BRUK!
Steve kecilpun mendarat dengan sempurna di punggung naga tersebut. Rasa bahagia tak bisa tebendung lagi di hatinya. Steve yang sedari tadi tengkurap di punggung naga putih itu dengan perlahan berusaha untuk berdiri tegak.
Ia ingin merasakan kebebasan dan kebahagiaan yang ia tak pernah rasakan sebelumnya.
Hingga akhirnya, Steve berhasil berdiri dengan sempurna. Ia pun berteriak dengan lantangnya, "YEEEE AKHIRNYA SEKARANG AKU BEBASSSSS!" seakan mendengar suara teriakan lantang dari Steve, naga putih itu mulai merasa ada yang aneh disekitarnya. Dengan instingnya, ia pun langsung menambah kecepatannya. Lebih cepat. Bahkan lebih cepat dari kilatan petir yang menyambar bumi. Steve yang sedari tadi berdiri merasakan lembutnya angin malam tiba-tiba saja terpental ke bagian ekor naga tersebut karena hempasan angin yang seketika menerjang begitu kerasnya. Steve pun dengan sigap memegang dengan erat bagian rambut berwarna putih memanjang di bagian ekor naga itu.
Steve tidak bisa membuka matanya, ia terlalu sulit untuk membuka kelopak matanya yang dihantam oleh kerasnnya angin yang menerpa.
Semakin keras..
Semakin keras..
Dan semakin keras..
Steve sudah tidak kuat lagi mencengkram rambut putih itu, ia terlalu lemah untuk menerobos angin yang sangat keras. "Ughh.." Steve mulai merintih kesakitan, terjangan angin itu sangat kuat menghantam tubuhnya. Rasanya seperti ditinju oleh para petinju papan atas Dunia.
"Aku masih kuat.."
"Masih kuat...."
"Masih...."
Dan
BRUK!
Sebuah benda tumpul terasa mendarat tepat di keningnya.
Terhempas. Itulah yang ia rasakan.
Perlahan Steve mencoba untuk membuka kedua buah kelopak matanya. Sia-sia, ia terlalu lemah untuk hanya sekadar mengangkat kedua kelopak matanya. Perlahan ia merasakan sesuatu yang cair dan lengket mulai bercucuran membasahi wajahnya dan juga perlahan membasahai bajunya. Bibirnya mulai bergetar pelan, berusaha untuk membuka. Percuma. Ia sangat lemah, bahkan ia terlalu lemah untuk bisa mengeluarkan satu patah kata pun.
Plek!
Hitam. Gelap. Sakit. Dan tak berdaya, hanya itu yang dapat diingat oleh Steve saat itu.
Hus hus..
Sayup-sayup tercium aroma coklat panas yang sangat enak menyengat hidung dan mulai menggoda Steve untuk bangun. Perlahan ia pun mulai berusaha membuka kelopak matanya, binar-binar cahaya seketika menerobos merasuki matanya.
Tepat di hadapannya terdapat sebuah obor yang sangat indah dengan apinya yang menari dengan lemah gemulai diatasnya. Sebuah gelas besi berisikan coklat terhidang di atas meja kecil di samping ranjang sederhana yang terbuat dari kayu dan beberapa jerami di sampingnya. Perlahan Steve mulai memandangi sekeliling kamar kecil ini dengan seksama, kamar ini temboknya terbuat dari kayu coklat kehitaman yang menjadikan tempat ini sedikit terlihat agak kuno dan menyeramkan begitu juga dengan lantai, langit-langit, dan pintunya yang bersikan jendela kecil persegi panjang berukuran kecil di pintu itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
FATALMORGANA
FantastikSteve merupakan seorang anak yang sangat menyukai hal-hal yang berbau "purba". Awalnya hal itu hanya menjadi peneman kekosongan diri dalam hidupnya, hingga suatu hari sesuatu hal yang tidak ia pernah bayangkan seumur hidup terjadi padanya.