Hinata bangun tepat pukul 05.00. Walaupun semalam sangat melelahkan baginya, namun dia selalu bangun tepat waktu.
Langit masih gelap, bahkan bulan belum turun dari peraduannya dan bintang-bintang masih bertabur. Namun, secercah cahaya mulai tampak di ufuk timur.
Hinata berdiri di balkon kamarnya sambil menikmati suasana fajar yang indah. Dia hirup dalam-dalam udara segar yang disediakan alam.
Dia angkat tangannya ke atas mencoba merenggangkan otot-ototnya yang kaku selama tidur.
Suasana masih gelap, Hinata memutuskan untuk pergi ke taman di depan Istana.
Saat jarak semakin dekat dengan taman, dia kembali mendengar alunan musik dan nyanyian seseorang. Dia semakin mempercepat langkahnya dan kembali menemukan pemuda dengan menggunakan tudung. Saat tatapan mata mereka bertemu, segera si misterius itu beranjak dari tempat itu.
"Siapa dia?" Batin Hinata.
Dia melanjutkan langkahnya dan duduk di kursi panjang yang ada di tengah taman itu dan menikmati suasana pagi yang cerah.
Namun indera penciuman nya kembali terhanyut kedalam buaian aroma Mint yang menguar di antara aroma lavender. 'Nyaman' batin Hinata sambil memejamkan kelereng Amethys nya.
* * *
Hari-hari pun berlalu, tak terasa seminggu lagi mereka akan kembali untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang siswa.
Selama seminggu semenjak pesta ulang tahun Puteri Hinata si Pangeran Merah selalu datang berkunjung ke Istana bulan dan mengajak sang Puteri berjalan-jalan di sekitar taman Istana.
Seperti saat ini, Pangeran Gaara tengah meminta ijin pada Raja Hiashi agar dia dan Hinata bisa berjalan berdua saja tanpa pengawal seperti sebelum-sebelumnya.
Hiashi sempat terdiam, dia mulai berfikir dan menimbang keputusan yang akan diambilnya.
"Baiklah. Aku mengijinkan. Tapi tidak boleh sampai melewati hutan yang ada di belakang istana. Itu akan membahayakan keselamatan kalian berdua" kata Hiashi setelah berfikir lama untuk keputusan yang diambilnya.
"Haik Hiashi-sama, saya mengerti. Lagi pula saya tidak mungkin membahayakan keselamatan Hinata-hime. Jika itu terjadi, saya akan menjadikan diri saya sendiri sebagai perisai untuk melindungi Hinata-hime meskipun nyawa saya sebagai taruhannya" jawab Gaara mantap.
"Baiklah. Satu hal lagi, jangan sampai pulang terlalu lama"
"Haik Hiashi-sama, kami pamit" dengan hormat Gaara mengundurkan dirinya dan Hinata mengikutinya dari belakang.
Gaara berjalan menuju hutan di belakang istana. Seringaian licik terukir jelas di wajah nya.
"Gaara-san, kita tidak boleh menuju hutan itu. Ingat Tou-san tidak mengizinkan kita ke hutan di belakang istana" Hinata berkata dengan suara keras, berharap agar pemuda panda di depannya mendengarkan ucapannya.
Gaara pun hilang dari pandangan Hinata, kaki mungilnya melangkah semakin masuk ke dalam hutan. Dia mengarahkan pandangannya mengelilingi hutan itu, namun hanya pemandangan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Hanya beberapa berkas cahaya yang mampu menembus masuk ke dalam hutan itu.
Tubuh mungil Hinata bergetar, dia ketakutan. Baru kali ini dia masuk ke dalam hutan dan itu pun karena dia mempercayai seseorang yang dianggapnya teman.
"Hiks... Tou-san... Hiks... To..long Nata" isakan halus terdengar dari bibir peach si indigo. Dia menekuk kakinya dan menenggelamkan kepalanya di antara kakinya.
Air mata semakin mengalir di kedua pipi pualamnya. Badannya semakin bergetar saat ada suara-suara ranting yang terinjak yang semakin mendekat kearahnya.
'Kami-sama, tolong aku' batin Hinata memanjatkan doa agar diberi keselamatan.
Suara langkah kaki semakin mendekat dan detik kemudian tubuhnya serasa ditarik oleh seseorang. Dia hanya mengikuti langkah kaki seseorang yang menariknya masuk semakin ke dalam hutan.
Hinata tau siapa orang itu, dia adalah Gaara, Pangeran dari Suna.
Gaara membawa Hinata masuk ke dalam sebuah rumah gubuk di tengah hutan. Lalu pemuda bersurai merah itu menjepit tubuh Hinata diantara tubuh tegapnya dan dinding papan gubuk tersebut.
Gaara menatap mata Amethys itu dengan tatapan penuh nafsu. Seringaian licik tercetak jelas di wajahnya.
"Kau akan menjadi milikku Hime" kata Gaara sambil mencoba mencium bibir Hinata. Namun karena Hinata menggerak-gerakkan kepalanya usahanya menjadi gagal.
"Ayolah. Kau akan menikmati ini Hime, jangan melawan!" Bentak Gaara dan menarik dagu Hinata agar berhadapan dengannya.
Air mata Hinata mengalir kembali, dia menyesal telah mempercayai lelaki di hadapannya ini. 'Kami-sama tolonh aku' batinnya.
Gaara semakin mempersempit jarak antara mereka dan Hinata hanya mampu menutup matanya karena pergerakkannya ditahan oleh Gaara.
Cuuphh
Akhirnya ciuman itu tak dapat dielakkan. Namun ada yang aneh, bukan benda kenyal bernama bibir yang didapat, melainkan sesuatu yang datar bernama telapak tangan.
Telapak tangan besar dan sedikit berkeringat sehingga menimbulkan rasa asin di bibir Gaara.
'Asin' batin Hinata memberanikan diri membuka kedua kelopak matanya. Hinata terkaget melihat sosok di depannya. Pemuda berjubah yang dilihatnya di taman istana. Namun satu yang dia tau pasti, pemuda itu memiliki kelereng Sapphire yang berhasil menyedot perhatian Amethys nya.
Cuih....
Gaara meludah dan mengusap bibirnya dengan kedua tangannya.
"Kau cari mati ya!!!"
Namun pemuda misterius itu hanya menatap Gaara dalam dengan pandangan menusuk.
"Hyaaaa!!!"
Gaara pun berlari dan melancarkan pukulan kepada pemuda itu, namun dengan santainya si pemuda misterius tadi mengelakkan semua tinjuan Gaara.
Sampai akhirnya Gaara kehabisan nafas dan terjatuh dengan sendirinya.
Pemuda misterius itu akhirnya menarik tangan Hinata pelan menuju jalan keluar dari hutan itu. Hinata hanya mengikuti, dia masih shock dengan kejadian yang baru saja terjadi.
Setelah sampai di bibir hutan, akhirnya Hinata tersadar saat sengatan matahari yang langsung mengenai kulit seputih saljunya. Melihat Hinata sudah tersadar dari lamunannya si pemuda misterius itu pun akhirnya berbalik dan melangkah menjauh.TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Princess
AcakNaruto seorang lelaki periang yang berkenalan dengan seorang putri pemurung yang menyamar menjadi rakyat biasa. Kedekatan yang bermula dari kisah heroik Naruto yang selalu membantu Hinata saat di bully di sekolahnya. Kedekatan yang memunculkan benih...