• 06 Desember 2015 •
Sudah lima hari berlalu dan Wonwoo tetaplah seperti ini. Melakukan kegiatan dengan semangat yang begitu rendah. Pandangan yang biasa memberi tatapan kuat kini terlihat kosong. Bahkan ia yang biasanya menyempatkan diri untuk mampir ke perpustakaan untuk menghibur diri tak di lakukannya lagi.
Wonwoo juga semakin penyendiri. Jangankan bertemu dengan Jun, bertemu dengan sahabatnya Jihoon saja tak pernah di lakukannya. Masalah hubungannya dengan Mingyu pun belum di ketahui Jihoon.
Lelaki bermarga Jeon itu kini beranjak meninggalkan ruang kelasnya. Melangkahkan kaki dengan angan yang entah kemana. Tujuan tak ada lagi dalam fikirannya. Semua terasa fana bagi Wonwoo saat ini. Tak ada perasaan menggebu untuk melakukan hal yang diinginkannya. Karena alasan yang membuat hidupnya terasa berarti kini telah jauh darinya.
"Jeon Wonwoo ..."
Anggap saja telinga Wonwoo hanya mendengar sebuah dengungan kini. Ia bahkan tak kunjung memutar badan -mengarahkan tubuhnya pada sosok yang memanggil namanya-.
"Wonwoo!"
Wonwoo tersentak seketika. Tangannya di tarik hingga langlahnya terhenti. Ia di paksa berbalik untuk menatap Jihoon -si pemilik suara yang memanggil namanya.
"O-oh? Kenapa?"
Jihoon menatap jengah. Ia menghempaskan tangan Wonwoo dengan kasar.
"Temui Jun di parkiran sekarang"
"Huh? Ada apa? Jihoon-ah ada sesuatu--- "
" ---aku tau" tatapan Jihoon melemah "Jun telah menceritakan semuanya"
"Semuanya?" Mata Wonwoo berkaca-kaca kini. Perlahan kepalanya menduduk dengan tangan yang mengepal lengan sweater miliknya "aku bersalah, bukan? Katakan saja aku yang salah"
"Won, apa itu yang akan kau lakukan? Sibuk mencari siapa yang salah, sibuk menyalahkan diri sendiri, sibuk mengurung diri dalam lukamu sendiri? Apa kau bodoh?"
Wonwoo mendongak. Ia menatap Jihoon yang terlihat begitu serius dengan ucapannya.
"Kau tidak perlu salah untuk membenarkan sesuatu. Salah atau tidak, memperbaiki suatu hal agar menjadi lebih baik bukanlah hal yang salah"
Jihoon melangkah mendekat dan menggenggam tangan Wonwoo, "sebuah hubungan di jalani oleh dua orang. Mengapa harus kau pikul sendiri? Tidak seharusnya kau memendam keluh kesahmu dan tidak memberitau Mingyu. Menunggu Mingyu langsung mengerti begitu saja tanpa mengetahui yang sebenernya? Oh, ayolah, dia bukan sosok yang memiliki kekuatan super"
"Ji ...."
Lelaki mungil itu mengulas senyum, "sekarang temui Jun. Ada yang ingin ia sampaikan. Setelah itu, kau harus membuat keputusan. Dan hal terakhir yang ingin aku ucapkan--- ingatlah, bahwa Mingyu sangat mencintaimu Wonwoo"
-:: h.e.a.r.t ::-
Mingyu baru saja menyelesaikan pekerjaannya memotong beberapa daun layu pada kebun belakang rumahnya. Mengingat telah hari libur, ia memilih untuk pulang kampung. Mungkin biasanya ia akan pergi mengunjungi Wonwoo. Menghabiskan waktu untuk menyalurkan rasa rindu mereka.
Namun, apa sekarang Mingyu sanggup melakukannya setelah kejadian lima hari lalu?
Hari mungkin telah berlalu. Namun luka itu rasanya masih segar terasa perih pada hati Mingyu. Rasanya ia masih tidak percaya Wonwoo akan melakukannya.
Ia tau seberapa besar cinta Wonwoo padanya. Ia kenal betul sikap Wonwoo yang terlihat tak peduli namun dalam hati sangat mudah begitu khawatir dan begitu pemerhati. Bagi Mingyu perhatian tulus dan kasih sayang Wonwoo yang di berikan padanya tak akan pernah ada yang bisa menyamai.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART | meanie✔
Fanfiction( private story ) • c o m p l e t e • ini semua tentang hati