Chapter 6

69 6 0
                                    


Woo Hyun berlari sekuat tenaganya. Ia kemudian menghentikan taksi dan pergi menuju rumah Yu Ra. Pikirannya benar-benar tidak jernih saat ini. Bahkan ponselnya yang sedari tadi bergetar di saku celananya langsung ia lepaskan baterai ponselnya dan memasukkannya lagi ke sakunya.

Woo Hyun melihat jalanan yang dipenuhi orang-orang. Ia seperti menaiki mesin waktu, pikirannya terlintas kenangan-kenangannya dengan Yu Ra seperti flashback ke masa lalu.

Saat ia mengajarinya memanjat pohon di belakang rumahnya yang berakibat Yu Ra jatuh dan terluka waktu ia kecil. Saat Yu Ra mengajarinya bermain sepeda di turunan curam berbahaya di dekat rumahnya yang menurutnya hal yang paling mengasyikan. Saat Yu Ra dan dirinya pulang sekolah dengan jalan kaki bergandengan tangan sambil memakan es krim vanilla.

Saat Yu Ra mengajak Woo Hyun bermain hujan dan becek sehingga membuat baju dan sepatu Yu Ra yang berwarna putih menjadi coklat seketika. Saat dirinya dan Yu Ra bermain papan ski saat liburan musim dingin dengan kedua ibu mereka.

Saat Yu Ra memberinya dukungan dan meneriakkan namanya sewaktu pertandingan sepak bola. 'Nam Woo Hyun... Fighting! Kamu pasti bisa. Kalau kamu tidak mencetak gol, kamu tidak bisa pulang dengan selamat' begitulah teriakan Yu Ra waktu itu yang seperti ibu-ibu padahal ibunya sendiri tidak pernah bilang seperti itu. Karena teriakan itu dan bayangan wajah murka Yu Ra sewaktu ia pulang nantinya akhirnya ia mencetak 2 gol hari itu.

Andai... Andai Woo Hyun bisa kembali ke masa lalu, ia akan melakukan yang terbaik untuk Yu Ra dan ia juga akan mengatakan hatinya yang sesungguhnya ke Yu Ra. Ia tidak mungkin akan semenyesal ini kepada Yu Ra

Woo Hyun tiba di rumahnya Yu Ra dan segera menekan bel rumah. Namun tidak ada sahutan dari dalam rumah. Ia baru teringat bahwa ibunya Yu Ra sekarang sedang bekerja di restoran. Tanpa ragu ia menekan password yang ia ingat dulu yang pernah Yu Ra beritahu. Tanggal lahirnya Yu Ra.

Click.

Pintu terbuka. Woo Hyun langsung melesat masuk ke rumah. Tujuannya langsung masuk ke kamar Yu Ra.

Woo Hyun merasakan sunyi seketika saat ia memasuki kamar Yu Ra yang dominan warna biru muda. Woo Hyun terhenyak melihat kamar Yu Ra. Ia bahkan sangat merasakan ketidakhadiran Yu Ra di ruangan ini.

Kakinya mendadak lemas dan seketika ia jatuh ke lantai karena kakinya tak kuat menopang tubuhnya lagi. Tak terasa air mata yang selama ini ia tahan sekuat tenaga akhirnya jatuh juga ke pipinya. Ini bukan mimpi seperti yang ia pikirkan tadi. Ini nyata. Yu Ra sudah tak ada lagi.

Tidak ada senyuman yang setiap pagi ia lihat.

Tidak ada lagi orang yang menggandeng tangannya pergi ke sekolah.

Tidak ada lagi perempuan bawel dan ceroboh yang ia sebali.

Tidak ada lagi perempuan yang ia rindukan selama ini dan tidak ada lagi perempuan yang ia cintai.

Tidak akan pernah ia lihat lagi.

Cinta pertamanya telah pergi.

Tanpa mengucapkan selamat tinggal kepadanya seperti yang pernah ia lakukan dulu.

Hatinya benar-benar hampa melihat kamar yang dulunya berantakan dengan baju, buku, komik, dan barang lainnya yang berantakan dimana-mana kini kamar ini sangat rapi. Sudah tidak ada lagi aroma khas kamar Yu Ra yang tercium setiap kali ia masuk ke kamar ini. Benar-benar tanpa penghuni di dalamnya. Matanya menelusuri kamar yang sudah berubah semenjak ia pergi. Matanya langsung tertuju ke meja belajar Yu Ra.

Woo Hyun melangkahkan kakinya ke meja belajar Yu Ra tepat di dekat jendela kamarnya yang terbias cahaya matahari dari jendelanya. Sesuatu yang paling Yu Ra suka setiap paginya. Gorden jendela kamarnya dipenuhi oleh tempelan foto polaroid Yu Ra dan dirinya waktu malam itu. Jari-jarinya menelusuri foto-foto polaroid milik Yu Ra. Ada juga beberapa foto Yu Ra dengan Ah Young disana. Di atas meja belajar tersebut terdapat instax yang dulu pernah digunakan bersama dengannya. Jejeran novel juga ada di rak mini di meja belajar. Di antara jejeran novel kesukaan Yu Ra terdapat 2 benda yang menarik perhatiannya. Woo Hyun menarik album Infinite, First Invasion dan Evolution. Ternyata Yu Ra juga selama ini memiliki albumnya.

Tangannya menelusuri meja belajar yang terbuat dari kayu tersebut. Ia bisa  merasakan debu saat menyentuh meja belajar Yu Ra. Matanya menelusuri meja belajar Yu Ra dan yang membuatnya tercengang adalah kaktus mini ada di atas meja belajar tersebut.

Bahkan kini kaktus mini pemberiannya sedang berbunga dengan indah di puncak kaktus mini itu. Indah sekali. Tangannya bergetar saat ia memegang kaktus mini tersebut. Ia kemudian melihat secarik kertas di bawah pot kaktus tersebut dan mengambilnya.

Saat hatimu sedang sakit...
Atau ketika air matamu jatuh tapi tidak tahu alasannya...
Ingatlah aku...
Karena aku akan menjadi penyemangat untukmu...

Tulisan tangan itu, kata-kata itu masih disimpan oleh Yu Ra ternyata. Woo Hyun meremas kertas tersebut. Terlintas sesuatu di pikirannya. Ia langsung keluar dari kamar Yu Ra dan rumah Yu Ra. Woo Hyun berlari sekuat tenaga menuju taman bermain yang sering didatanginya dan Yu Ra. Ia teringat sesuatu yang dulu pernah diucapkan Yu Ra sewaktu Yu Ra masih

'Disini, tempat ini aku menyimpan semua kenanganku disini. Saat aku ingin mengulang kenangan tersebut, aku hanya perlu ke sini. Time capsule,' ucap Yu Ra saat itu kepada Woo Hyun saat mereka bermain ayunan waktu masih kecil.

---

Woo Hyun tiba di taman bermain. Pasti Yu Ra menyimpan sesuatu disini. Woo Hyun langsung berlari ke tempat ayunan. Ia kemudian menggali tanah dengan ranting pohon yang ia temukan. Benar saja dugaannya, ia menemukan sebuah kotak di dalam tanah. Ia mengambil kotak tersebut dan membersihkannya dari tanah.

Woo Hyun duduk di ayunan dengan kotak di atas pahannya. Ia membuka kotak tersebut secara perlahan. Terdapat banyak barang di dalam kotak tersebut.

Ia mengambil sebuah gantungan kunci berbentuk boneka pororro. Kemudian terdapat 1 set kecil pensil warna yang sudah tidak lengkap lagi, stiker pororro, pin-pin kecil, sebuah notes mini, dan masih banyak lagi benda-benda kecil yang ia tahu semuanya dari dirinya.

Yang paling membuatnya kagum adalah Yu Ra masih menyimpan plester darinya waktu mereka berusia 5 tahun saat mereka masih TK. Ia ingat waktu itu Yu Ra menangis karena Yu Ra tersandung batu dalam perjalanan pulang ke rumah.

Alhasil lutut Yu Ra berdarah. Woo Hyun yang bingung melakukan apa langsung pergi ke toko terdekat untuk membelikan plester. Ia ingat ia memasang satu plester untuk lutut Yu Ra dan ia memberikan 1 plester lagi kalau ada luka lainnya. Tapi ia tidak pernah tahu kalau 1 plester itu disimpan Yu Ra diam-diam. Dan kini ia baru mengetahuinya.

Ia melihat sebuah buku harian dengan sampul kain berwarna pelangi dengan kancing sebagai pembukanya. Ia lalu membuka buku harian tersebut.

Woo Hyun tersenyum getir melihat halaman pertama buku harian tersebut. Sebuah gambar dua anak kecil sedang bermain ayunan saat hujan turun. Woo Hyun membaca tulisan di bawahnya.

'Aku hanya perlu satu sahabat di dunia ini. Michin tokki, Nam Woo Hyun'

Woo Hyun membuka halaman selanjutnya yang terdapat tulisan tangan Yu Ra. Ia membacanya dengan pelahan, terlintas bayangan kenangan dalam pikirannya saat membaca tulisan tersebut. Kenangan masa kecil dan masa lalunya terlintas di benaknya saat ia membaca tulisan tersebut. Ia melanjutkan membaca catatan Yu Ra. Hari tahun pertama waktu SMA.

Voice Of My Heart | Woohyun & Yura ♡ √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang