"Kau senang bisa berkencan dengan Kai kemaren? Kau mengambil kesempatan saat aku tidak ada?"Sohyun yang pulang bekerja sedikit lebih awal dari biasanya, yang ingin beristirahat dengan tenang dirumahnya tetapi harapannya pupus begitu saja saat Luhan menarik Sohyun kedalam mobil dan membawanya ditepi jalan yang sekelilingnya banyak pepohonan.
"Ya, hari sudah mulai gelap kenapa malah kesini?" tanya Sohyun penasaran.
"Ayo, aku perlihatkan sesuatu." Luhan membuka pintu mobilnya. Dan tanpa bertanya lagi, Sohyun mengikuti kemauannya.
"Bagaimana? Indah bukan?" Luhan memperlihatkan Sohyun suatu pandangan yang menakjubkan.
Sohyun melihat matahari terbenam diujung Horison. Dari sini semua terlihat jelas. Gedung-gedung tinggi dan lautan di ujung sana terlihat indah dengan warna jingga keemasan yang semakin lama semakin gelap.
"Matahari sudah lenyap dari pandangan. Menandakan Tuhan ingin kita beristirahat dan menciptakan harapan baru untuk hari esok. Kesedihan sudah cukuplah untuk hari ini. Besok dengan harapan baru, kita pasti akan menemukan kebahagiaan." Kata-kata Luhan membuat Sohyun terhenyak. Kata-kata itu pernah ia dengar sebelumnya entah di mana.
Samar-sama Sohyun teringat sesuatu. Sohyun pernah seperti ini. Dari ketinggian memandang matahari terbenam. Ada orang disampingnya tapi wajahnya tidak terlalu ia ingat. Sepertinya orang itu juga mengatakan hal yang sama. Sohyun menoleh memandang Luhan dengan mata yang berkaca-kaca.
'Please! Jangan menetes lagi air mata. Hatimu jangan goyah Yunn. Itu hanyalah kenangan samar atau mungkin hanya mimpi saja jadi tak perlu merasa sesak. Kau kuat, Yunna! Jangan menangis!'bantin Sohyun.
Sohyun mengerjapkan mata. Menahan cairan hangat yang sudah menggenang belum sempat tumpah. "Kata-kata itu kau dapat dari mana?"
Luhan menoleh pada Sohyun dan tersenyum tanpa jawaban.
Sohyun sedikit terpana melihat senyum manis Luhan, dan terlihat dari senyuman itu tak seperti biasanya seperti tersimpan kesedihan di lengkungan bibirnya yang manis."Ya sudah kalau tak mau jawab."
"Kau belum pernah ke sini? Padahal Busan Tower ini tempat yang cukup populer, di Busan. Ah jinjja!. Kemana saja kau selama ini?"
"Aku... Aku sudah mengelilingi semua tempat wisata disini. Memangnya aku pernag bilang belum pernah ke sini?" Sohyun mengelak. Padahal sebenarnya dugaannya terbukti benar. Selama Sohyun berada di Busan dan bekerja disana, dia tidak begitu suka rekreasi ke tempat yang jauh. Paling-paling tempat-tempat yang dekat dengan Restaurant dan rumahnya saja.
Luhan mengacak-acak rambut Sohyun. Dia terkekeh lalu berucap,"Wajahmu yang bilang jadi tak usah bohong."
'Oke! Kebiasaannya sama dengan Kai yang selalu mengacak rambutku!.' Batin Sohyun.
Sohyun merasakan aura yang aneh pada dirinya sekarang. Seperti ingatan samar yang sekelebat datang tadi, perasaan familier yang aneh ini tidak bisa Sohyun jabarkan dan Sohyun tidak tahu kenapa bisa muncul perasaan seperti ini.
"Yunna, apa kau tidak mengingatku? Padahal aku selalu mengingatmu," gumam Luhan lirih tapi telinga Sohyun bisa menangkap kata-kata Luhan.
"Eh? Mengingatmu?" Sohyun merasa pertanyaannya sungguh aneh. "Memangnya sebelum bertemu di rumahmu itu kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Sohyun langsung dan heran meskipun kata-katanya itu sontak langsung membuat hatinya yang merasakan kefamilieran akan kejadian ini sedikit terlonjak karena sepintas kenangan yang samar datang itu yakin ada, bukan mimpi.
Luhan menunduk cukup lama beberapa detik lalu setelahnya dengan tiba-tiba tertawa dan kembali mengacak-acak rambut Sohyun. "Hahaha! Tidak mungkin kan kita pernah bertemu sebelum itu. Tadi adalah satu dialogku di drama. Hahaha! Kau ini serius sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Again From The Past
Fanfiction[Private°•] 'dari dulu kita melalui hal bersama, melalui setiap waktu bersama, selalu bahagia dan berduka bersama, tertawa dan sedih selalu saling mendukung. Hal yang terberat bagi ku merupakan meninggalkanmu sendiri dan jauh darimu. Semuanya salah...