29

783 24 2
                                    

Jika Ayana diberikan mesin waktu, mungkin kemarin Ayana tidak akan melakukan hal seperti itu. Saat ini dirinya menjadi pusat perhatian semua orang disekolah. Termasuk saat pagi ini dia berjalan di koridor menuju kelas, cewek itu diperhatikan oleh orang-orang yang berada disektar sana. Bahkan jika sebelumnya hanya beberapa orang yang mengenalnya akan menyapanya, tetapi sekarang hampir semua orang menyapanya.

Perjalanannya menuju kelas terasa sangat lambat. Seperti seekor siput. Ayana merasa dirinya seperti siput karena dirinya merasa sangat lambat berjalan ke kelas. Jangan lupakan wajah Ayana yang sudah memerah karena menanggapi sapaan orang yang tidak ia kenal.

"Stay calm, Ayana... You can do it." katanya dalam hati menguatkan dirinya sendiri.

•Satu SMA •

Ayana tidak menyangka akan dipanggil oleh kepala sekolah saat jam istirahat. Tadi saat jam pelajaran pertama, wali kelasnya datang dan menyampaikan bahwa Ayana dipanggil oleh kepala sekolah saat jam istirahat. Dan kini, cewek itu sudah duduk disofa empuk diruang kepala sekolah bersama dengan beberapa orang yang kemarin terlibat tawuran.

Suhu ruangan yang dingin membuat dirinya mengantuk. Sebuah kebiasaan yang tidak bisa Ayana hilangkan sampai sekarang. Ayana duduk berdampingan dengan cowok-cowok yang terlibat tawuran kemarin, dan diseberangnya ada bapak kepala sekolah dan guru bidang konseling bersama dengan waka kesiswaan.

Sedari tadi hanya anak-anak cowok itu saja yang diberikan pertanyaan dan nasihat oleh bapak kepala sekolah bersama rekan-rekannya. Ayana hanya duduk dan sesekali menguap karena mengantuk.

"Jadi kamu yang namanya Ayana?" tanya bapak kepala sekolah pada Ayana dan sukses membuat cewek itu kembali mendapatkan kesadaran.

"Iya pak, saya Ayana."

"Kamu tahu apa tujuan saya memanggil kamu kemari?"

"Tentang masalah kemarin 'kan, pak?"

Bapak kepala sekolah tersenyum. "Benar. Saya mendengar laporan bahwa kemarin kamu yang membubarkan tawuran dan saya tidak menduga jika murid saya yang baru kelas sepuluh bisa membubarkan aksi tersebut. Seorang wanita lagi."

Ayana hanya mengangguk menanggapi perkataan bapak kepala sekolah.

"Apa kamu terluka?"

"Iya. Tapi cuma lecet dikit, udah diobatin kok." jawab Ayana memperlihatkan lengannya.

"Syukurlah, kamu tidak apa-apa." bapak kepala sekolah menghela napas lega. "Apa kamu bisa jelaskan, kenapa kamu bisa melakukan hal seperti itu?"

Dan mengalirlah cerita Ayana yang dia alami kemarin siang. Semua orang yang ada diruangan kepala sekolah mendengarkan penuturan Ayana.

"Terima kasih ya, nak. Berkat kamu, tawuran kemarin bisa berhenti tanpa keterlibatan pihak berwajib." kini ibu guru bidang konseling yang berbicara. "Jangan takut kalau nanti ada yang mengancam kamu, baik itu dari anak sekolah ini atau sekolah sebelah. Ibu harap, jika ada apa-apa, kamu bisa hubungi salah satu dari kami."

"Iya, Bu. Terima kasih."

Karena bel pelajaran selanjutnya telah berbunyi, mereka dipersilahkan untuk kembali ke kelas.

Sambil bersenandung kecil, Ayana berjalan dikoridor menuju kelasnya. Perempuan itu berjalan santai sesekali dia terkikik karena salah dalam pengucapan lirik.

"Baby let me be your girl, so I can love you... And if you let me be your girl..." perempuan itu terdiam, mengingat liriknya lagi. Ayana dengan seenak jidatnya mengganti lirik lagu dari idolanya yaitu Zayn Malik yang berjudul Let Me. "For the rest in my life, for the rest i'm yours..." jangan salahkan Ayana jika liriknya salah lagi.

Dan ketika perempuan itu berjalan melewati sepasang kekasih yang terlihat sedang bertengkar, dengan penuh penghayatan, Ayana malah bernyanyi lagu Usai Disini milik Raisa.

"Lebih baik kita usai disini, sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hati."

Sontak, nyanyian Ayana membuat pasangan itu memandang dirinya. Jika yang perempuan memandangnya dengan pandangan jengkel lain halnya dengan yang lelaki. Lelaki itu malah memandangnya dengan pandangan sedih seolah lagu yang barusan Ayana nyanyikan adalah theme song hubungan mereka yang sedang diujung tanduk.

• Satu SMA •

"Ada perlu apa nih Kak Darya nyeret aku kesini?"

Sebelum sampai di kelasnya, Ayana ditarik oleh Darya dan cowok itu membawanya ke ruang OSIS. Selama perjalanan detak jantung Ayana berdetak lebih kencang. Perempuan itu gugup tanpa sebab.

Untuk mengalihkan pacu jantungnya, Ayana memilih untuk melihat sekeliling ruang OSIS yang memang dirinya belum pernah masuk kesini.

Ayana menoleh pada Darya yang berjalan ke sebuah lemari, dia melihat cowok itu mengambil alat tulis dan berjalan kembali tempat tadi. Ayana sipersilahkan duduk dikursi yang terususun membentuk lingkaran—yang Ayana duga kursi ini menjadi tempat jika pengurus OSIS rapat.

"Kakak ngapain sih?" tanya Ayana lagi.

Darya telah membuatnya membolos dijam 5-6 dan Ayana bisa mendapatkan penalty karena ini. Apalagi pada jam 5-6, dia mendapatkan pelajaran Ekonomi dan guru yang mengajar sangat tegas dan galak.

"Kak," panggil Ayana pelan. Darya malah sibuk menulis sesuatu diatas kertas yang dia ambil tadi.

Darya mengangguk lalu cowok itu beralih menatap Ayana dengan tatapan penuh ketegasan. Ayana jadi agak takut ketika tanpa sengaja pandangan matanya bertubrukan dengan pandangan mata Darya.

"Jangan tegang kek gitu, rileks aja. Biar punya gue aja yang tegang, lo jangan." ucap Darya santai karena cowok itu menyadadi bahwa cewek disampingnya tegang.

Ayana mengerutkan keningnya, mencerna setiap ucapan yang barusan Darya katakan. TerdengaR ambigu dan bisa saja Ayana terpancing untuk membalas ucapan Darya tetapi dia takut jika Darya malah membalasnya lagi dengan ucapan yang lebih ambigu.

Mungkin Darya ingin mencairkan suasana tetapi ucapan yang Darya katakan malah lebih membuat suasana awkward diantara mereka. Cowok itu berdeham sebelum memulai pembicaraan diantara mereka.

Satu SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang