0.6

1.6K 251 18
                                    

• 05 September 2015 •

Wonwoo saat ini tengah berada pada rumah kaca yang ada di Universitasnya. Ia telah berjanji dengan Jihoon untuk bertemu di sana. Ya, memang rumah kaca itu adalah tempat favorit seorang Jeon Wonwoo setelah perpustakaan.

Rumah kaca yang luas hampir menyerupai sebuah taman itu adalah tempat ternyaman bagi Wonwoo. Bukan hanya karena ketenangan yang ada, tapi karena Wonwoo sangat suka dekat dengan tanaman.

Wonwoo duduk pada pinggiran air mancur yang ada di tengah ruangan. Kepalanya terus menyebutkan sebuah nama. Nama yang sangat di rindukannya, namun ada rasa yang mulai hampa.

"Kau menunggu lama?" Tanya Jihoon yang baru saja memasuki ruangan itu.

"Tidak"

Jihoon mengulas senyum tipis. Ia berdiri di hadapan Wonwoo dan memandang dengan tatapan khawatir.

"Biasanya kau akan ke sini sendiri. Jika kau memintaku datang kesini, berarti ada sesuatu, bukan? Apa ini tentang Mingyu?"

Helaan nafas di hembuskan oleh Wonwoo begitu berat. Kepalanya menunduk sembari memberi jawaban, "kau tau Seungkwan?"

"Tentu. Dia sepupumu dari Jeju, bukan?"

"Iya. Dia masuk universitas yang sama dengan Mingyu"

"Bukankah itu hal bagus? Kau bisa menanyainya tentang kabar Mingyu jika kekasihmu itu tidak sempat menghubungi"

"Aku melakukannya. Aku meminta Seungkwan melakukan itu dan--- aku menyesal"

Kening Jihoon berkerut, "mengapa? Apa Mingyu selingkuh?"

Wonwoo menggelengkan kepalanya lemah, "Seungkwan mengatakan bahwa Mingyu sangat bahagia di sana. Aku kecewa mendengarnya. Di sini aku selalu merindukannya dan menunggu kabarnya, tapi--- "

Jihoon berdecih, " ---tapi apa? Itu bukan sebuah masalah, Won. Kau juga harus menjalani hidupmu. Kau harus terbiasa dan paham. Mingyu juga butuh ruang untuknya, selama hatinya tetap padamu kurasa tidak ada masalah"

Wonwoo masih menundukkan kepalanya. Ia enggan menatap sahabatnya itu saat ini. Dalam kepalanya, fikiran itu tengah berdebat. Bagaimana di satu sisi ia membenarkan ucapannya Jihoon dan mulai menyalahi dirinya karena terlalu berlebihan akan hal ini. Namun, sisi lainnya tetap menampik bahwa Mingyu juga punya salah karena jarang menghubunginya.

Perlahan matanya mulai berkaca-kaca. Air mata mulai berlinang pada pelupuk matanya. Ia tetap berusaha untuk menyembunyikan wajahnya.

"Won, tunggu sebentar di sini. Aku harus mengumpulkan tugas sebelum tenggat waktunya habis. Tolong, jangan pikirkan hal itu lagi"

Jihoon segera berlalu. Setelahnya, air mata Wonwoo pun mulai terjatuh. Wonwoo tau bahwa dirinya memang begitu lemah dan sensitif dalam hal seperti ini. Mungkin ini karena ia yang terlalu menyayangi Mingyu.

Tepat saat itu juga, telinga Wonwoo mendengar suara pintu terbuka kembali. Ia perlahan mencoba menenangkan isakannya. Wonwoo takut Jihoon tau ia menangis karena Mingyu. Sahabatnya itu pasti akan kecewa.

Namun, tiba-tiba Wonwoo tersentak. Ia merasa kepalanya di rengkuh dan dibawa untuk bersandar pada dada seseorang yang asing rasanya. Ini tentu bukan milik Jihoon. Aromanya pun jelas berbeda.

Meski rasanya begitu asing, tapi tidak bisa di pungkiri bahwa pelukan itu begitu nyaman dan menenangkan. Diam-diam Wonwoo mulai melemaskan tubuhnya yang sempat tegang karena terkejut.

Hingga sebuah suara yang tak asing menyapa telinganya, "mengapa kau sendiri dan menangis di tempat ini?"

Mata Wonwoo melebar, "J-jun?"

Suara kekehan lembut terdengar di ruangan sunyi itu, "jadi, kau sudah hafal dengan suaraku?"

Wonwoo segera melepas pelukan itu. Ia mendongak dengan matanya yang membulat sempurna. Di depannya, Jun berdiri sambil mengulas senyum begitu tulus. Manik lelaki itu menatap Wonwoo hingga menimbulkan keresahan dalam hati yang melihatnya.

Jun perlahan menunduk dengan kepala yang di buat sejajar dengan Wonwoo yang tengah duduk itu.

"Kau menangisi lelaki itu?"

Wonwoo hanya mengerjapkan matanya pelan. Bibirnya terasa kaku begitu saja ketika ingin menjawab.

Tubuh Wonwoo ikut serta enggan bergerak ketika Jun semakin mendekatkan wajahnya. Helaan nafas lelaki itu terasa hangat menerpa wajah manis Wonwoo.

"Aku rasa aku telah jatuh cinta denganmu, Jeon Wonwoo"

Kedua manik Wonwoo berhasil membesar kembali. Ia akui bahwa hatinya berdebar hebat karena Jun saat ini dan ia sadar bahwa itu adalah hal yang salah. Wonwoo segera berdiri membuat Jun otomatis ikut menegakkan tubuhnya.

"Jangan menggangguku" ucap Wonwoo dingin. Ia pun segera berbalik, namun pergelangan tangannya di tahan oleh Jun dalam hitungan detik.

Untuk beberapa menit, Jun hanya membiarkan keadaan seperti itu. Dimana Wonwoo membelakanginya, namun ia tetap bisa menggenggam tangan lelaki manis itu. Sungguh, Jun di buat bingung sendiri hanya karena Wonwoo. Mengapa perasaannya bisa semenggila ini pada sosok itu.

Genggaman itu pun terlepas. Jun kembali mengulas senyum meski Wonwoo tak menoleh menatapnya.

"Jangan coba untuk memintaku menjauh. Jika kau tidak bisa memberi hatimu padaku, setidaknya biarkan aku tetap di sisimu" ucap Jun begitu saja

Wonwoo hanya bisa terdiam. Bohong rasanya jika ia mengatakan bahwa dirinya tidak tersentuh akan ucapan Jun barusan. Akan tetapi, fikirannya masih mengingatkannya tentang Mingyu. Meski hatinya kini tengah bingung akan pergi ke arah pintu yang mana.

Tanpa memberi jawaban, Wonwoo pun segera berlalu meninggalkan tempat itu.

-:: h.e.a.r.t ::-

HEART | meanie✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang