0.4

1.9K 290 20
                                    

29 Agustus 2015 •

Malam ini, Mingyu akan menginap di rumah Wonwoo. Seperti biasa, jika ia mampir ke kota untuk mengunjungi kekasihnya, ia akan menginap dan pulang esok pagi.

Keluarga Wonwoo serta Mingyu telah berada di ruang makan. Jeon Yunho -Ayah Wonwoo sudah duduk terlebih dahulu dengan membaca buku sembari menunggu makanan di siapkan. Tak beda jauh dengan Wonwoo yang sebenarnya ingin membantu menyiapkan makanan, namun tak pernah di izinkan oleh Ibunya. Ia pun berakhir dengan duduk bosan sambil menopang dagu.

"Aku dengar Ayah lembur hari ini" sahut Mingyu yang masih sibuk membantu Ibu Wonwoo

Yunho menutup buku lalu melepas kacamata bacanya, "iya. Sehabis makan malam Ayah harus kembali ke perusahaan"

"Mingyu duduklah, Ibu hanya perlu menaruh satu hidangan lagi"

"Baik, Bu" Mingyu pun menyusul ke meja makan dan segera duduk di sebelah Wonwoo "kau bosan?" Bisik Mingyu

"Tentu"

Wonwoo kini telah duduk tegak. Semua pun telah berkumpul di meja makan. Berbagai jenis makanan yang terlihat menggiurkan telah rapi di atas meja. Makan malam itu pun di mulai dengan Yunho yang pertama kali mengambil makanan.

Tak ada perbincangan yang terjadi selama menikmati makanan utama.

Hingga waktu untuk menikmati makanan penutup pun tiba. Mingyu menyajikan puding buah yang di buat oleh Ibunya. Ia memberikannya pada keluarga Wonwoo sebagai salam dan permintaan maaf tak sempat mengunjungi dari Ibunya.

Hubungan Mingyu dan Wonwoo sudah mendapatkan restu dari keluarga kedua belah pihak. Sebab itulah hubungan keduanya terjalin begitu erat dan tak pernah ada masalah. Saling menyayangi dan saling menghormati telah mereka terapkan  setahun lebih semenjak hubungan itu terjalin.

"Mingyu-ya, bagaimana kabar Ibumu di sana?"

"Beliau masih sehat, Yah. Aku bersyukur akan itu"

"Bawa dia ke kota. Ia hanya sendirian di desa, apa kau tak khawatir?"

Mingyu tersenyum, "Ibu tau kan bagaimana ia menyayangi kebunnya. Aku rasa ia tak akan mau pindah"

Wonwoo menggenggam tangan Mingyu yang berada di atas meja. Ia mengelus punggung tangan kekasihnya itu. Yunho tersenyum menahan tawa melihat kemanisan dari pasangan di depannya.

"Ayah harus kembali ke perusahaan. Kwon Yuri, cepatlah tidur. Anakmu sangat merindukan Mingyu sepertinya"

"Ayah ... " Wonwoo mendelik sedangkan ketiga orang lainnya hanya tertawa.

Yuri terlihat mengikuti Yunho keluar ruang makan itu. Ia berencana untuk menghantarkan suaminya sampai depan rumah, "kalian jangan tidur terlalu malam. Mingyu, tolong ya ingatkan Wonwoo. Besok dia ada kuliah pagi"

"Iya, Bu" Mingyu mengulas senyum. Setelah Yuri tak terlihat lagi, ia kembali menatap wajah kekasihnya "kau mau tidur?"

"Aku harus mengerjakan beberapa tugas. Jika kau ingin tidur lebih dulu, tak apa"

"Aku akan menemanimu. Jika telah mengantuk aku pasti akan memberitau"

"Baiklah. Tapi, bawa cemilan yang ada di kulkas ke kamar. Aku butuh penyemangat"

Mingyu tertawa. Ia mengusak surai Wonwoo, "kau lebih sayang cemilan atau aku?"

"Bodoh" Wonwoo memukul pucuk kepala Mingyu "bagaimana bisa kau membandingkan dirimu dengan makanan"

Mingyu kembali tertawa. Menyenangkan menurutnya. Waktu enam hari benar-benar bisa sangat berarti dalam itungan jam jika bisa melihat tawa serta senyum dari kekasihnya itu.

-:: h.e.a.r.t ::-

Mingyu yang sedari tadi bermain ponsel hingga bosan itu pun segera mematikan benda itu. Ia terduduk di sofa dan menatap Wonwoo yang duduk di bawah membelakanginya. Lelaki manis itu terlihat menatap kosong sebuah buku yang Mingyu yakini adalah buku yang tadi siang di pinjam.

"Tugasmu sudah selesai?" Tanya Mingyu dan membuat Wonwoo tersentak. Dengan gerakan yang terlihat aneh, Wonwoo membereskan buku bekas ia mengerjakan tugasnya.

"Kenapa?" Tanya Mingyu lagi. Wonwoo kini makin bersandar ke belakangnya. Kepalanya mendongak untuk menatap Mingyu.

"Aku merindukanmu" ucap Wonwoo tiba-tiba. Mendengar ucapan tulus dari kekasihnya, tangan Mingyu dengan reflek terangkat untuk mengusap kepala Wonwoo.

"Maafkan aku. Aku terlalu sibuk, aku berjanji akan menyempatkan waktu untuk mengabarimu"

"Janji yang sama, yang belum pernah di tepati" gumam Wonwoo dalam hati begitu perih. Namun, ia coba untuk tetap tersenyum.

"Aku tak ingin mengecewakanmu, Wonu-ya. Aku tak ingin memberikan kesempatan untuk orang lain mengisi hatimu. Tak boleh ada celah untuk kesempatan itu"

"Bagaimana denganmu?" Tanya Wonwoo begitu pelan. Sebenarnya, menjalani hubungan jarak jauh membuat Wonwoo sering tidak tenang. Mingyu adalah lelaki populer serba bisa dan aktif dalam sebuah organisasi. Rasanya susah membayangkan jika tak ada yang mendekati lelaki seperti Kim Mingyu. Di tambah lagi Universitas tempat Mingyu menuntut ilmu terkenal dengan anak-anak populer yang sangan mengikuti jaman.

Mingyu tersenyum, "kau tau kan seberapa populernya aku semenjak SMA? Apa aku pernah melirik orang lain? Hanya seorang kutu buku yang anti sosial yang aku puja saat itu. Dan kini ia berhasil aku miliki. Apa kau bisa menemukan alasanku untuk berpaling?"

Wonwoo begitu lega mendengar jawaban itu. Benar sekali menurutnya. Mingyu tak pernah tergoda dengan orang-orang yang berusaha mendekatinya. Mingyu berhasil menjaga perasaan Wonwoo yang hingga kini tidak pernah di buatnya terluka.

"Maafkan pertanyaan bodohku"

"Tak apa. Kau khawatir karena kau menyayangiku. Aku harap kau bisa menjaga hati juga untukku"

Wonwoo mengulas senyum sebagai janjinya pada ucapan Mingyu.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau menatap buku ini?" Tanya Mingyu yang telah berhasil mengambil buku bersampul putih tulang itu.

Mata Wonwoo melebar, "Wen Junhui" ketika nama itu di sebut dalam hatinya, ada perasaan aneh yang terasa. Apakah itu...

"Aku hanya bingung kapan bisa membacanya"

"Menggemaskan" Mingyu mengecup kening Wonwoo "sebaiknya kita tidur. Ibu akan marah jika tau kita mengobrol hingga tengah malam"

"Iya"

Mingyu telah berlalu menuju kasur untuk merapikan sedikit selimutnya.

Sedangkan Wonwoo masih terduduk dengan menatap buku itu kembali, "kenapa namanya selalu ada" gumam Wonwoo

-:: h.e.a.r.t ::-

HEART | meanie✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang