Perasaan ini...

5.4K 383 14
                                    


Seperti biasa. Don't like don't read. 

Hiashi menatap putrinya dengan marah. Kayu rotan kembali di cambukkan pada tubuh mungil Hinata.

"Malam ini tidur di luar." Ucap Hiashi dan kembali menutup pintu rumah.

Menyisakan Hinata yang tertunduk dalam keheningan. Memangnya apa salahnya yang hanya telat satu setengah jam dari biasanya dia pulang? Bahkan adiknya Hanabi yang biasa pulang jam sembilan malam pun diperbolehkan masuk. Bukankah ini masih jam tujuh malam?
Hinata meringsut jatuh saat perutnya kelaparan.

"Aku lapar dan aku haus." Ucap Hinata hampir menangis.

Hinata memutuskan untuk berjalan-jalan di area kompleksnya. Meninggalkan rumah yang tanpa sepengetahuannya, kakaknya Neji tengah menatapnya dari balkon kamarnya.

Kaki jenjang tapi mungil Hinata berjalan tak tentu arah dan menatap sekeliling area jalan yang sepi. Kakinya dilangkahkan kembali. Menghiraukan rasa lapar yang melanda perutnya.

Tanpa sadar, Hinata kini tengah berada di distrik yang padat. Orang-orang berlalu lalang dengan langkah cepat. Berkali-kali Hinata tak sengaja tertubruk dan terjatuh. Namun tak ada kata rintihan yang terdengar lewat mulutnya.

"Kau tak apa?".

Hinata mendongak dan menatap sebuah nanas?

'Eh ... nanas kan kuning.' Batin Hinata aneh.

"Hei ... kau bisa berdiri?"

Hinata mengerjapkan kelopaknya lucu. Kini maniknya dapat melihat seorang yang berkuncir jabrik mirip nanas.

"Hei ...!!"

"Eh... y-yaa??" Tanya Hinata tak faham.

"Cepatlah berdiri. Kau dijadikan tontonan oleh mereka." Ucapnya kesal.

Hinata menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Ternyata benar, Hinata kini telah dijadikan tontonan oleh orang yang lewat.

Rasa malu segera merayap pada Hinata. Berdiri cepat dan langsung oleng.

Grebb

Sosok itu lantas memegang tubuh Hinata yang hampir ambruk. Menekuk kedua alisnya keatas saat mendengar suara lirih gadis lucu didekapannya.

"Aku ... lapar ..." Ucap Hinata lemas.

Sosok itu terkekeh dan mengendong  Hinata ala Bridal style. Mengendongnya ke arah kedai ramen langganan sahabat kuningnya.

Kedai Ramen Teuchi.

Hinata yang masih merona dalam kukungan sosok berkuncir itu hanya bisa meneguk air liurnya cepat. Perutnya meronta meminta makan kala aroma enak menyapa hidungnya.

"Paman..! Aku pesan 2 porsi ramen spesial jumbo."

Hinata menatap kaget sosok yang mendekapnya. Saat Hinata diturunkan dengan lembut di kursi pelanggan. Entah kenapa Hinata merasakan rasa dikasihi dan disayang. Meskipun tak pernah sekalipun di hidupnya mengecap yang namanya kasih sayang.

HELP ME....!! 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang