Di meja nomor lima
kuhitung waktu itu.Secangkir teh hangat tanpa gula
kau minta pada pelayan.
Aku memesan sepotong roti coklat yang tak lebih manis dari bibirmu.Kita berkelakar tentang
sore hari, yang kau katakan bahwa senja hanya milik kita
sementara sore hanya milik mereka.Siapa mereka? Tanyaku.
Mereka yang bukan kita, jawabnya seraya senyum mengurai indah di lesung pipimu.Kali ini di meja nomor tiga
ku pesan roti dan teh hangat tanpa gula kepada pelayan yang sama
sendiri, kuhabiskan sepi tanpa bagi-bagi.
Pelayan datang menahan tawa
ia bertanya
"Sekarang, senja milik siapa?"Kupandangi segelas teh di hadapan mataku seraya retak seluruh hatiku
dan kujawab."Kali ini sore hari milikku
sementara senja milik mereka yang bukan aku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema Puisi Dari Sebuah Ruang yang Abu-Abu
PoetryHanya puisi yang mengalir dengan kata-kata yang apa adanya untuk menceritakan hal-hal yang tak sempat dikatakan.