Episode 6

18 0 0
                                    

Hari itu di pagi hari dengan sangat semangat Ikha bersiap siap pergi. Di rak sepatu masih tersimpan sandal pantai tahun lalu itu, saat dia ingin mengambil sandal itu pasir pantai pun mulai berjatuhan, Ikha lalu membuka pintu kenangan di tahun lalu saat mereka pergi bersama..
.
.
.
Di tahun lalu itu..
Menjelang musim panas di pantai, kala itu Ikha duduk dipinggiran geladak sedang menghitung banyaknya ombak datang mendekat dan sementara itu Dhanie sedang asyik bermain papan selancar, beberapa kali Dhanie melewati ombak yang bergulung dengan hebatnya. Walaupun sedang asyik tapi Dhanie tetap memperhatikan Ikha, setelah selesai berselancar tiba tiba Dhanie ada disamping Ikha seakan-akan mau mengganggu Ikha yang sedang menghitung saat sengaja mengajak bicara, Ikha memukul bahu nya Dhanie.

"110,111,112,113.." ucap Dhanie.

"Ssttsstt... Diem, tadi sudah sampai berapa yah.." Ikha lupa lalu memukul mesra bahu nya Dhanie.

"Aduh... Aku balas kamu yah..." Ucap Dhanie.

Namun Ikha berdiri dan pergi berlari lalu mereka berdua bermain kejar-kejaran di pantai...

"Bahagianya tahun lalu, semoga hari ini bisa terulang kembali." Ucap Ikha sebelum pergi.

Sambil mendengarkan lagu favorit nya di dalam bus yang kosong Ikha membayang kan kembali saat saat bahagia itu. Namun ekspetasi berbeda dengan realita. Setelah sampai dan menunggu beberapa lama sambil duduk dipinggiran geladak Ikha menunggu datangnya Dhanie.

"Mungkin dia telat.." ucap Ikha dalam hati.

Setelah beberapa jam Dhanie juga tidak kunjung hadir beberapa kali dia melihat handphone nya namun tidak ada pesan maupun panggilan masuk dari Dhanie. Tiba tiba malah terlihat Wahyu yang berlari menuju arahnya dengan kehabisan nafas dan bermandikan keringat.

Ternyata setelah keluar dari rumahnya Dhanie, Wahyu melihat ke langit yang sudah mulai sore dia berharap tiba di pantai sebelum mentari terbenam karena takut Ikha sudah tidak ada disana. Menurut dia daripada menelpon atau daripada macet naik bus, sampai tempat Ikha menunggu lebih baik dia berlari. Wahyu langsung berlari sekuat tenaga pergi menuju pantai walau jaraknya yang sangat jauh walau dia kehabisan nafas dan basah bermandikan keringat Cinta lah yang membuatnya terus berlari, sekali lagi alasan satu satu nya adalah karena cinta.

"Kenapa kamu ada disini ???" Tanya Ikha heran melihat Wahyu disana.

"Dhanie tidak akan datang, dia menitipkan surat ini untuk mu" ucap Wahyu sambil terengah-engah.

"Hha? Surat..."
Kemudian Ikha membaca surat itu dan setelah membacanya dia pun seperti menahan air mata dan mulai terdiam.

"Aku tahu kok surat ini penuh dengan kebohongan, Dhanie sebenarnya mencintaiku.. tapi ternyata dia lebih memilih mimpi nya dibanding cinta nya." Ucap Ikha.

"Maksudnya." Tanya Wahyu.

"Memangnya kamu belum tahu isi surat ini" Ikha balik bertanya.

"Tidak..." Jawab Wahyu.

"Hha? Biasanya orang kan penasaran.. kalau aku jadi kamu pasti sudah aku baca hehe.." Ikha mencoba tersenyum.

"Memang apa isinya ???" Tanya Wahyu.

"Hmm.. isinya tentang aku dan Dhanie untuk tidak berhubungan lagi. baik melalui sms ataupun telepon dan lainnya semenjak hari ini." Jawab Ikha.

"Kenapa begitu ???" Tanya lagi Wahyu.

"Tidak kenapa kenapa, ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan tapi cukup untuk dimengerti..." Jawab Ikha.

"Aku tidak paham.." ucap Wahyu.

"Ternyata cinta yang telah aku pertahanin itu akhirnya berjalan dengan sia sia. Hmm.. Kehidupan ku mulai besok bagaimana yah ?? Bisa tidak yah aku hidup tanpa Dhanie. Mau mati saja rasanya.." ucap Ikha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First love, Butterfly.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang