FATALMORGANA

111 13 11
                                    

Kosong. Gelap. Sunyi. Anak kecil ini masih memandangi Kota Den Haag di malam hari. Indah. Itulah yang dapat tergambar dari benak anak ini, saat melihat semua keindahan yang ikut menghiasi Kota Den Haag. Para pedagang roti, lampu-lampu kota, pejalan kaki yang berlalu-lalang, dan kincir air besar di sisi danau yang berputar dengan indahnya ikut menambah keindahan kota ini.

Steve. Nama anak ini, ia merupakan seorang anak kecil yang sangat terobsesi dengan hal-hal yang berhubungan dengan kata "Purba". Mungkin, hanya buku-buku dan beberapa koleksi benda purbanyalah yang hanya dapat menemani kesendiriannya ditengah kosongnya apartemen keluarga. Kadang saat lamunannya sedang berjalan, tak jarang ia membayangkan beberapa makhluk dari jaman purba seperti bangkit dari kubur, dan ikut meramaikan Kota Den Haag di tahun 1984 ini.

 Kadang saat lamunannya sedang berjalan, tak jarang ia membayangkan beberapa makhluk dari jaman purba seperti bangkit dari kubur, dan ikut meramaikan Kota Den Haag di tahun 1984 ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Steve kecil masih tetap termenung tanpa berkutip di depan jendela lantai empat apartemennya. Begitu juga dengan buku, koleksi , dan juga kosongnya hati. Ditengah lamunanya tiba-tiba saja semua benda disekitarnya mulai bergetar dengan kuat, seperti sedang ada gempa yang mengguncang gedung apartemennya. Guncangan itupun semakin keras. Sontak Steve pun tersadar dari lamunanya, ia pun langsung berdecak kaget dan mulai panik melihat semua yang ada di sekelilingnya mulai bergertar dengan hebatnya.

Tanpa pikir panjang, Steve kecilpun lari untuk berlindung dibawah ranjang miliknya. Guncangan itu semakin keras, disertai suara-suara aneh yang bahkan asing ditelinganya.

Steve kecilpun semakin ketakutan. Iapun juga ikut bergetar hebat, sama hebatnya dengan guncangan ini. Dua telapak tangannya kini berada di telinga dan matanya yang kecil kini tertutup dengan rapatnya, berharap ia tak mendengar dan melihat semua yang sedang terjadi.

Sesekali ia berteriak, "MAMAAA... ADA GEMPA MAA!! MAA!! MAMAA ADAA METEORR JATUHH MAAA...!!". Walaupun sebenarnya ia tau, tak ada seorangpun yang akan menolongnya saat itu. Orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor mereka, hingga membuat mereka harus terus-terusan pulang  larut malam. Ia masih berteriak.

Perlahan, guncangan keras itupun mereda dengan disusul oleh suara raungan keras yang sontak membuat Steve kaget dan penasaran hingga tak sengaja kepalanya terantuk bagian bawah ranjangnya. Perlahan, iapun mulai merangkak keluar dari bawah ranjangnya sembari memegangi kepalanya yang agak terasa sakit.

Raungan itu terdengar kembali. Masih sangat jelas terdengar bunyi raungan itu berkali-kali, dengan badan kikuknya dan dengan dipenuhi rasa penasarannya ia mulai berjalan mendekati balkon apartemennya. Iapun sampai, sesekali ia melihat sekelilingnya sembari mencari apa hal yang bisa menyebabkan dan mengeluarkan suara seperti itu.

Nihil. Tak ada yang terlihat janggal di sekelilingnya, para pedagang roti dan para pejalan kaki masih tetap saja seperti itu. Tapi, tiba-tiba saja saat ia sedang memandangi langit. Terlihat sekelebat bayangan putih yang muncul.

"Wah, rasanya malam ini petir dan hujan akan berkunjung ke kota ini deh" guraunya sambil masih mencari-cari sumber suara tadi.

"AUUMMM" suara itu muncul lagi. Sontak Steve yang sedari tadi memandangi sekitar kincir angin berjolak kaget,  pasalnya ia baru saja melihat sekelebat bayangan putih itu seperti kilatan petir yang seakan dengan cepat ingin menyambarnya kini sedang mengarah dengan cepat menuju ke lantai apartemennya.

Ia semakin dekat. Semakin dekat. Semakin dekat.

Dan WUSSSSS..... bayangan itu berbelok naik ke bagian atas apartemennya dan menghilang seakan kembali  bersatu dengan langit malam yang gelap gulita. Steve terpaku mematung, tak percaya akan apa yang baru saja terjadi padanya. Ia berusaha mengucek matanya berharap ia medapat jawaban atas semua pertanyaan yang ada dalam pikirannya. Ia masih tak percaya, tapi ia juga merasa sangat takjub.

"Hah? Apakah yang kulihat tadi itu sungguhan? Mana mungkin...tidak..tidakk..tidakkk..Itu tidak mungkin bukan?" pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di dalam otaknya. Bagaimana tidak, dengan mata telanjang ia melihat sekelebat bayangan putih tadi. Tiba-tiba iapun menyadari sesuatu hal.

"ADA NAGA!" betapa terkejutnya Steve kecil saat ia menyadari bahwa sumber suara yang ia cari-cari sedari tadi adalah seekor naga. Steve merasa amat sangat senang, tak ada lagi rasa takut dalam dirinya hingga ia berteriak kegiarangan tanpa menghiraukan para pejalan kaki yang melintas dibawahnya. Mereka tidak melihat naga itu.

"Aku tidak boleh melewatkan kesempatan langka seperti ini, bagaimanapun juga aku harus memanfaatkannya... harus!" tanpa pikir panjang, Steve kecilpun naik melewati pagar pembatas balkon apartemennya. Dengan was-was dan siap siaga ia menunggu bayangan putih itu untuk lewat di hadapannya. Tak ada lagi yang ia pikirkan, hanya moment ini yang sekarang menjadi prioritasnya. Ia sudah tidak peduli dengan hal lainnya, karena mereka semua juga sudah tidak peduli padanya.

"AUUMMM" suara bayangan putih itu terdengar lagi di telinga Steve. Iapun semakin was-was terhadap sekitarnya. Samar-samar ia bisa melihat bayangan putih tadi kini berada di arah barat. Makhluk itu dengan cepat terbang menyambar dengan indahnya melewati bawah balkon apartemen. Seperti tidak ingin melewatkan momen langka ini dalam hidupnya, iapun melompat keluar dari balkonya.

BRUK!

FATALMORGANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang