• 29 Agustus 2015 •
Setelah meninggalkan Universitas Hanyang, Mingyu berencana mengajak Wonwoo untuk makan siang terlebih dahulu. Ia juga ingin menghabiskan waktu bersama kekasihnya itu. Kesibukannya pada kegiatan kampus benar-benar membuatnya begitu susah untuk bersama dengan Wonwoo. Ia berharap Wonwoo mau paham akan hal itu.
Keduanya telah tiba pada kafe yang menjadi langganan mereka. Setelah memarkirkan motornya, Wonwoo turun terlebih dahulu baru setelahnya Mingyu menyusul.
Mingyu pun segera membantu Wonwoo untuk melepaskan pengaman kepalanya. Lalu merapikan sedikit helai rambut berwarna coklat yang terlihat tidak teratur.
Hal kecil seperti inilah yang Wonwoo rindukan. Semua amarah dan bebannya terasa lepas begitu saja.
"Aku yang traktir" ucap Mingyu dan menggenggam tangan kekasihnya itu. Mereka pun segera memasuki kafe bernuansa klasik dengan lemari buku yang cukup banyak. Tentu cukup jelas bukan mengapa hal itu menjadi alasan tetap mengunjungi kefe tersebut.
"Selamat datang"
Seorang pelayan menyambut kedatangan Mingyu dan Wonwoo. Keduanya membalas dengan senyuman. Mingyu menuntun Wonwoo untuk duduk pada kursi yang tersedia di dekat sebuah rak besar itu.
"Kau lapar bukan?" Tanya Mingyu sesaat mereka telah duduk dan membuka buku menu yang memang telah tersedia di meja.
"Iya" jawab Wonwoo
"Kau melewatkan sarapanmu lagi?"
Wonwoo berhenti membalik lembar buku menu itu. Ia tersentuh, meski mereka jarang berkomunikasi, ternyata Mingyu masih mengingatnya. Semua amarah yang ingin ia utarakan pun pudar begitu saja.
Wonwoo mendongak dengan mengulas senyum tipis. Mingyu menatapnya membalasa senyuman. Lalu ia mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi lelaki manis itu, "kau harus makan banyak. Tubuhmu terlihat kurus"
"Bagaimana denganmu? Kau juga semakin kurus"
Mingyu hanya terkekeh menanggapi ucapan Wonwoo. Ia pun segera memanggil pelayan karena telah menjatuhkan pilihan makanannya.
"2 cheese burger, 1 kentang goreng, dan 2 cola. Nanti kami akan memesan kembali" tutur Mingyu
"Baiklah. Mohon menunggu. Bisa saya ambil buku menunya?"
Mingyu segera memberikan buku menu itu pada pelayan. Setelah melihat pelayan itu pergi, Mingyu kembali menatap Wonwoo yang kini tengah membuka kancing coat miliknya.
"Kau kepanasan?" Tanya Mingyu
"Tidak. Aku rasa aku akan makan banyak hari ini"
Mingyu tertawa. Keadaan kembali hening seketika. Entah mengapa hubungan mereka menjadi secanggung ini. Terkesan takut untuk memulai pembicaraan.
"Mingyu-ya ..."
"Iya?"
Wonwoo ragu untuk bertanya mengapa Mingyu begitu susah di hubungi. Pasalnya setiap mereka bertemu, pembahasan selalu sama dan begitu pula dengan jawabannya. Namun, Wonwoo tidak pernah dengan jawaban itu.
"Kemarin malam--- "
" ---maaf. Aku ketiduran dan lupa membalas pesanmu. Aku pun seharian tidak bisa mengirimi pesan kembali karena banyak kegiatan yang harus aku urus"
Wonwoo membuang nafas pelan. Benar bukan? Jawabannya selalu sama. Seharusnya Wonwoo tidak perlu bertanya.
"Tak apa"
Mingyu tau dengan nada suara Wonwoo bahwa lelaki itu kecewa. Ia segera meraih tangan Wonwoo yang berada di atas meja. Ia menggenggamnya begitu lembut. Mingyu begitu rindu dengan genggaman serta jari lentik yang selalu mengisi ruas jarinya. Tak ada yang pernah bisa memberi kehangatan yang sama seperti yang Wonwoo berikan padanya.
"Maafkan aku Wonu-ya ... "
"Sungguh tak apa" Wonwoo mengulas senyum tulus. Tepat saat itu pesanan mereka datang. Keduanya pun segera menyantap makanan itu tanpa ada perbincangan lagi.
-:: h.e.a.r.t ::-
Setelah mengisi perut mereka, Wonwoo meminta untuk di antar ke perpustakaan kota. Mingyu dengan senang hati mengantarkannya.
Saat ini Mingyu dan Wonwoo telah berada di perpustakaan kota. Mingyu memilih untuk menunggu di meja baca selagi Wonwoo yang berkeliling untuk mencari buku, sesuai permintaan lelaki manis itu. Wonwoo hanya takut Mingyu kelelahan karena baru tiba setelah perjalanan cukup jauh.
Wonwoo telah beberapa kali menarik sebuah buku lalu di kembalikannya lagi karena kurang menarik. Saat ini adalah rak buku ketiganya dan saat ia menarik buku itu, wajah seseorang terpampang lewat sela di rak itu.
Wen Junhui mengulas senyum dan menatap Wonwoo begitu lembut lewat sela itu.
"Kita bertemu lagi"
Wonwoo merengut, dengan cepat ia mengembalikan buku itu dan menutup sela tempat Jun melihatnya. Ia berbalik untuk mencari buku pada rak di belakangnya.
"Mana lelaki tadi?" Tanya Jun yang kin telah berada di samping Wonwoo.
"Dia meninggalkanmu?"
Wonwoo mendelik, "pergilah"
Jun tersenyum, "apa perpustakaan ini milikmu?"
Lelaki bermata rubah itu terlihat tengah mencoba untuk mengambil buku yang sebenarnya dengan mudah tercapai olehnya. Akan tetapi, jawaban Jun barusan membuatnya tidak tertarik dan memilih untuk pergi.
"Kalau begitu aku yang akan pergi" Wonwoo hendak melangkahkan kakinya, namun dengan cepat di tahan oleh Jun. Ia berbalik dengan menatap sengit. Ia tidak suka ada orang asing yang menyentuhnya, bahkan menggenggam pergelangan tangannya seperti yang Jun lakukan sekarang.
"Ini ..." Jun memberikan buku yang Wonwoo ingin ambil sebelumnya itu "sampai bertemu di kampus"
Jun pun berlalu dengan sebelumnya menyempatkan diri untuk mengusak surai Wonwoo sembari mengulas senyum yang berhasil mengusik relung hati Wonwoo.
Wonwoo masih membeku di tempat dengan buku yang di pegangnya. Ia seketika merasa resah dengan alasan yang tak pasti.
Karena perasaan pun tak pernah ada yang bisa menebak, bahkan pemiliknya sekalipun.
-:: h.e.a.r.t ::-
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART | meanie✔
Fanfiction( private story ) • c o m p l e t e • ini semua tentang hati