5. Aku adalah kamera

20 6 1
                                    

"Raka, kau tahu mengapa aku benci hari libur? Apalagi hari libur yang panjang. Mungkin banyak orang menyukai itu karena bebas dari penatnya bekerja atau sekolah, mereka bisa berlibur dengan keluarganya, atau bahkan hanya sekedar istirahat dirumah. Tapi aku benci, sangat benci sampai aku berdoa agar hari libur itu tidak ada? Kau tahu Raka? Karena di hari libur, aku tidak bisa menemuimu, aku tidak bisa melihat tawamu, aku tidak bisa melihat pesonamu, dan aku rindu. Satu hari bagiku seperti 1 bulan, aku rindu dengan semuanya tentangmu. Aku sangat tidak tahan dengan hari libur, dan aku ingin segera menemuimu" Jihan mengusap buku bercover kulit jagung kering itu dan tersenyum tipis.

××××

"Bang, papa kapan pulang?" Rala yang sedang mengendarai sepeda, di temani dengan Raka.

Raka berjongkok untuk menyamakan tinggi dengan adiknya, "Nanti kali dek, kalo urusannya udah selesai" di tambah elusan Raka di kepala Rala.

Mereka sedang berada di pasar malam sekarang. Tidak ada pr, tidak ada ulangan. Sungguh malam yang bebas untuk Raka.

"Bang, beliin itu dong. Yang warna pink" Rala menunjuk gulali yang sedang di pajang itu.

Kakak beradik itu pun mendekati tukang gulali, Raka menggendong Rala untuk membiarkan Rala mengambil gulali yang dia inginkan.
×

"Dek, beli gulali yuk, ntar abis itu naik komedi putar kayak orang pacaran" Adrian merangkul adiknya, Jihan.

"Napa woi, jones amat sih lo" Jihan mencoba melepas rangkulan kakaknya itu.

"Eh yaa, gini-gini udah pernah pacaran gue, bahkan cewek-cewek di luar sana jejeritan kalo liat gue. Emang elo udah mau bikin KTP masih belum pernah"

"Hih pd amat lo!" Jihan berjalan sedikit cepat, untuk menghindari ocehan kakaknya itu.

"Tuh liatin cewek-cewek di sini aja pada ngelirik gue"

"Eh eh, ganteng tuh"
"Yah udah punya pacar"
"Pacarnya jelek ah, cantikkan gue"

Jihan menyunggingkan bibir atas, merasa tidak percaya jika mereka berbicara seperti itu, apalagi terhadap kakaknya.

Adrian bukannya merasa malu di liatin orang-orang. Malah ia semakin mempererat rangkulan di bahu Jihan. Sembari dadah-dadah ke para cewek genit itu. Jihan yang eneg liatnya, langsung menendang tulang kering Adrian.

"Awh!, bangke tuh adek"

"Ehhh tunggu, beli gulali dulu" Adrian sedikit berlari untuk menarik adiknya yang sudah lebih 5 langkah dari tempat ia berdiri.

"Permisi, permisi" Adrian merangkul Jihan dan menerobos masuk ke tukang gulali itu.

Lengan Adrian menyenggol seseorang laki-laki. "Maaf" Adrian langsung meminta maaf.

"Cih, tumben sopan amat lo" Jihan menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Jihan sedikit maju kedepan untuk melihat orang yang kakaknya senggol itu.

Jihan shock melihat orang tersebut. "Tutup mulut lu sis" omel Adrian. Jihan tidak sadar jika mulutnya mengaga.
×

"Terimakasih ya bang. Ayok dek pulang kitaaaa sudah malam" Raka menuruni Rala di tempat duduk sepeda.
×

Kepala jihan mengikuti arah orang itu. "Heh ayok!. Kenapa sih lo? Kaget karena kakak lo yang ini ganteng banget?"

"Hih, najis. Udah ayok ah" Jihan menarik lengan Adrian ke arah tempat komedi putar.

"Komedi putar untuk 2 orang mbak"Jihan sedikit menunduk untuk berbiacara kepada orang loket tersebut.

"20 ribu mbak" Orang di dalam loket menyerahkan 2 tiket. "Uangnya 50 ribu, kembali 30 ribu ya mbak" tambahnya. Tak lama kemudian ia memberikan uang kembalian.

"Pacarnya ganteng mbak. Cocok"

"Ah dia bukan pacar say--"

"Eh iya mbak, sudah lama pacarannya" Adrian menambahkan senyum manisnya.

"Apaansih lo anjer" Jihan yang kesal langsung meninggalkan Adrian di loket.

Di komedi putar, mereka duduk di kuda yang bersebelahan.

"Eh itu, orang yang tadi lo senggol kan ya kak?" Jihan menunjuk laki-laki yang sedang mendorong sepeda adiknya, menjauh dari pasar malaam itu.

"Mana tau gue, ga liat mukanya kenapa?".

Jihan menatap Adrian dengan raut wajah yang tak bisa di ungkapkan. Dengan cepat Jihan menggeleng.

Raka..

××××

[On grup line]

Ilham: Woi gue ada kontak adek kelas nih, lumayan montok
Dani: Coba bagi bagi, lumayan buat anu
Naufal: Insap gausah mainin cewek
Ilham: Ah yang baru putus mah beda, langsung tobat hahaha
Naufal: Sialan. Yang satu lagi juga putus tuh
Dani: Mana Ham, kirim
Ilham: (send contact)
Dani: Hamdalah dapet rejeki. Yang satu lagi mana? Yang baru putus, kok ga nongol
Ilham: Eh Dan, lumayan dapet pajak putus dari 2 orang
Dani: MCD bisa kaleee
Ilham: Liburan ke Bali leh ugha
Dani: Tekor anjer
Naufal: Gue kasih lo semua besok, gopek.
Dani: Ah Naufal jahat
Raka: Rame ya sayang
Dani: Iya dong sayang
Ilham: Eh Rak dipilih nih kontak cewek
Dani: Move on lah sayang
Raka: Ah sial. Nyesel gue baca grup. Ga mau pacaran lagi ah. Mau insap
Ilham: Tumben insap
Naufal: Gue pegang omongan lo nih
Raka: Siapppp
Naufal: Bener ya
Raka: Grak!
Naufal: Ah dia mah:(
Raka: Kenapa lo gitu sih nop
Naufal: Raka nyebelin huh
Raka: Geli anjing

××××

Jihan sedang memoto Raka yang sedang berolahraga dibawah. Jihan yang tidak ada guru bisa bebas, walaupun ada tugas. Mungkin hampir setiap hari Jihan memoto Raka, aktifitas apapun yang dia lakukan.

Memakai pakaian olahraga, dan dia sedang bermain basket. Dia terkadang menyeka keringatnya di rambut depan dengan tangan kanan, setelah itu dia sedikit mengacak rambut depannya.

Step by step itu Jihan foto dengan hpnya. Ahhh betapa senangnya dia mendapat foto itu.

Apa dia gak mikirin hubungannya yang baru putus? Apa dia gak galau kayak anak lain?

Dia memfokuskan kembali hpnya ke Raka. Walaupun banyak anak-anak tetap saja fokusnya hanya Raka seorang. 'Crek' satu foto sudah di ambil lagi.

Ia mengecek fotonya, apa Raka melihat ke arah Jihan? Heiiiy tidak mungkin kan? Tidak mungkin! Mana bakalan dia begitu. Jihan melihat ke arah Raka, dan saat itu juga Raka juga melihat ke arah Jihan. Ia mungkin melihat Raka agak lama, ia melihat Raka dengan rinci, apakah Raka juga melihat Jihan saat ini?

Tidak mungkin Raka melihat ke Jihan. Dia bahkan jarang bertatapan sama perempuan. Dia adalah cowok yang cuek dengan apapun, dan bersikap santai dengan kejadian apapun.

Setelah Jihan menyadarinya jika Raka benar-benar ke arah Jihan, Jihan membulatkan matanya kaget dan langsung berjongkok agar tidak kelihatan, di halangi tembok setinggi dada Jihan.

"Kenapa begitu lo Han?"
Jihan langsung menarik Gina yang baru dateng sehabis ke toilet untuk berjongkok.

"Si doi ngeliat ke arah sini"
Gina yang penasaran langsung berdiri dan teriak "JIHAN GAUSAH NGUMPET DONG, BANGUN WOI".

Raka langsung melihat ke arah Gina. Suara gina bisa mencapai 4 oktaf kalo masalah teriak. Radius 1 Km juga kedengeran.

Gina pun langsung di tarik oleh jihan kebawah "Eh eh dia ngeliat ke sini"

"Tuh kan ketauan. Ah lo sih"

"Gapapa biar tau nama lo"

Aku adalah kamera. Jika sudah fokus di satu titik, yang lainnya kelihatan blur.

××××

26Okt'17 . 20:11

PeriwinkleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang