Malam temaram. Awan kelam mulai memudar. Beriringan dengan gema takbir berkumandang. Adiva dan Wardani beranjak dari tidur mereka untuk segera menunaikan sholat subuh. Di samping itu, Adnan beranjak dari posisinya berdo'a selepas tahajjud tadi. Bukan hanya karena sekarang dia tinggal di pesantren maka dia jadi rajin sholat tahajjud dan sholat sunnat lainnya, namun karena dosa yang kian menggunung dan penyesalan yang begitu menerpa dirinya.
Wahai angin
Sampaikan rasa rinduku padanya
Wahai hujan
Sampaikan permintamaafanku padanya
Wahai tanah
Jagalah bidadariku
Jangan kau lukai dia
Selimuti dia dengan hangatmu
Agar dia tetap terjaga di tidur panjangnya
Sampaikan rinduku padanyaBegitulah rutinitas Adnan sehari-hari selepas kepergian Zahiya. Selepas sholat subuh, Adnan sambung kegiatannya dengan mengaji Al-Qur'an. Dari hari ke hari suara lantunan ayat suci Al-Qur'annya kian merdu. Namun sesal tak juga pergi dari dirinya. Selepas mengaji, Adnan bersiap untuk ke kampus.
Di samping itu, Adiva dan Wardani bersiap untuk berangkat kuliah karena mereka ada jam pagi dan juga mempersiapkan perlengkapan untuk di bawa ke pesantren Ali, adik dari Adiva.
Adnan tiba di kampus dengan kendaraan beroda dua yang di kendarainya. Sesampainya di parkiran, Adnan mengambil beberapa file yang dia simpan di dalam bagasi. Setelah mengambil berkas itu dia lekas pergi karena sudah telat beberapa menit. Adnan menuju ke ruangan yang tidak jauh dari parkiran. Ia menuju ke sebuah ruangan yang di pintunya terdapat tulisan "A5" yang merupakan ruangan tempat anak-anak teknik informatika berkumpul. Sebelum Ia masuk ke ruangan itu, pandangannya tertuju pada seorang wanita berbalutkan kain berwarna ungu dan jilbab berwarna merah muda yang sedang berjalan di parkiran. Sosok itu mengingatkan dirinya pada Zahiya. Namun Ia kembali tersadar akan lamunannya setelah teman-teman sekelas meneriaki nya untuk segera masuk kelas. Setelah dilihat, ternyata perempuan itu sudah menghilang dari pandangannya. Adnan segera memasuki ruangan itu karena memang sudah ada dosen yang siap mengajar. Ia melaksanakan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa.
Adiva dan Wardani masih berjalan ke lantai dua untuk memasuki ruangan C3, tempat berkumpulnya anak-anak kimia murni dan menghadapi mata kuliah kimia anorganik II. Adiva dan Wardani segera memasuki ruangan itu dan segera membuka buku untuk mengulas materi karena akan ada praktikum di hari itu.
Tak terasa panggilan Alloh untuk menghadap pada-Nya telah tiba. Adnan bergegas meninggalkan ruangan itu kebetulan pembelajaran telah selesai dan menuju ke rumah Alloh untuk menunaikan sholat dzuhur. Usai mengambil air wudhu, Adnan mengumandangkan iqomah yang menggemakan ruangan itu, menandakan sholat dzuhur berjamaah akan segera di mulai. Tiga perempat ruangan Mesjid Abjan Soelaeman itu dipenuhi oleh ratusan manusia yang tidak lain merupakan mahasiswa dan pengurus yang ada di kampus itu.
Usai sholat, Adnan tak langsung bergegas dari tempatnya. Dia menundukan kepala seraya mencurahkan isi hatinya kepada sang pemilik hati. Terlintas kembali di memorinya wajah wanita yang tadi pagi ia lihat di parkiran sehingga membuat dirinya melayang pada keadaan beberapa tahun silam, ketika ia dan Zahiya benar-benar menikmati pesona dunia.
Apa kabar kamu sang penghuni hati ?
Bagaimana rasa syurga yang sebenarnya menurutmu ?
Indah bukan ?
Atau kau masih menantikan ku menjemputku,
Baru kau bergegas melangkahkan kaki pada syurga-Nya
Tapi tak usah kau nantikanku kasih
Dosaku menggunung,
Tak sepertimu..
Tak usah kau nantikanku berjalan bersamamu
Aku takut kan menyeretmu ke dalam api
Cukup di dunia aku menyeretmu pada kemunkaran
Maafkan aku Zahiyaku
Bidadari duniaku
Maafkan aku
Karena pandanganku mungkin membuatmu cemburu
Aku merindukanmu
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi Sang Senja
RomanceSenja dan hujan memang jarang tuk bersatu. Namun untaian kata indahmu justru bisa membuatku merasakan nikmatnya senja dan hujan bersamaan. 😊