daren yang dari tadi memang mengikuti Darya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah saudara kembarnya itu. Darya memang sejak dulu menyukai Naya tetapi sayangnya perasaan Darya tidak direspon sama sekali oleh Naya.

"Lo, bego atau tolol sih Dar?!" umpat Daren dari kejauhan saat Darya menyerahkan sejumlah uang pada Naya. Daren ingin sekali membenturkan kepala Darya saat ini juga supaya Darya jadi amnesia dan tidak lagi ingat pada Naya.

Sementara itu Naya yang sudah berterimakasih pada Darya pun pergi. Darya masuk ke dalam mobil.

"Eh... Elo ngapain disini? Lo nguntit ya?" kata Darya pada Daren yang tiba-tiba berada di dalam mobilnya.

"Menurut ngana?" Daren sinis. "Ngapain lo ngasih duit ke cewe tai kayak dia sih?! Heran gue!"

Tetapi Darya tetap diam dan memilih melajukan mobilnya pergi dari tempat itu. Daren kesal setengah mati karena ocehannya hanya dibalas hmm dan hmm.

"Nyerocos aja terus, nanti lampu merah gue turunin lo." Daren langsung terdiam dan tiba-tiba saja ia loncat ke jok depan hingga membuat Darya nge-rem mendadak alhasil Daren terperosok kebawah dashboard.

"Bisa neyetir gak sih lo?!" Daren setengah berteriak sambil mengusap-usap kepalanya yang terasa sakit. "Benjol... benjol dah pala gue," omel Daren meringis.

"Makanya, tuh lambe jangan kayak cewe! Nyerocos terus, gak pake titik koma." Darya akhirnya bersuara.

• Satu SMA •

Naya akhirnya sampai di rumah, acara shopping yang akan ia adakan hari ini pupus sudah. Padahal ia sudah meminjam atm milik Ayana dan ia berencana menghabiskan sebagian saldo yang ada disana. Saat Naya berjalan ditangga, sang mama datang dan memasang wajah garang.

"Dari mana aja kamu?!" Dinda segera menghampiri Naya saat ia mendengar suara mobil diluar rumah. "Naya?"

Belum sempat Naya menjawab, tiba-tiba Ayana datang.

"Loh kakak udah pulang? Sama siapa? Mobilnya udah beres? Trus pake duit siapa? Kakak nge-bon ya?" Naya menatap tajam Ayana yang berada dibelakang Dinda. Sementara Ayana lalu tersenyum tanpa dosa dan menunjukkan dua jarinya berbentuk peace.

"Adek ngomong apa tadi?" Dinda menoleh kebelakang bertanya pada Ayana. "Mobilnya udah beres? Mobilnya siapa?"

"Mama, nanyanya nanti aja ya... Sekarang buatin aku makanan dulu," Ayana menyela pertanyaan Dinda dan malah menyuruh Dinda membuat makan siang untuknya.

Dinda menghela napas lalu berkata, "yaudah. Mama buatin adek makan siang dulu. Kamu mau juga?"

Naya mengangguk, "iya... boleh aku juga laper."

• Satu SMA •

Setelah selesai mandi, Ayana langsung mencari Naya yang sedang berada dikamarnya. Tanpa mengetok pintu terlebih dahulu, Ayana langsung masuk begitu saja tetapi ia tidak menemukan Naya dikamar.

"Kakak!" seru Ayana begitu saja dan ia langsung menghempaskan badannya di kasur Naya yang terasa lebih empuk dari kasur miliknya. "Enak banget nih disini," gumam Ayana memeluk guling berwarna tosca itu. "Kakak!" seru Ayana lagi dan Ayana langsung bungkam ketika mendengar suara seperti orang berteriak marah yang berasal dari kamar mandi.

Sementara itu Naya yang masih berendam didalam bath up dengan malasnya beranjak dan menggunakan mengguyur tubuhnya lagi dengan air hangat lalu menggunakan bathrobe. Saat menslide pintu yang terhubung dengan kamar tidur langsung saja Naya meneriaki Ayana yang sedang berguling-guling dikasur miliknya.

"Bisa selow gak lo! Manggil-manggil gue kayak nyari orang dihutan aja," Naya hendak melempari adiknya itu dengan boneka tetapi ia urungkan karena kasihan pada boneka yang tidak bersalah itu.

"Ishh... Kakak mah... gak boleh galak-galak. Aku kesini mau nanya tentang tadi siang," Ayana pun sudah tidak lagi berguling-guling melainkan duduk diatas kasur sambil mencari remote TV. "Btw, remote TVnya mana kak?" Ayana mencari dinakas tidak ada hingga akhirnya ia mencari kebawah kasur tetapi tidak ada juga.

"Dimeja belajar oneng! Mata lo kemana?!" kata Naya menunjuk meja berisi setumpuk buku dan koleksi novel sebelum masuk ke kamar mandi untuk memakai pakaian.

• Satu SMA •

Daren menatap fokus pada laptop yang berada di hadapannya. Ia sedang menysun rab (rancangan anggaran biaya) untuk berlangsungnya pelantikan anggota PMR minggu depan. Sebenarnya ini bukan tugas Daren untuk membuat hal semacam ini, karena sudah ada sekretaris tetapi karena Daren sendiri yang memilih sekretaris cowo yang sudah pasti tidak mau mengerjakan hal-hal semacam ini, jadinya Daren harus turun tangan sendiri.

Ditemani dengan segelas susu cokelat hangat, jari-jari Daren dengan lincahnya mengetik sementara matanya melihat corat-coret rab yang masih dikertas notenya. Daren berhenti untuk meminum susu cokelat itu.
Ia sempat memejamkan matanya untuk menikmati nikmatnya susu cokelat yang mengalir di tenggorokannya.

Daren menoleh ke belakang, ia menyipitkan mata ketika melihat sesuatu yang menyala di balik gorden kamarnya. Daren beranjak dari duduknya, ia mulai mendekati gorden kamar yang menyala itu. Daren mengerutkan keningnya ketika kaca jendelanya berbunyi. Jujur, Daren merasa takut, tetapi saat ini rasa takutnya berubah menjadi rasa penasaran.

Kreeek... Daren menyibak gorden dan menemukan sosok anak perempuan kecil.

"Loh... adek ngapain disini," anak perempuan kecil itu pun tersenyum lebar, menunjukkan deretan gigi susunya. Sementara tangannya membawa senter dan tangannya yang lain mengetuk kaca jendela.

"Adek ngapain disini?" tanya Daren lagi pada sepupu perempuan yang dititipkan saudara ayahnya itu. "Kiara?"

"Ini... Aku disuru sama abang Yaya kak, katanya abang Yaya 'kalau aku mau ngumpet disini pake bawa senter trus ngetok-ngetok kaca, abang mau ngajak aku ke time zone." ucap Kiara polos membuat Daren menggelengkan kepalanya.

"Oh... gitu, terus abang mana?"

Kiara lalu memutar knop pintu lalu berjalan ke balkon yang menghubungkan dengan kamar Darya. "Abang..." panggil Kiara dengan suara cempreng khas anak kecilnya.

Darya menoleh ke arah Kiara lalu ia terkejut karena ada Daren bersama Kiara.

"Ngapain lo, nyuruh Kiara ngerjain gue?" ketus Daren pada Darya yang memasang tampang santai.

Darya melipat kedua tangannya, "ya... suka-suka gue lah, tadi siang aja lo juga nguntit gue," Darya tidak mau kalah.

"Untung udah malem, kalau gak... Habis lo!" ucap Daren berlalu dari balkon dan menuju kamarnya.

Blammmm! Pintu di tutup dengan keras oleh Daren hingga menimbulkan bunyi berdebam.

Sementara itu Darya menghela napas dan berbalik juga ke kamarnya, ia juga melakukan hal serupa dengan Daren.

"Loh... Aku ditinggal?" kata Kiara sedikit berteriak.








Hallo!!! Makasih ya... sudah baca hasil kehaluan saya... Semoga gak ngebosenin deh.. Maaf juga karena banyak typo😂😂.
Jangan lupa kasih vote dan komentar(kritik&saran) yaa😊😊😊

Satu SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang