• 01 Desember 2015 •
Lelaki tinggi bermarga Kim itu baru saja turun dari mobil yang di kendarainya. Ia mengulas senyum menyapa Siyeon yang sudah menunggunya di bawah pohon maple itu.
"Maaf membuatmu menunggu lama" ucap Mingyu.
Perempuan dengan syal merah itu tertawa, "aku juga baru datang. Sebaiknya kita cepat mencari tempat untuk mengerjakan tugas kita"
Keduanya pun melangkah bersama. Menyusuri jalanan kota Seoul di siang hari yang tengah di taburi oleh butiran salju kecil nan halus itu. Mingyu memiliki sebuah tugas dari fakultasnya untuk memilih sebuah tempat dan di jadikan obyek presentasinya minggu depan. Sama halnya dengan Siyeon dan karena itulah mereka berdua berjanji untuk bertemu di Seoul.
Sejujurnya fikiran Mingyu tidak bisa fokus sekarang. Tentu alasannya sudah cukup jelas. Jeon Wonwoo.
Tak terbayang bagaimana beratnya Mingyu mencoba untuk menahan diri agar tidak mengirimkan pesan pada kekasihnya itu. Bahkan untuk tidak memikirkan Wonwoo adalah hal yang mustahil menurutnya.
Tiba-tiba kaki panjang Mingyu berhenti melangkah. Dengan pandangan kosongnya ia menatap jalanan di depannya.
"Kenapa? Apa kau akan mulai dari tempat ini?" Tanya Siyeon saat berbalik dan menemukan Mingyu yang tengah mematung
"Aku harus pergi ke suatu tempat. Sampai jumpa"
Siyeon berteriak memanggil nama Mingyu yang dengan cepat berbalik dan pergi dari tempat itu.
Rasa rindu Mingyu tidak bisa diajak untuk berkompromi saat ini. Ia hanya ingin bertemu dengan Wonwoo. Sekarang. Detik ini juga.
Ia pun berlari. Mengarahkan tubuhnya pada satu tujuan. Tempat yang selalu menjadi tujuan utamanya setiba di Seoul.
Di sinilah Mingyu kini. Berdiri di depan pintu pagar rumah Wonwoo. Rumah dengan cat berwarna putih serta taman kecil di teras depannya. Mata Mingyu langsung tertuju pada rak sepatu yang ada disana. Ia mengulas senyum tipis dengan perasaan sedikit kecewa.
"Kau sedang pergi rupanya" gumam Mingyu
Tangannya meremas pagar rumah itu. Menyalurkan perasaan luka yang anehnya datang bersamaan dengan rasa rindu. Mingyu segera berbalik dengan kepala tertunduk.
Mingyu sengaja membuat jarak. Ia tidak ingin lemah dan membuat Wonwoo akan mengulang kesalahan yang sama. Namun, apalah daya seorang Mingyu jika hatinya terus saja menyebut nama Wonwoo. Otaknya selalu memutar kenangan indah bersama dengan kekasihnya itu.
Setelah berjalan bermenit-menit lamanya tanpa arah, Mingyu pun memilih untuk mendatangi kafe yang biasa ia datangi dengan Wonwoo. Ya, kafe dengan rak buku yang menjadi pajangan di sana.
Setiba di sana, Mingyu duduk pada sofa dengan nakas kecil di sebelahnya. Sembari menunggu pesanannya, ia pun menatap layar ponselnya. Membuka pesan-pesan lama dengan Wonwoo. Awalnya ia tersenyum bahkan terkekeh melihat isi pesan yang sungguh menggemaskan itu. Namun, hatinya terasa remuk seketika. Matanya memerah dengan rasa bersalah yang semakin membesar.
Mingyu akhirnya sadar. Pesan darinya tidak pernah sepanjang dulu. Waktu untuk Wonwoo menjadi begitu jarang. Ia pun hanya bisa menghela nafas berat. Rasa bersalah benar-benar menamparnya saat ini, namun di satu sisi ia juga tidak membenarkan tindakan Wonwoo yang dengan mudah membagi tawa dengan orang lain.
"Kau Kim Mingyu, bukan?"
Mingyu segera mendongak dan mematikan layar ponselnya. Raut mukanya mengeras seketika melihat sosok Jun yang kini duduk di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART | meanie✔
Fanfiction( private story ) • c o m p l e t e • ini semua tentang hati