04

1K 37 0
                                    

Hari ini liburan tengah semester dimulai, Hinata dan Tenten berencana pulang ke istana. Dari kemarin malam mereka sibuk mengepak barang yang akan dibawa.

Selesai mengepak barang, merekapun duduk berdua di ruang tengah sambil menikmati secangkir teh sambil mengobrol ringan.

"Kemarin Naruto-san tidak masuk sekolah sampai seminggu. Ternyata dia di rumah sakit" kata Tenten memulai percakapan sambil memperhatikan ekspresi Hinata.

Hinata menunduk dan meremas kuat ujung dress selutut yang digunakannya.

"Di... Dia sakit apa Nee-san?"

"Entahlah, kami tidak menjenguknya karena dalam suasana ujian. Kata Kakashi Sensei dia udah biasa keluar masuk rumah sakit. Kondisi tubuhnya memang lemah sedari kecil"

"Di rumah sakit mana?"

"Konoha Hospital"

"Ayo kita pergi menjenguknya. Dia banyak menolongku"

"Oke"

Akhirnya mereka pun bersiap-siap pergi ke rumah sakit.

Konoha Hospital

"Selamat siang, kami sedang mencari kamar pasien bernama Namikaze Naruto" tanya Tenten pada pegawai di bagian informasi.

"Kamar tuan Naruto berada di lantai paling atas, di ruangan khusus"

"Baiklah. Terima kasih"

"Sama-sama"

Mereka pun beranjak menuju ruangan yang dimaksud.

Sesampainya di depan pintu ruangan tersebut, tiba-tiba Hinata berhenti.

"Ada apa?" Tanya Tenten.

"Tidak ada" jawab Hinata 'Kenapa jantungku begini lagi?' batin Hinata.

Tenten pun membuka pintu ruangan tersebut. Terlihatlah Naruto yang berbaring dengan beberapa infus menancap di tubuhnya.

Air mata Hinata menetes melihat keadaan Naruto. Dadanya terasa sesak, seolah-olah dia ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh si pemuda pirang itu.

Mendengar suara pintu yang terbuka, mata Naruto pun terbuka dan memperlihatkan kelereng Sapphire nya.

"Hai Naruto-san. Bagaimana keadaanmu?" Tenten mulai bersuara.

"Aku baik-baik saja Tenten-san. Dari mana kalian tau aku ada di sini?"

"Kakashi Sensei yang memberi tau, karena ujian kami tidak bisa menjenguk mu. Ini kami bawa beberapa buah"

"Terima kasih Tenten-san, Hinata-chan"

"Eehh" Hinata tersipu dengan sufiks chan yang digunakan Naruto untuk menyebutkan namanya. Ada rona kemerahan menghiasi pipinya dan sangat terlihat jelas di mata Tenten.

'Berarti Hinata-sama memang menyukai Naruto-san' batin Tenten.

"Silahkan duduk" kata Naruto yang kemudian duduk di atas tempat tidurnya.

"Kau sakit apa?" Tanya Tenten lagi.

"Ah, aku hanya kelelahan. Seperti ini memang kalau kelelahan" jawab Naruto.

"Habis manjat tebing ya makanya kelelahan?" Tanya Tenten.

"Hahahahaha tentu saja tidak" jawab Naruto sambil tertawa.

Kemudian Tenten berdiri dan berjalan menuju pintu.

"Mau ke mana Nee-san?" Tanya Hinata yang akhirnya bersuara.

"Aku haus, mau membeli minuman dulu"

"Aku ikut"

"Jangan. Nata-chan disini saja temani Naruto-san. Aku cuma sebentar kok"

Akhirnya Tenten meninggalkan mereka berdua yang diselimuti rasa canggung.

"Ba.. bagaimana ke.. keadaanmu Na.. Naruto-s.. san?" Tanya Hinata gugup. Jantungnya berdetak sangat cepat semenjak ditinggal berduaan dengan Naruto.

"Aku baik-baik aja Hinata-chan. Besok juga udah bisa pulang"

"Ja..jadi Naruto-sa.. san sakit a.. apa?"

"Cuma sakit ringan kok. Dari kecil tubuhku memang lemah"

Kembali mereka berdua berdiam diri dengan pemikiran masing-masing. Bingung mau membicarakan hal apa.

Cklek

Pintu pun terbuka dan menampakkan sosok wanita berambut pirang pucat.

"Eh.. ada pacar Naru-chan, Baa-chan pikir tidak ada siapa-siapa" kata wanita itu.

"Ha... Halo, Wa.. watashi wa Daidoji Hi.. Hinata. Salam ke.. kenal nyonya" kata Hinata sambil membungkukkan badannya.

"Ahhh manisnya. Baa-chan pikir Naru-chan akan terus jomblo sampai seumur hidupnya"

"Dia temanku Baa-chan, teman satu sekolah"

"Wah pasti dia orang spesial makanya kau mau berteman dengannya, dari dulu-dulu kau kan tidak pernah punya teman"

"Sasuke-teme itu temanku Baa-chan, kenapa Baa-chan bilang aku tidak pernah punya teman?"

"Maksud Baa-chan teman wanita"

Cklek

"Nata-" Tenten masuk "chan" katanya pelan. "Gomen. Watashi wa Tenten" hormat Tenten pada wanita berambut pirang pucat itu.

"Ah teman Naru-chan juga ya? Watashi wa Tsunade" balasnya. "Wah wah Naru-chan kau hebat, 2 sekaligus" kata Tsunade sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ada apa Baa-chan ke sini?" Tanya Naruto.

"Untuk memeriksa keadaanmu bocah, gak lihat ya Baa-chan bawa stetoskop?"

"Hahahaha kirain Baa-chan mau nyuruh aku pulang"

"A.. ano Ka.. kami pamit pul.. pulang. Semog.. ga cepat se.. sembuh Naruto-sa.. san" kata Hinata.

"Ya semoga cepat sembuh Naruto-san, kami permisi nyonya"

Hinata dan Tenten pun pulang ke rumah dan beristirahat karena besok mereka pulang ke istana.

"Mereka anak yang sangat baik ya" kata Tsunade. "Tapi gadis yang bernama Hinata itu seperti tidak asing" lanjutnya.

"Tentu saja. Dia kan Puteri Hinata"

"APA?!"

"Berisik!"

"Gomen Naru-chan. Dari mana Naru-chan tau dia Puteri Hinata?"

"Dari suaranya. Dia Puteri Hinata. Gadis manis yang kutemui di hari kematian Tou-chan dan Kaa-chan. Cinta pertamaku"

"Wah wah... Naru-kun sangat manis" kata Tsunade sambil mencubit geram pipi Naruto.

"Kapan aku bisa pulang Baa-chan?"

"Kondisimu sudah membaik, besok juga udah bisa pulang"

"Kenapa harus besok? Kenapa gak sekarang aja?"

"Jangan melawan perintah doktermu"

"Haik... Haik..."

"Bagus. Jadilah anak yang baik. Jaga kondisimu, jangan kelelahan seperti ini lagi. Kami sangat mengkhawatirkan mu"

"Arigato Baa-san" senyum secerah mentari membuat Tsunade ikut tersenyum.

Mereka berpelukan. Tsunade mencium kening Naruto, menimbulkan rona merah di kedua pipi Naruto.

"Kami sangat menyayangi mu Naru-chan"

Pelukan itu semakin erat. Menghantarka sejuta kasih sayang seorang ibu pada tubuh kecil Naruto. Sejak kecil dia telah kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya karena kecelakaan yang menimpa mereka.

Cklek

Pintu kamar rawar Naruto pun terbuka.

"Tsu-tsu chan, kau selingkuh" kata lelaki bersurai putih panjang.

"Hei tua bangka, aku sedang memeluk cucuku, bukan selingkuh. Emangnya aku sepertimu? Suka mencari wanita-wanita muda."

"Dasar Ero Jiji"

Ejek Tsunade dan Naruto sambil memeletkan lidahnya. Jiraiya hanya menghembuskan nafas pasrah melihat kelakuan Isteri dan Cucunya itu.

TBC

My Lovely PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang