Chapter 8 - END

138 13 0
                                    

Setelah kurang lebih 2 jam ia menaiki bus akhirnya ia tiba di bukit tempat yang ada di foto polaroid di tangannya.

Woo Hyun melihat tempat yang tidak berubah banyak setelah bertahun-tahun tidak mendatanginya.
Kecuali foto-foto yang menggantung dari ranting pohon. Juga banyak hiasan bintang yang berkerlip-kerlip yang tergantung menghiasi pohon itu.

Woo Hyun melihat foto yang tergantung. Foto-foto Woo Hyun dan Yu Ra waktu masih kecil. Foto ketika pertama kali Yu Ra melepaskan kacamata. Foto Woo Hyun ulang tahun ke 14. Foto saat Woo Hyun memegang piala waktu menang sepak bola. Juga beberapa foto saat Woo Hyun debut dengan Infinite.

Namun Woo Hyun menemukan tanda panah ke bawah di pohon tersebut. Apa Yu Ra menyembunyikan sesuatu untuknya di bawah tanah? Woo Hyun pun langsung mencari sesuatu yang bisa untuk menggali tanah.

Beberapa menit kemudian ia berhasil menggali tanah dengan batu dan akhirnya menemukan sesuatu.

Sebuah capsule besar yang isinya sebuah pulpen. Namun bukan pulpen biasa melainkan pulpen yang bisa merekam suara. Ia ingat dulu saat hari kelulusan SMP, Woo Hyun pernah memberikan pulpen itu ke Yu Ra. Woo Hyun pun memencet tombol play di pulpen tersebut.

"Ehm ehm, Woo Hyun-ah. Michin tokki? Kamu mendengarku?" Yu Ra bersuara di voice recorder tersebut dengan suara serak membuat Woo Hyun terhenyak. Suara yang ia rindukan selama ini akhirnya ia bisa mendengarnya juga.

"Aku tak tahu apa recorder ini akan ada di tangan kamu atau enggak. Kalau recorder ini ada di tanganmu, berarti sebelumnya kamu sudah membaca buku harianku dan tahu semua isi kotak di taman bermain kita" kata Yu Ra.

Sesekali Woo Hyun mendengar suara serak atau batuk di setiap Yu Ra berbicara.

"Woo Hyun-ah. Kamu tahu kenapa aku mencintaimu? Kamu takkan pernah tahu kapan aku mencintaimu kan? Aku mencintaimu untuk pertama kali saat kamu mengajakku ke bukit untuk melihat matahari terbit. Kamu ingat?"

Tentu saja Woo Hyun ingat hari itu. Waktu itu ia bangun jam 3 subuh kemudian membangunkan Yu Ra ke rumahnya dengan melempar batu kecil ke jendela Yu Ra langsung berlari ke stasiun kereta subuh itu.

Mereka berdua menghabiskan waktu 2 jam dan Yu Ra terlelap di kereta sementara dirinya masih terjaga. Kemudian mereka naik bus selama setengah jam dan mendaki bukit yang sebenarnya tidak terlalu tinggi. Mereka berdua duduk di bawah pohon beringin menunggu matahari terbit.

Woo Hyun sendiri pernah ke tempat ini bersama saudaranya, Boo Hyun. Sejak saat itu Woo Hyun berjanji akan membawa Yu Ra ke bukit itu untuk melihat matahari terbit. Dan akhirnya ia memenuhi janjinya sendiri.

Ternyata dugaan Woo Hyun salah. Yu Ra mencintainya di usia 12 tahun, sama seperti dirinya. Hanya selisih hari dan tempat yang berbeda. Ia tidak pernah menyadari bahwa Yu Ra memiliki perasaan sama seperti dirinya.

"Waktu itu kamu menyenderkan bahumu untukku saat melihat matahari terbit, memberikanku kenangan indah hingga aku lupa rasa sakitku karena orang tuaku cerai. Sama seperti saat aku menyandarkan kepalaku di bahumu pada malam itu. Semua rasa sakit yang kurasakan hilang seketika. Amarahku karena menunggumu lama juga lenyap saat kamu memelukku malam itu,

"Kamu ingat pagi itu? Kita berdua duduk di bawah pohon beringin ini, melihat rumah-rumah di bawah sana kemudian matahari pun terbit. Benar-benar indah. Ungu, oren, dan kuning, gradasi warna yang paling kusuka dalam hidupku," kata Yu Ra di recorder itu.

"Lalu kamu bertanya kepadaku gini, 'Kamu ingin hidup seperti apa di kehidupan selanjutnua?'
Aku jawab 'Namu' (pohon). Kamu masih ingat jawabanku kenapa aku ingin menjadi pohon?" tanya Yu Ra.

Woo Hyun selalu ingat jawaban Yu Ra saat itu kenapa Yu Ra ingin menjadi sebuah pohon di kehidupan selanjutnya.

"Karena pohon tidak pernah bergerak dan takkan pindah dari tempatnya berakar sampai kapanpun. Aku ingin menjadi sesuatu yang takkan pernah pindah seperti hati ini. Walaupun pohon akan berguguran atau pun termakan usia, tetapi pohon selalu berdiri di tempat yang sama. Walaupun tak pernah diketahui tapi bisa melihat orang yang kucintai sudah membuatku senang. Setidaknya aku bisa melihatnya dari jauh. Itu adalah jawabanku waktu itu. Dan juga namu, itu maksudnya nam woo hyun, orang yang kucintai untuk pertama kali dalam hidupku," jawab Yu Ra di recorder itu.

Suara Yu Ra terdengar semakin lama semakin lirih. Woo Hyun sendiri bisa mendengar suara nafas Yu Ra yang berat.

"Aku selalu menyimpan perasaan ini karena aku gak mau menghancurkan persahabatan kita dari kecil. Aku gak mau kamu atau aku menjadi berubah karena cinta. Aku gak mau kedekatan kita ini berubah menjadi kecanggungan, berpisah dan terlupakan. Aku gak mau,

"Aku hanya ingin menjadi sahabatmu saja. Yang ada buatmu. Yang mendukung kamu, yang menonton kamu bermain sepak bola atau performance. Aku hanya butuh satu orang di dunia ini yang menemaniku," kata Yu Ra.

Air mata Woo Hyun mengalir lagi di pipinya. Tapi seandainya mereka bisa jujur satu sama lain mereka bisa lebih baik. Mereka bisa lebih mengerti satu sama lain. Dan juga tidak akan pernah merasakan sakit hati sesakit sekarang. Tidak akan ada kecewa dan penyesalan seperti sekarang.

"Woo hyun-ah, maafkan aku tidak pernah meberitahumu tentang penyakitku dulu. Aku gak ingin kamu melihatku seperti ini. Waktu itu pas Ah Young lagi training memaksa ingin memberitahumu tapi aku selalu mencegahnya. Aku hanya ingin kamu selalu mikir kalau aku baik-baik saja.

"Jika memang benar ada kehidupan selanjutnya, aku berharap aku juga mencintaimu dan takkan pernah berpindah seperti pohon, dan seperti sekarang."

Terdengar lagi Yu Ra menghela nafasnya berat dengan jeda cukup lama. Terdengar suara isakan dari recorder membuat dada Woo Hyun menjadi sesak mendengarnya.

"Tetaplah jadi Nam Star yang kukenal. Tetaplah jalani hidupmu tanpa menyerah. Suatu saat nanti kamu pasti bisa mendapatkan apa yang kamu impikan selama ini. Tenang saja, aku akan selalu mendukungmu. Bahkan jika orang-orang membencimu sekali pun,masih ada aku, sahabatmu yang selalu ada untukmu," lirih Yu Ra.

"Juga, maafkan aku. Maaf aku telah mencintaimu, sahabatku sendiri, Nam Woo Hyun."

"Selamat ulang tahun... selamat tinggal..."

Tak terdengar lagi suara Yu Ra di recorder itu. Sudah selesai. Yu Ra benar-benar sudah meninggalkan Woo Hyun dengan suara terakhir Yu Ra yang sengaja direkam dan dibilang tidak terlalu sehat. Penyesalan pun memenuhi relung hatinya. Air mata masih mengalir di pipinya.

Namun setidaknya Yu Ra mengucapkan selamat tinggal kepadanya melalui recorder tersebut.
Setidaknya Yu Ra sudah berusaha memenuhi janjinya untuk Woo Hyun di saat ia sakit.

Setidaknya Yu Ra meninggalkan semua kenangannya yang ia sembunyikan rapat kepada Woo Hyun saat ini.

Dan juga walaupun Yu Ra sudah tiada, ia harus tetap terus melanjuti hidup seperti sedia kala.

Selamat tinggal Yu Ra...



.
.
.
.
.





YA AMPUN! IGE MWOYAAA???!!!
WKWKWKK gue gak nyangka kalo gue suka bikin cerita mellow ginian ampun deh. Kayaknya gue kebanyakan makan micin deh terus disuguhi drama korea melulu adeehhhh kids zaman now =_=

Gimana tapi ceritanya? Bikin sedih gak sih? Wkwkk maap ya kalo gak ngefeel bikin ini atau ga suka sama OTP nya.

Tapi ini murni gue bikin karena gue suka banget sama woohyun dan yura. Walau kayaknya susah banget nemu moment mereka. Ada deh dulu bangeett lupa tahun berapa gitu woohyun sama yura ada di infinity challenge kah ya yang reka ulang permainan golden bell gitu loh.
Kpopers tua mah pasti tau kayaknya sih wkwkwk.

Thank you sudah nyasar ke sini. Gue berharap kalian meninggalkan jejak dengan vote dan comment. Who knows your comment can improve my story!

Ke depannya gue bakal banyak lagi menulis dan memasukan beberapa fanfiction yang pernah gue tulis dari jaman baheula dulu wkwkwk.

Makasih pake banget ya. Jangan lupa jejaknya di bawah yaaahhh! 😄

Voice Of My Heart | Woohyun & Yura ♡ √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang