"Perkenalkan, nama gue ... Liora Anggasta, salam kenal!" ucap siswa baru bernama Liora itu. Ia menatap satu persatu siswa di dalam kelas itu dengan seksama sampai akhirnya tatapannya tertuju pada seseorang.
Ia mendesah kecewa, orang itu kelihatan kesal seperti sangat tidak mengharapkan kehadirannya disini. Ia lalu beralih menatap orang disampingnya yang terlihat terkejut dengan kehadirannya. Menelan salivanya saat tahu tempatnya telah direbut.
"Baiklah, Liora ... Silakan duduk di bangku yang kosong!"
"Iya, bu ..."
Liora berjalan menuju bangku kosong yang terletak tepat di belakang Alfrio. Ia merasakan hawa kebencian saat melewati cowok itu. Ia menatap Alfrio sebentar, berharap Alfrio juga sedang menatapnya.
Tapi, hasilnya nihil. Alfrio tidak peduli sama sekali, bahkan melirik pun tidak. Kehadirannya benar-benar tidak diinginkan bahkan mungkin Alfrio berharap bahwa dirinya tidak pernah ada.
Liora duduk di tempatnya. Matanya panas tapi, ia menahan untuk tidak menangis. Orang yang selama ini ia cintai tepat berada di hadapannya. Tapi, kenapa rasanya jauh sekali?
●●●●
"Ri, ngomong dong!" pinta Aldra.
Alfrio menatap Aldra sebentar lalu memasang earphonenya lagi, tidak peduli. Hancurlah. Mood Alfrio sekarang sedang tidak bagus. Bahkan buruk sekali.
Aldra tidak tahu apa yang harus ia lakukan agar cowok di sebelahnya ini bisa kembali seperti sedia kala. Dia tahu penyebabnya. Murid baru itu.
Aldra menoleh ke belakang. Menatap Liora yang dikelilingi siswa lain yang sepertinya mengajak kenalan. Liora dengan senang hati menjawab pertanyaan mereka sambil tersenyum bahkan sesekali tertawa. Berbanding terbalik sekali dengannya.
Entah kenapa Aldra berdecak. Sebenarnya daritadi ia juga merasa kedatangan Liora akan membuatnya tidak nyaman. Dia tidak ingin ber-prasangka buruk tapi, entahlah. Perasaannya sangat diluar kendalinya saat ini.
"Eh, Al! Ternyata lo kenal Liora udah lama, ya?" ucap sebuah suara. Aldra langsung menoleh.
Suara Clara. Cewek itu bertanya pada Alfrio. "Kok lo gak bilang, sih?" lanjutnya. Aldra menatap Alfrio, menunggu reaksi cowok itu.
"Gue gak kenal dia." jawab Alfrio dingin tanpa menoleh sedikitpun ke arah Clara. Aldra sudah menduganya. Ia melirik Liora yang memasang ekspresi sedih.
"Jangan bohong, Al! Kasian tuh Lioranya, berasa gak di anggep!" seru Mikail. Ketua kelasnya itu berkomentar karena merasa tidak enak pada Liora yang statusnya masih murid baru.
"Kami udah lama gak ketemu jadi wajarlah mungkin dia lupa, iya kan, Al?" ucap Liora sambil tersenyum. Semuanya lalu menatap Alfrio, menunggu jawaban cowok itu.
Hening.
"Gue beneran gak kenal lo, bahkan untuk kenalan pun gue gak sudi!" ucap Alfrio santai tapi penuh penekanan.
Semuanya terkejut mendengar pernyataan Alfrio termasuk Liora. Cewek itu tanpa sadar menangis. Pernyataan itu ... Sangat menyakitkan baginya. Sebenci itukah Alfrio padanya?
"Cukup, Ri!"
Semua yang ada di dalam kelas itu lalu menatap Aldra. Tersirat amarah di wajahnya.
"Lo gak boleh ngomong gitu, sekalipun lo benci dia, dia itu perempuan dan kata-kata lo udah nyakitin dia! Dan lo gak perlu pura-pura gak kenal dia, apa susahnya sih jujur?!"
Aldra marah. Memang bukan dia yang punya masalah tapi, entah kenapa dia juga ikut merasakan. Mungkin karena Aldra sangat paham perasaan Liora dan karena mereka memang sesama perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret'
Teen FictionBertemu denganmu adalah sebuah kesalahan. Mencintaimu adalah sebuah luka. Membiarkan perasaan ini berlanjut adalah sebuah dosa. Jika saja rahasia itu tidak terungkap, maka kita pasti bisa berjalan lebih jauh, 'kan? Tapi, pada akhirnya kita disini. T...