Lobus Satu dan Seodo Ketiga

7 0 0
                                    

Setelah sekian lama, Lifa melihat bangunan yang tidak besar dan juga tidak kecil. Kemudian, ia berteriak, "Hey, itukah lobus satu? Itu penginapan yang kau ceritakan, Fel?" tanya Lifa kepada Felitus.

"Ya! Benar. Mari kita ke sana!"

Mereka berlari ke arah penginapan dan diam sejenak, kecuali Rey yang mencoba mendekati pintu penginapan. Ini aneh, mengapa berbau blubs, pikir Lifa. " Oh, Rey kemarilah!" seru Lifa sambil menarik pundak Rey.

"Ada apa Lif?" tanya Rey.

"Ini aneh, penginapan ini berbau jelly, bau blubs. Kau ingat?" cetus Lifa.

"Iya, aku ingat! Apakah penginapan ini berhantu? Hantu blubs? Jangan-jangan blubs yang tadi kita makan.., " tanya Nico.

"Paling juga hantunya dari brownies tenang aja kali," dengan santainya Kumal menjawab.

"Terakhir kali aku kemari, tempat ini penuh keceriaan. Fasilitas penginapan yang lengkap. Kolam renang yang berisi air jernih, air minum yang segar, dan makanan kualitas terbaik. Termasuk pemiliknya, seekor kucing yang baik dan cantik," Felitus sedikit bercerita.

"Felitus, suka kucing. Felitus... Felitus dan seekor kucing pemilik penginapan lobus satu! Yuuhuu Felitus, Felitus dan kuncing pemilik...," mulut Filotus ditutup Felitus sebelum ia melanjutkan kalimatnya.

"Bagaimana kalau kita mencoba memasuki penginapan ini sambil bersiap siaga? Untuk mencegah blubs menggoreskan pedang kecilnya yang terbuat dari gula," cetus Lifa.

"Ya, ayo kita coba," Nico setuju.

Kemudian, mereka masuk satu persatu dimulai dari Filotus, Lifa, Kumal, Rey, Nico dan Felitus. Mereka mulai memeriksa dari dapur, dan ternyata kosong. Kemudian, ke cafe kosong, dan ke setiap kamar penginapan pun kosong.

Kini, mereka tenang. Felitus mengajak mereka ke dapur untuk mencari makanan. Namun, Nico ingin mencari toilet untuk membasuh mukanya karena ia mengantuk. Nico berjalan kea rah toilet yang melewati ruang berkumpul atau biasa disebut aula.

Blub blub blub!! Nico kaget. Ia mengintip lewat celah pintu aula yang tidak ditutup rapat. Ia melihat lebih dari 50 blubs berinteraksi. Ada yang sedang bermain kartu, mengepel, menyapu, tertidur, dan bergosip. Tentunya dengan bahasa mereka, yang hanya bisa didengar Nico hanya, blub blub, blahaha, blemm, blus blus, blaww, semuanya diawali huruf 'b' dan 'l'.

Oh, tidak! Aku harus memberitahu teman-teman, kata Nico dalam hatinya. Kemudian, Nico mulai melangkah perlahan ke dapur dengan tegang. Semakin lama, langkah kaki Nico semakin cepat. Ia menuju lorong ke dapur.

Srktek kreek,

"OH PLEASE?!" Nico terkejut.

Nico melihat coklat berlumuran cairan berwarna merah berbentuk cicak berukuran sebesar buaya. Tempat macam apa ini? Mengapa begitu menakutkan, mahluk apa itu?, kata Nico dalam hati seraya berjalan lebih cepat ke dapur.

Sesampainya, Nico membuka pintu dapur dan berteriak, "Bahaya!"

"Apa, Nic? Ayo makan roti isi," sahut Rey.

"Ada banyak blubs di aula. Selain itu, tadi aku melihat mahluk berbentuk seperti cicak namun, lebih tinggi dari buaya, lebarnya seperti buaya dan bertaring, ia terbuat dari coklat dilumuri cairan merah di lorong menuju ke sini. Bagaimana aku tidak terkejut?! Ia menyeramkan! Tidak ada waktu untuk makan roti isi. Kita harus apa, Fel?" kata Nico.

"Oh, Tidak! Untuk masalah blubs, ayo kita perang lagi! Tapi, untuk cicak itu ..." kata Felitus sambil melihat Filotus.

"Apa Fel? Ada apa dengan cicak itu?!" sahut Kumal.

LACTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang