17

572 25 0
                                    




WARNING : TYPO BERTEBARAN!!!!!!!!!!



Daren mengendarai motornya dengan kecepatan rendah. Bukannya ia ingin berlama-lama di jalan dengan Ayana, tetapi karena ia tidak ingin Ayana celaka akibat motor yang dikendarainya tergelincir di jalanan yang licin karena hujan.

"Kak Daren mau modus sama aku ya?" tebak Ayana yang menyadari bahwa motor yang dikendarai Daren lambat.

"Enggak kok, siapa juga yang mau modus. Gue gak mau kalau kita kecelakaan," titah Daren dengan volume keras.

Lima menit kemudian mereka sampai di depan rumah Ayana. Tetapi saat akan turun dari motor, ujung rok Ayana nyakut pada pegangan dan mengakibatkan roknya robek.

"Mampus," gerutu Ayana dan langsung menutupi bagian yang robek dengan tasnya.

"Kenapa Na? Loh kok biaa robek sih?"

"Ah iya... Ini nyangkut jadinya ketarik trus robek. Emm makasih ya kak udah nganterin aku. Byeee," Ayana langsung masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Daren

Daren melongo ketika Ayana masuk ke dalam rumah. Ia lalu menghidupkan motornya dan meninggalkan area rumah Ayana.

• Satu SMA •

"Mbok, adek udah pulang belum?" tanya Daren pada Mbok Tini.

"Sudah mas," sahut Mbok Tini sambil menutup pintu.

Tanpa meletakkan tasnya di kamarnya, Daren melangkah menuju kamar Rani.

Tok... Tok... Tok...

Rani membuka pintu kamarnya dan melihat Daren disana.

"Ngapain kak?"

Daren menggaruk tengkuknya, bingung ingin memulai bertanya pada keponakannya itu.

"Cepetan aelah... durasi nih," kata Rani yang terlihat mengantuk. "Buruan bil—"

"Ukuran rok Ayana berapa?" tanya Daren ngegas.

Rani menatap horor Daren, saat Daren bertanya seperti itu. Lalu ia menyipit dan berniat untuk mengintrogasi Daren.

"Buat apa?"

"Roknya robek."

"Kak... Lo—"

"Enggak," sergah Daren tegas. Ia tahu kemana arah pembicaraan Rani. "Tadi gue nganterin dia pulang, trus roknya nyakut di motor dan sobek." jelas Daren.

Rani menaikkan sebelah alisnya, ragu akan penjelasan Daren. Tetapi, jika ia bertanya saat ini, pasti kakaknya itu tidak akan menjawab pertanyaannya. Lebih baik ia bertanya pada Ayana saja.

"Jadi berapa?!"

"M kayaknya," jawab Rani asal.

"Seriusan Ran!"

"Lah iya serius, yakali aku boong. Emangnya aku kak Daren, yang hobbynya boong," kata Rani sewot. Lalu ia berbalik ke kamar dan saat menutup pintu, Daren menahannya. "Kenapa lagi sih..."

"Anterin gue, ayook." Daren langsung menyeret Rani dari kamarnya.

Kini mereka telah sampai di sebuah pertokoan yang menjual seragam sekolah. Sebenarnya Rani malu karena ia kesini memakai baju rumahan sementara Daren masih memakai seragam sekolah.

Satu SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang