Part 5

18 1 1
                                    

Bidadariku...
Apakah itu kau ?
Sungguh aku melihat dirimu
Pada dirinya yang entah aku tak tahu
Bidadariku
Ia berbalut kain ungu
Dengan kerudung merah muda kesukaanmu
Apakah kau kembali untukku ?
Atau hanya sebuah halusinasiku
Karena begitu merindu dirimu

Sebersit kata-kata terlintas di lamunannya. Tanpa disadari Adnan masih saja diam di tempatnya melihat gadis yang perawakannya mirip dengan Zahiya. Gadis itu sudah menghilang dari pandangannya. Kemudian dia beristighfar karena telah begitu rapuh merindu manusia. Adnan kemudian beranjak dari tempatnya dan bergegas ke ruang komputer yang ada dekat ruang staf pondok untuk melaksanakan tugas dari pamannya. Terlihat ada sesosok orang yang tak asing bagi pandangan Adnan. Ia mendekati sosok itu untuk memastikan.

"Bilal.." Sapa Adnan pada sosok itu.

"Adnan.." Jawab Bilal dengan raut wajah heran.

"Bil, kamu ngapain di sini ?" Tanya Adnan.

"Tadi kan aku bilang mau nganter temen, ya ke sinilah aku nganternya. Bentar-bentar, jangan-jangan ini pondok milik paman kamu dan sekarang kamu tinggal di sini gitu ?" Ucap Bilal.

"Iya Bil, ini pondok yang aku ceritakan." Ucap Adnan.

"Eh Nan, kamu sudah pulang. Gimana udah istirahat belum ?" Ucap seseorang yang menghampiri mereka.

"Iya mang Adnan sudah sampai. Maaf tadi engga bilang pas pulang soalnya basah kuyup jadi langsung mandi hehe." Ucap Adnan pada Pak Adam yang merupakan pemilik pondok itu sekaligus paman dari Adnan.

"Oh iya tidak apa-apa. Lah ini siapa ?" Tanya Pak Adam sambil menunjuk Bilal.

"Ini temen Adnan mang, katanya dia lagi nganter temennya jengukin santri di sini." Jawab Adnan.

"Oh iya yang tadi sepertinya." Maksudnya, Adiva dan Wardani. Bilal hanya mengangguk dan tersenyum.

"Yasudah biar pekerjaannya cepat selesai, Adnan mulai saja ya mang. Bilal biar di sini dulu ga apa-apa ya bro." Ucap Adnan.

"Iya Nan santai aja." Jawab Bilal. Adnan meninggalkan mereka sementara Bilal berbincang dengan Pak Adam.

Dari kejauhan terlihat sesosok wanita semampai dengan berbalut kain berwarna ungu dan kerudung merah muda menghampiri mereka.

"Nah itu mungkin rekan Nak Bilal ya." Ucap Pak Adam menunjukkan Adiva.

"Iya betul pak." Ucap Bilal sambil tersenyum.

"Iya dia adalah kakak dari santri terajin di pondok ini sekaligus alumni dari pondok ini. Dia juga santri yang berprestasi, sampai-sampai mendapat beasiswa di universitas negeri dari tahfidz nya." Ucap Pak Adam kemudian Bilal tersenyum sembari melirik pada Adiva dengan rasa kagum.

"Assalaamu'akaikum.." Ucap Adiva sambil mengangguk mengisyaratkan salam.

"Wa'alaikumussalaam.." Ucap Pak Adam dan Bilal berbarengan.

"Ada apa ? Kalian lagi bicarain aku ya ?" Tanya Adiva terheran melihat tingkah Bilal.

"Ih geer banget sih kamu." Ucap Bilal menggoda.

"Gimana nak, sudah jenguk adikmu ?" Tanya Pak Adam pada Adiva.

"Alhamdulillaah sudah bertemu tadi bah." Ucap Adiva pada Pak Adam. Santri-santri di pondok itu biasa memanggil Pak Adam dengan panggilan abah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Puisi Sang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang