07

1.3K 46 14
                                    

Hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang. Siwa dan siswi berlalu lalang di sepanjang koridor kelas tak terkecuali si lavender.

"Nee-san" kata Hinata yang saat ini sedang berada di daun pintu kelas Tenten.

Tenten pun terkejut dengan kedatangan sang tuan puteri. Dia buru-buru merapikan mejanya dan berjalan menghampiri Hinata.

"Kenapa repot-repot ke sini? Biasanya juga kita kan ketemu di kantin"

"Aku pikir Nee-san akan senang dengan kedatangan ku" ucap Hinata.

Tenten yang memperhatikan lirikan mata Hinata kini tersenyum simpul.

"Kau bukan nya mau mencariku Hime-sama, tapi si pangeran"

"Ha?"

"Udah deh gak usah seperti orang kebingungan, dia hari ini tidak masuk sekolah"

Hinata menundukkan kepalanya, rasa rindu untuk melihat sang pujaan membawa langkahnya menuju kelas Tenten, namun sayang yang dimaksud tidak hadir.

"Ayo ke kantin, aku sudah lapar" ajak Tenten.

"Iya Nee-san"

"Dasar, tadi girang sekarang lesu"

Hinata dan Tenten pun berjalan beriringan menuju kantin.

Hinata dan Tenten pun makan dalam diam sambil menikmati bento yang mereka persiapkan tadi pagi.

Setelah selesai dengan bentonya, Tenten undur diri karena dia di panggil ke ruangan klubnya. Menyisakan Hinata yang belum menyelesaikan acara makannya.

"Hah dimana ya Naruto-kun?" Gumamnya sambil berjalan menuju taman di belakang sekolahnya.

"Padahal aku sangat merindukan senyumannya"

"Bruuukkk" suara benda jatuh, terkaget Hinata berdiri dari duduknya.

"Iiitttaaaiii" rintih seseorang

"Naruto-kun?"

Si pirang yang merasa namanya dipanggil segera mengangkat kepalanya dan mendapati netra Lavender yang tengah mengamatinya.

"Hai Hinata-chan"

"Bagaimana bisa?"

"Ha? Oh.. aku krtiduran di atas pohon, jadinya aku terjatuh.Heheehehhe" ucapan polos yang keluar dari bibir Naruto berhasil membuat sang Puteri tertawa dengan sangat keras.

"Ada apa Hime-sama?"

'Deg'

Prtanyaan Naruto berhasil membungkamnya.

"Hime-sama?"

"Iya. Hime-sama, apa aku tidak boleh memanggilmu begitu?"

"Kena-"

"Daisuki"

"Apa?"

"Aku menyukaimu Hinata-chan"

Hinata terdiam mendengar pengakuan Naruto.

'Naruto-kun menyukaiku?' batin Hinata.

"Mau kah kau menjadi kekasihku?"

"Ba.. Baiklah" ucap Hinata terbata.

"Arigato ne Hinata-chan"

Naruto pun memeluk Hinata dengan erat. Mereka menikmati sensasi detak jantung yang saling berpacu. Bahkan terlihat dengan jelas, wajah memerah Hinata dalam dekapan Naruto.

Namun, disisi lain ada sepasang mata yang tengah memperhatikan kegiatan mereka dengan penuh emosi. "Kau akan dapat ganjaran atas apa yang telah kau lakukan" gumam orang tersebut yang bersembunyi dibalik tembok.

Kembali ke NaruHina

Setelah agak lama dalam posisi 'menyenangkan' itu, akhirnya mereka melepas pelukan satu sama lain. Mereka menjadi salah tingkah bahkan pipi mereka sama-sama merona.

"Ayo kuantar ke kelas" ajak Naruto yang mendengar bel berbunyi.

Hinata mengangguk mengiyakan ajakan Naruto. Mereka pun berjalan beriringan. Naruto menghantarkan Hinata menuju kelasnya.

"Nanti pulanglah bersama ku"

"Iya Naruto-kun"

"Baiklah, nanti ku jemput sepulang sekolah. Jaa"

Hinata pun melambai kemudian masuk ke dalam kelasnya.

