4

1.1K 54 0
                                    

  Aku hanya makan dan terus memasukkan roti berselai srikaya kemulutku. Sedangkan yang lain asyik berbincang-bincang dengan topic kak Dini dan Ferel.
  Yang aku tahu, mereka terus membanggakan dua orang yang berprestasi tersebut. Hingga Om Frans dan Tante Siska juga turut berubah padaku.
  Semua orang mengucilkanku disini. Sesudah sarapan pagiku habis, aku segera pamit menuju taman belakang yang ternyata disana ada kak Dini dan seseorang yang sangat aku sayangi, kak Ferel.
  Disana, aku sedang melihatnya memberikan setangkai mawar pada kak Dini. Ternyata mereka sudah jadian dan aku tahu, bahwa kak Ferel telah melupakanku.

  Akhirnya, hari yang telah lama kunantikan tiba juga. Hari ini, pertandingan karateku akan berlangsung. Namun sayang, semua orang yang kusayang tak ada yang mau hadir disini. Semuanya memilih hadir dilomba kak Dini, olimpiade sains.
  Walau sedikit kecewa, akan kubuktikan bahwa aku adalah Dina yang hebat. Keinginanku terwujud, aku menang dan meraih juara satu dipertandingan karate nasional yang diadakan di Jakarta.

“kita panggil, juara nasional karate tahun ini. Aldinaya Zivanna dari Jakarta.” Panggil pembawa acara.

  Dengan diiringi tepuk tangan meriah, ku naiki podium kebesaranku, dan kurasakan aku sangat dihargai disini.

  keberhasilanku diruang tamu, namun disaat kedatangan kak Dini dan yang lainnya, kulihat kemurungan disana. Dan setelah melihat foto keberhasilanku, kak Dini malah menangis dan berlari menuju kamarnya.

“kamu sengaja meledek Dini?” Tanya Papa dengan sinis.

“gak pa! maksud Papa apa sih?” tanyaku tak mengerti.

“Dini kalah sedangkan kamu menyombongkan diri dengan memajang fotomu diruang ini. kamu tahu kan bahwa diruang ini hanya foto-foto keberhasilan Dini yang boleh menempatinya.” Jawab Papa yang membuatku sangat kecewa.

“Lepas Fotomu!” ucap Mama dengan agak ketus padaku.

  Kulepas foto yang sangat aku harapkan menjadi penghubung agar keluargaku menyanjungku. Sebuah harapan yang sejak dulu selalu ku inginkan.
  Karena aku selalu iri disetiap kak Dini dipuji dan disanjung oleh papa dan mama, serta semua tamu yang pernah berkunjung kerumahku.

  Sekarang pertanyaan terbesarku adalah,
“apakah aku anak kandungmu Ma? Pa?”
Pertanyaan yang tak pernah terjawab oleh lisan, namun terjawab oleh perbuatan mereka padaku. Seorang anak yang selalu tersingkirkan oleh ketidakadilan.

****

Biarkan Aku PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang