"Oi! Dra," Aldra menoleh ke asal suara. "Yo, lo lama banget, boker yak? Dih... Jorok lo." ucap Aldra.
Alfrio menjitak kepala Aldra pelan. Cewek itu meringis.
"Aww... Sakit bego!"
"Nyerocos aja lo terus... Gue sumpelin tai kucing baru tau rasa lo!"
Aldra memegangi kepalanya. Alfrio menatap Aldra sehingga cewek itu merasa risih.
"Apaan sih lo ngeliatin gue mulu. Ini sak-"
Cup
Alfrio mencium pucuk kepala Aldra, membuat wajahnya merah padam. Walaupun begitu, Aldra tetap diam. Entah kenapa dia senang.
Alfrio menjauhkan wajahnya dan memalingkan wajahnya. Jujur bukan hanya Aldra, wajahnya juga memerah.
'Bego! Untung cuma di jidat, Al! Coba kalo khilaf di bibir?! Bisa repot urasannya!' batin Alfrio. "M-maaf..." ucap Alfrio pelan hampir seperti berbisik. Aldra mengangkat wajahnya dan tersenyum.
"G-gak pa-pa kok." jawab Aldra sambil menunduk.
Alfrio diam. Seperti memikirkan sesuatu. "Eh... Al. Nanti malam jalan, yuk?" tanya Alfrio membuat Aldra terkejut mendengarnya.
"J-jalan?" ucap Aldra gugup. Alfrio mengangguk. "Iya! Lagian, besok kan libur."
Aldra memalingkan muka. Pipinya merona entah karena apa.
'Kencan, kah?'
▫◽▫◽▫
"Bun... " ucap Aldra. Bunda menoleh dan tersenyum. "Apa, sayang?"
Aldra menelan ludah. Ia malu jika harus mengatakannya. Tanpa ia sadari, wajahnya memerah.
"A-anoo... Itu... Aldra boleh gak jalan sama Rio?"
Bunda sedikit terkejut sambil terus menatap anak perempuannya itu. Lalu ia tersenyum tipis.
"Memangnya mau kemana?"
"Ke toko buku aja sih..."
Bunda diam. Berpikir sebentar. 'Boleh dong... Pliss..." batin Aldra.
"Hm... Oke, boleh." Aldra tersenyum lebar. "Beneran, bun? Bunda gak marah, 'kan?" tanya Aldra.
"Nggak dong. Asal anak bunda senang bunda gak bakal marah." Aldra tersenyum dan memeluk bundanya.
"Makasih, bun." ucap Aldra. Bunda tersenyum dan balas memeluk anak perempuannya itu.
Aldra lalu bergegas masuk ke kamarnya dan mengganti baju yang cocok untuk jalan dengan Alfrio atau mungkin bisa disebut kencan?
Cewek itu memakai kaos polos dengan garis-garis berwarna merah dan celana jeans warna biru tua. Ia juga mengikat rambutnya menjadi pony tail.
"Siap!" seru cewek itu sambil menatap dirinya di pantulan kaca. Ia lalu berbalik dan meletakkan makanan kucing di tempat makan Nana.
Setelah itu ia langsung bergegas turun ke bawah. "Bun, Aldra berangkat ya..."
"Loh? Sekarang?" tanya bunda sambil melirik jam dinding.
"Ng... I-iya bun... Janjian nya jam 7." ucap Aldra kikuk. Bunda hanya tersenyum dan mengelus pucuk kepala Aldra pelan.
"Iyaudah sana. Hati-hati ya!"
Aldra mengangguk lalu pamit pada bundanya dan bergegas keluar.
Alfrio baru saja sampai di depan rumah Aldra ketika ia melihat cewek itu keluar dari rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret'
Teen FictionBertemu denganmu adalah sebuah kesalahan. Mencintaimu adalah sebuah luka. Membiarkan perasaan ini berlanjut adalah sebuah dosa. Jika saja rahasia itu tidak terungkap, maka kita pasti bisa berjalan lebih jauh, 'kan? Tapi, pada akhirnya kita disini. T...