Selang beberapa jam, kelas pun berakhir. Seluruh siswa mulai berhamburan untuk pulang ke rumah masing-masing, berbeda dengan Hinata yang tengah menunggu kedatangan seseorang. Tentu saja sebelumnya dia telah menolak ajakan Tenten untuk pulang bersama dan memberikan alasan yang pastinya Tenten tak mampu untuk memaksa lagi.

"Hime... Gomen aku terlambat. Tadi aku masih mencatat di kelas"

"Iiiee Daijobu Naruto-kun"

"Ayo kita pulang"

Hinata pun beranjak dari duduknya, mereka melangkah beriringan menuju ke rumah Hinata.

Naruto menggenggam telapak tangan Hinata yang membuat jantung Hinata berpacu lebih cepat. Dia menahan dirinya mati-matian agar tidak pingsan di hadapan sang pujaan.

Tautan tangan itu semakin erat, menyalurkan kehangatan yang sangat menyenangkan. Naruto adalah laki-laki kedua yang menggenggam erat tangannya. Sebelumnya ada Sabaku Gaara yang melakukan hal sama, namun perbedaannya Naruto adalah kekasihnya.

Rumah Hinata yang terbilang dekat dari sekolah membuat waktu bersama mereka terasa singkat. Bahkan dari kejauhan mereka bisa melihat tempat Hinata tinggal.

"Ano Hinata-chan, bagaimana kalau kita ke taman dulu" tawar Naruto.

Dengan malu-malu Hinata mengangguk tanda menyetujui keingan kekasihnya.

Mereka memutar arah tujuan, langkah kaki yang menghantarkan mereka pada sebuah taman bermain yang terletak tak jauh dari kediaman Hinata.

Hinata dipersilahkan duduk di sebuah ayunan, lalu Naruto mulai mendorong ayunan tersebut secara perlahan sambil sesekali bercanda. Bahkan tawa keduanya mampu membuat iri pengunjung yang juga ada di taman itu.

Kemudian mereka melanjutkan kencan pertama dengan duduk di bangku taman yang menghadap ke danau buatan yang terletak di tengah-tengah taman itu.

Hinata terduduk malu-malu, kepalanya ditundukkan bahkan rambut panjang nya terurai untuk menutupi wajahnya yang memerah. Kedua tangannya berada dalam pangkuannya, saling bertautan agar dapat mengurangi debaran jantungnya yang kian menggila.

Melihat tingkah kekasihnya, Naruto pun mengambil tangan mungil itu lalu menggenggamnya. Sedangkan tangnnya yang masih terbebas mendekati wajah Hinata, membuat sang empunya mendongak mengijuti arahan tangan berkulit tan itu.

"Arigato Hinata-chan, atas semua yang telah kau lakukan untukku"

Perlahan namun pasti, Naruto semakin mengikis jarak antara keduanya. Hinata yang gugup hanya memejamkan kedua manik lavendernya, sampai benda kenyal menyentuh bibirnya.

Ciuman pertama bagi keduanya. Ciuman yang sangat singkat mengingat mereka belum pernah melakukannya. Hanya insting yang menuntun keduanya untuk menyalurkan cinta yang dimiliki keduanya.

"Aishiteru Hyuga Hinata" ucap Naruto setelah ciuman itu berakhir.

'DEG'

Seperti disengat ribuan volt, Hinata terpaku, dia begitu terkejut.

"Ba..bagaimana bisa Naruto-kun tau?"

"Tentu saja aku tau" ucap Naruto seraya mendekatkan mulutnya ke telinga Hinata "Bahkan bila kau menyamar menjadi itik buruk rupa sekalipun aku akan selalu mengenal gadis pujaanku" Naruto berbisik yang membuat seluruh bulu kuduk Hinata berdiri.

Ini terlalu dekat dan sangat berbahaya untuk jantungnya yang bisa saja meledak.

Naruto kembali duduk disamping Hinata, dia meletakkan kepalanya di bahu Hinata dan memejamkan matanya menikmati senja yang akan beranjak.

"Aishiteru Naruto-kun"

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Lovely PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang